Planning

2 2 0
                                    

Beberapa hari berlalu, setelah diskusi bersama keluargaku dan juga Alvaro, kami menyepakati bahwa pernikahan diadakan satu bulan lagi.

"Ki, pulang kerja meeting ya." Hera mengalihkan tugasnya padaku.

"Gak bisa Hera, gue ada janji. Yang lain aja ya." Jawabku.

"Biar gue aja yang handle, lo santai aja Ki. Fokus aja buat planningnya." Timpal Agni yang menjadi pahlawanku hari ini.

"Thanks ya Ni, sorry banget soalnya mepet." Kataku sambil mengangkupkan tangan didada berterima kasih.

"Gue juga makasih banget, sorry juga jadi gak bisa ikut meeting nih." Kata Hera yang memelas.

"Santai, gue juga free kok. Gue bisa bantu tugas tim kita buat selesai secepatnya." Tambah Bella yang mengalihkan fokusnya kepada kami.

"Makasih bangeet, gue terharu deh bisa satu tim kerja sama kalian." Ucap Hera yang sedikit lebay.

"Ya elah, kenapa jadi lebay gitu sih? Tapi alhamdulillah sih, kita bisa saling bantu untuk meringankan tugas masing-masing." Jawab Agni.

"Eh gais, duluan ya. Udah ditunggu soalnya." Kataku yang memotong pembicaraan mereka saat menyadari ada pesan masuk.

Mereka yang menyadari ada seseorang yang diam di depan pintu, langsung memberikan jalan seperti ratu yang ingin lewat.

"Cie, yang mau nikah." Goda Agni, diikuti Hera. "Mau dong ditungguin Ayang depan pintu."

"Nikah makanya," jawab Bella, aku membalikan badan hanya tersenyum.

"Lancar ya Ki." Ucap Bella kemudian Hera dan Agni juga.

"Thanks ya, gue duluan. Assalamualaikum." Ucapku memberikan salam sambil menutup pintu.

*****

"Gimana hari ini?" tanya Alvaro saat kami ingin mengunjungi salah satu Mall untuk mencari cincin nikah.

Kita tidak hanya berdua, tapi bersama Ibu dan juga Dek Sya. Hanya saja mereka sudah lebih dulu perginya.

"Lancar, alhamdulillah baik-baik aja." Jawabku sambil melihat ke samping yang mengemudi.

"Syukur deh, tapi maaf ya. Sekarang divisi kamu jadi makin banyak tugas, padahal kita lagi sibuk-sibuknya." Ucap Alvaro yang menyadari bahwa pekerjaan semakin menumpuk.

Hari ini saja kita sangat mencuri waktu karena banyak agenda meeting dan Alvaro juga kunjungan ke luar kota.

"Gak apa-apa. Nikmati aja Mas, ya semoga usaha kita jadi pengingat untuk kedepannya nanti." Kataku sambil melihat pesan yang masuk dalam gawaiku.

"Eh Ibu udah nunggu dari tadi Mas? Dek Sya ngabarin kalau dia lagi makan dulu katanya." tanyaku memastikan.

"Iya kayanya, tadi sih saya kabarin jam empat buat perginya." Jawabnya.

"Oh, kasihan dong Ibu sama Dek Sya yang nunggu kita." Ucapku yang mengingat keadaan jalanan mulai padat.

"Gak apa-apa. Saya udah bilang kalau sedikit telat." Jawab Alvaro yang seperti sangat santai.

"Ih Mas kamu gimana sih? Masa nyuruh orang tua nunggu." Omelku.

"Ibunya aja yang terlalu niat sayang, kita keluar kantor aja tadi jam empat lewat." Katanya yang hobi mengacak-acak kerudungku.

"Maaass, jadi berantakan. Hobi banget deh, kan jadi kusut." Rengekku yang kesal dengan kebiasaan barunya.

"Gak kok, mana ada kusut. Jadi tambah cantik." Ujarnya yang menurutku bohong, detik selanjutnya dia tertawa.

SHABIRA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang