Laki-laki terbaik yaitu sempurnanya keimanan seorang mukmin. Dia yang memiliki akhlak mulia dan sebaik-baik mereka adalah yang berbuat baik kepada perempuan-perempuan (ibu, adik/kakak perempuannya) mereka itu.
- Shabira -
•••••••
"Ibu, Kia pamit ya. Terima kasih jamuannya, maaf sudah merepotkan." Ucapku sambil menyalami Ibu untuk pamit.
"Sama-sama. Jangan kapok ya main kesini, Ibu tunggu lho kamu kesini lagi." Kata Ibu sambil mengusap-usap pundakku.
Selanjutnya Dek Sya, yang baik juga sama seperti Ibu. "Teh, nanti kita main bareng yuk ke mall. Soalnya kalau Sya sama temen-temen gak dikasih izin sama Ibu. Padahalkan Sya udah gede, bukan anak SMP lagi." Celotehnya setelah menyalamiku.
Aku tersenyum. "Iya, in syaa Allah ya."
"Abang, nanti ajak lagi Teh Kia kesini. Soalnya kita mau pergi buat jalan-jalan." Kata Dek Sya kepada Abangnya.
"Iya Adek sayang. Pikirannya main mulu nih." Jawabnya acuh.
Yang disinggungnya hanya cemberut. "Ya sudah, Kia pamit ya, Ibu, Dek Sya. Assalamua'laikum." Pamitku untuk memecah keheningan.
Setelah dijawab salam, aku langsung berlalu dan memasuki mobilnya.
Dalam perjalanan dia bercerita tentang keluarganya. Tentang Dek Sya yang masih diperlakukan seperti anak kecil.
"Ibu itu sebenarnya punya anak empat, tapi adikku meninggal setelah satu hari dilahirkan. Namanya Anisa, dia anak perempuan yang sangat Ibu nantikan kehadirannya saat aku berumur enam tahun. Saat Ibu tahu dia harus terlahir prematur, Ibu sangat sedih, apalagi dia di diagnosis paru-parunya lemah. Mengetahui hal itu Ibu berkali-kali pingsan, sampai Papa cuti dari kerja untuk menemani Ibu agar tidak stres.
"Saat tahu Ibu hamil lagi setelah tujuh tahun dari kejadian itu, Ibu sangat bahagia. Menjaganya sekali, merawatnya melebihi sayangnya pada anak-anak yang lain. Alisya spesial Za, dia juga punya kelemahan dengan imun tubuhnya tidak seperti orang lain. Kemudian, dia juga tidak bisa kecapean, makanya Ibu sangat melarang kalau dia bepergian tanpa pengawasan keluarga. Penyakit autoimun yang diidapnya yaitu SLE," Jelasnya sambil fokus menyetir.
Aku yang mendengar itu hanya terdiam, pantas saja dia sangat dimanja, ternyata dia berbeda dari kakak-kakaknya.
"Ibu gak mau kehilangan anak perempuannya lagi untuk kedua kali." Lanjutnya.
"Ibu kuat banget ya, aku kalau dikasih ujian seperti itu pasti gak akan kuat kayanya. Sekarang aja, Allah kasih aku ujian dalam keluarga rasanya seperti masalahku lebih berat dari orang lain." Jawabku.
"Allah tidak akan membebani hambaNya diluar batas kemampuannya sendiri, Za. Saat Allah kasih ujian itu untuk kamu berarti Allah percaya bahwa kamu sanggup menerimanya." Ucap Alvaro sambil menatap ke arahku kemudian fokus lagi melihat ke depan.
"Mungkin saat kamu menolak rasa sakit itu, malah membuatmu semakin terperangkap dalam kesakitan, Za. Coba lepaskan, beri ruang hati dan waktu kamu untuk menyembuhkan semua luka itu. Masa lalu itu ada untuk diterima dan dijadikan pelajaran, bukan dikenang apalagi disesalkan." Lanjutnya.
"Aku kasih kamu waktu untuk bisa menerima semua luka itu. Aku mengenal kamu dengan diri kamu yang sekarang Za, bukan masa lalu kamu. Jadi, tolong tinggalkan masa lalu itu, dan kita buat masa depan bersama. Aku serius, Za." Katanya, dengan perlahan dan penuh keyakinan.
"Boleh aku bertanya?"
"Silahkan," jawabnya.
"Hal apa yang membuat Mas yakin atas pilihannya untuk melamarku?" tanyaku yang memberanikan diri melihat ke arahnya, dia sempat menengok sebentar kemudian mengalihkan fokusnya lagi ke jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHABIRA (Revisi)
Teen FictionAqeela Shabira Zakia, nama lengkapku. Yang kini sedang mencari partner hidup, akhirnya Allah pertemukan dengan sosok lelaki impianku yaitu Alvaro Nicholas Hamizan yang pada saat itu adalah atasanku. Pertemuanku dengan Alvaro, membuatku membuka hati...