Shabira (9)

8 4 2
                                    

Dia berjuang karena memperjuangkan cintanya, bukan hanya penasaran saja.

- Bella -

••••••

Aku tersadar saat ada suara yang terus-terusan memanggilku, dan mencium bau khas minyak kayu putih di hidungku.

"Ki, bangun Ki. Kia," ucap seseorang memanggilku dan menepuki pipiku.

Aku mengerjapkan mata untuk menormalkan pandanganku. Yang ku rasakan, aku masih merasa pusing.

"Alhamdulillah Kia, akhirnya sadar juga." Ternyata Bella yang ada disampingku.

Kemudian tak lama aku mendengar langkah suara yang sangat gontai mendekati kami, "mobilnya sudah disiapkan." Kata itulah yang aku dengar.

"Yuk Ki, lo harus ke rumah sakit." Ajak Bella.

"Gue gak apa-apa Bel," kataku dengan suara yang masih lemas.

"Pak Alvaro udah nunggu lo di luar. Udah yuk nurut aja." Jawab Bella yang berhasil membuatku mengikuti perintahnya.

Dengan masih lemas dan wajah pucat, aku tak berani bicara banyak saat di mobil. Bahkan aku menyandarkan kepalaku dan dengan mudahnya terlelap begitu saja.

Sampai tak menyadari aku sudah sampai di lobby rumah sakit.

"Gue ambil kursi roda biar lo gak lemes ya." Kata Bella saat turun dari mobil.

"Tunggu Bel," cegahku tapi sayang dia sudah pergi menjauh.

Tak lama Bella datang dengan kursi roda yang didorongnya. Dia juga yang membantuku untuk duduk, padahal aku bisa.

"Gak usah Bel, gue bisa."

"Ya udah gue pegangin!" kata Bella.

Aku menurutinya, tapi ternyata Alvaro yang mendorong kursi rodaku, Bella mengikuti disamping kami. Kemudian aku masuk dan diperiksa setelah menunggu. Ternyata aku harus menjalankan rawat inap.

*****

Disinilah aku sekarang, terbaring lemah diatas kasur kecil persegi panjang dengan ruangan yang cukup besar untuk satu kamar.

Alvaro yang membawaku ke ruang inap VIP, walau beberapa kali aku menolaknya, bahkan hampir berdebat.

Bella dengan setia yang masih menungguku, melayani keinginanku, dan menemani kesendirian dalam kehampaan.

"Lo harus makan dulu, Ki. Setelah itu minum obat ya." Kata Bella yang sedang memegang mangkuk berisi bubur tanpa bumbu apapun.

Sebenarnya aku malas untuk makan, tapi aku tidak mau lebih merepotkan Bella lagi karena keegoisanku.

"Bel, sudah dulu. Gue mual," kataku saat Bella kembali ingin menyuapiku. Sebelumnya aku meminta untuk makan sendiri, tapi Bella keukeuh ingin menyuapiku.

"Oh iya, lo minum dulu deh." Ucap Bella, kemudian dia mengambilkan minum untukku.

"Makasih ya Bel," kataku sambil menerima minumnya.

"Ya, sama-sama. Abis ini makan lagi ya, kalau gak mual." Ucap Bella tapi aku memotong perkataannya.

"Gak, udah ya Bel. Gak enak banget,"

Tiba-tiba ada suara yang mengetuk pintu dengan mengucapkan salam, saat pintu terbuka ternyata itu Alvaro.

"Sudah Pak shalatnya?" tanya Bella masih dengan bahasa formal.

"Iya, gantian ya Bel. Biar saya disini, atau gak kamu shalatnya disini. Takut jadi fitnah kalau berdua." Jawabnya kemudian mencari kursi kosong.

"Iya, Pak." Jawab Bella, kemudian pergi mengambil air wudhu.

SHABIRA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang