Seni akan dihargai dan diapresiasi oleh orang yang mengerti akan maknanya. Begitu juga manusia, akan dihargai dan dimengerti oleh orang yang tepat.
- SHABIRA -*****
Kami masih berada di kafe, mengobrol sekaligus sesekali bercanda. Ya, aku sudah memaafkannya, dengan semudah itu juga aku melupakan kejadian sebelumnya.
Tiba-tiba ada yang datang setengah berlari, ternyata menghampiri kami.
“Kak Alvaro...” Napasnya masih terengah-engah. Kemudian Talia duduk dengan permisi dan mengatakan bahwa Ibunya Alvaro menghubungi dia tapi tak ada jawaban.“Kak, Tante Fatma telepon aku katanya Dek Sya masuk rumah sakit.” Ucap Talia.
Setelahnya Alvaro menghubungi Ibunya untuk memastikan kebenarannya dan menanyakan adiknya di rawat di rumah sakit mana.
“Oh iya Bu, Abang ke sana sekarang ya!” Ucap Alvaro.
“Kenapa?” tanyaku setelah dia memutuskan panggilan.
“Dek Sya dirawat, aku harus segera ke sana. Duluan ya, assalamua’laikum.” Pamitnya, kemudian langsung pergi.
“Aku ikut,” kataku setelah menjawab salam dan tanpa memedulikan di sekitar aku langsung berlari mengejar Alvaro.
Saat di parkiran, Alvaro malah diam sebelum menaiki mobil. Aku pun ikut terdiam di belakangnya. Kemudian dia membalikkan badan dan bertanya.
“Ngapain di sini?”“Ikut, mmm... aku juga khawatir sama Dek Sya.” Jawabku yang sedikit takut.
“Ya udah masuk!” titahnya.
Setelahnya dia mengemudikan mobil dengan kelajuan yang cukup cepat. Dan sepanjang jalan kami terdiam karena canggung. Aku yang ketakutan hanya bisa berpegangan dan berdoa tiada henti, sesekali aku memejamkan mata.
Alvaro yang mungkin melihat ku ketakutan, dia menormalkan kecepatannya.
“Maaf ya,” Ucapnya memecahkan keheningan diantara kami.
“Mm, iya.” Jawabku. “Aku gak apa-apa.” Lanjutku.
Saat ini aku tahu perasaannya sangat khawatir, karena bagaimanapun juga Dek Sya adalah adik bungsu kesayangannya Alvaro.
Saat sampai di rumah sakit, kami bergegas masuk ruangan. Dan benar saja, adiknya terbaring lemah masih tak sadarkan diri.
“Dia pingsan sejak kapan Bu?” tanya Alvaro ketika sudah melihat kondisi adiknya.
“Tadi, pas mau dibawa ke rumah sakit. Ibu bingung kenapa dia pingsannya lama banget. Ibu khawatir Bang.” Jawab Tante Fatma ibunya Alvaro.
Alvaro memeluk dan mencoba menenangkan ibunya. Kemudian tak terasa air matanya menetes.
Aku yang berada di sampingnya, mendekati Dek Sya. Menggenggam tangannya yang begitu dingin, tapi kata Ibu suhu tubuhnya mencapai 39°c lebih.“Dek Sya, bangun yuk sayang. Ada Ibu, Abang, dan Teteh Kia di sini.” Kataku berbisik dan masih menggenggam erat tangannya, kemudian mengelus puncak kepalanya.
“Oh iya, Ibu udah makan? Pasti belum ya?” tanya Alvaro saat dia menyuruh Ibu untuk duduk.
Kemudian aku menghampiri Ibu, mengambil makanan yang kami beli pada saat perjalanan ke sini.
“Ini Bu, makan dulu. Abang Al sengaja beli ini buat Ibu karena dari tadi kan Ibu nunggu Dek Sya.” Kataku, kemudian membuka kotak nasi tersebut.
“Ibu udah makan kok, masih kenyang.” Jawab ibu yang ku yakin itu bohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHABIRA (Revisi)
Teen FictionAqeela Shabira Zakia, nama lengkapku. Yang kini sedang mencari partner hidup, akhirnya Allah pertemukan dengan sosok lelaki impianku yaitu Alvaro Nicholas Hamizan yang pada saat itu adalah atasanku. Pertemuanku dengan Alvaro, membuatku membuka hati...