"Memang cinta tidak selamanya indah. Tapi dengan cinta semuanya bisa menjadi indah. Bahkan ada yang terbutakan karena cinta."
- Bella -••••••
"Ki, lo baru pulang?" tanya Bella yang menyambutku di depan gerbang entah dari mana datangnya.
"Iya," jawabku malas.
Saat Bella mau kembali bertanya aku sudah menutup mulutnya duluan, "Ssstt, nanti ya, gue capek. Mau mandi, mau sholat isya dulu. Ok, assalamua'laikum."
"Wa'alaikumsalam," jawabnya yang masih mematung.
Setelah membersihkan badan dan melaksanakan sholat, Bella sudah lebih dulu menyambutku dengan berbagai pertanyaan.
"Intinya, gue tadi ke rumahnya dia ketemu sama Ibu dan Adiknya. Dia juga nanya rumah gue yang di Tasik, katanya mau ngelamar." Jelasku singkat dengan duduk beselonjor diatas kasur bersama Bella.
"Serius?"
"Iya, gue punya pertanyaan penting buat lo!" kataku dengan serius sambil menunjuk wajahnya.
"Apa?" tanya Bella penasaran.
"Kok lo gak bilang kalau Alvaro nyari tahu tentang gue? Mau main rahasia-rahasiaan sekarang?" tanyaku.
"Hehe, maaf ya, Ki. Soalnya Pak Alvaro sendiri yang bilang. Tapi nih tapi, pas awal dia nanya gue udah tegasin kok sama dia, kalau lo gak mau pacaran dan kalau emang serius ya langsung nikah. Dia bilang iya, ya gue sih percaya." Jelasnya.
"Tapi lo yakin dia seserius itu?" tanyaku lagi memastikan.
"Iya, gue lihat dia emang seserius itu sama lo. Buktinya ya hari ini aja lo dikenalin sama keluarganya. Terus dia juga minta alamat rumah lo kan?"
"Iya sih, tapi masa iya?"tanyaku yang masih tidak percaya.
"Kita lihat ya, kalau Pak Alvaro minggu depan ke Tasik berarti lo harus nerima dia jadi suami. Deal, ya?" jawabnya sambil memberikan jabatan tangan.
"Lah kenapa jadi kaya taruhan," kataku yang menepiskan tangannya Bella.
"Itu bukan taruhan, tapi ja-wa-ban. Lo masih istikhoroh kan? Apalagi jawabannya kalau bukan iya. Bener gak?" katanya dengan meyakinkan ku lagi.
"Allah tuh maha baik, selalu ngasih jawaban di waktu yang tepat untuk hambaNya. Mungkin juga ini jalan buat lo, agar semakin ikhlas dan bisa kembali menerima laki-laki yang tepat buat lo." Lanjutnya lagi.
"Iya sih, gue juga gak mungkin terjebak dalam ketakutan. Yang terus mendekap luka sampai tak memberi nafas untuk bisa kering." Ucapku dengan kesadaran.
"Iya Ki, memang cinta tidak selamanya indah. Tapi dengan cinta semuanya bisa menjadi indah. Yang penting lo jangan terlalu mengharapkan dia, karena manusia mudah terbolak-balik hatinya." Tutur Bella dengan pembicaraan yang mulai serius.
"Lo bener Bel, mungkin selama ini gue hanya terjebak dalam ekspektasi, sehingga gue kaya gak nerima. Pada akhirnya gue hanya menyalahkan takdir tanpa tahu hikmah dibaliknya." Jawabku dengan menunduk.
Bella kemudian mengusap pundakku. "Jangan lagi untuk menutup hati ya, selain harus mencintai diri sendiri, lo juga harus bisa kembali menyayangi. Alvaro orangnya baik, gue juga berdoa, semoga dia adalah pria yang dikirim Allah untuk lo, untuk menyempurnakan hidup lo, Ki." Katanya sambil berkaca-kaca.
Aku yang merasakan pelukan hangatnya ikut terbawa suasana haru. "Makasih ya, Bel. Gue gak tahu harus balas lo kaya gimana? Gue juga berharap lo mendapatkan pria terbaik yang Allah pilihkan buat lo, semoga pria itu segera bertemu ya sama lo." Jawabku yang membalas dengan pelukan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHABIRA (Revisi)
Teen FictionAqeela Shabira Zakia, nama lengkapku. Yang kini sedang mencari partner hidup, akhirnya Allah pertemukan dengan sosok lelaki impianku yaitu Alvaro Nicholas Hamizan yang pada saat itu adalah atasanku. Pertemuanku dengan Alvaro, membuatku membuka hati...