"Tidak perlu banyak janji, yang penting adalah bukti."
- SHABIRA -
•••••
"Saya tunggu kamu besok, bersiaplah." Hanya kata itu yang masih terngiang di ingatan ku sebelum Alvaro pergi karena di panggil oleh temannya saat di Kantor.
Lima hari berlalu setelah kesepakatan yang dibuat Alvaro sendiri denganku memutuskan untuk menerimanya. Tapi, keraguan dihati masih tak bisa dibohongi. Aku belum sepenuhnya menerima walau aku menyukainya.
Hari minggu aku menghabiskan banyak waktu sendiri di kosan. Bella ada urusan bersama temannya (teman lelakinya) yang aku sendiri tak diberi tahu olehnya.
"Saya di depan, keluar!" Pesan singkat yang aku tak tahu dari siapa pengirimnya membuatku takut jika orang tersebut adalah orang jahat.
Aku melangkah ke arah jendela untuk memastikan siapa yang menunggu di luar. Setelah mengintip aku hanya menemukan mobil terparkir di luar gerbang tapi aku tak tahu siapa pemiliknya.
Tiba-tiba ada suara yang membuka pintu kamarku dengan langkah yang gontai. Aku membalikkan badan, walau tidak berani untuk melihat.
"Heh, lo kenapa?" tanya Bella tiba-tiba.
"Astaghfirullah. Ngagetin aja lo," ucapku sedikit kaget saat membalikkan badan.
"Kenapa sih celingak-celinguk gitu?" tanyanya yang memperhatikan gerakanku.
"Ini, ada yang WA gue. Di suruh ke depan, tapi gue gak tahu siapa orangnya." Kataku sambil menunjukkan isi pesannya.
"Lo ngapain tiba-tiba disini? Bukannya tadi pergi?" tanyaku yang teringat seharusnya dia masih di luar.
"Gue baru pulang, terus ketemu Pak Alvaro di depan. Lo ada janji sama dia? Nungguin tuh orangnya!" jawab Bella.
"Oh, jadi. Ternyata dia yang WA gue, ketus kaya gini? Gak ada basa-basinya. Dasar freezer." Umpatku yang tidak habis pikir dengan sikapnya.
"Mau ngapain dia kesini?" tanyaku.
"Lah, mana gue tahu dodol. Kan lo yang tahu. Mending lo samperin deh, kasihan anak orang nunggu kaya pengemis kaya." Katanya kemudian mengambil minum sambil duduk ditepi ranjangku.
"Mana ada pengemis kaya, Isa-bel-la,"
"Dia kan bawa mobil, kaya dong berarti. Udah sana samperin, malah diem. Nih pake kerudungnya." Titahnya sambil memberikan kerudung jeblus kepadaku.
"Cepet-cepet, keluar!" usirnya.
"Ngusir gue, lo? Kurang ajar emang," belum selesai aku berbicara Bella lebih dulu mendorongku keluar kamar.
"Ih bentar dong, deg-degan gue." Ucapku.
"Yakin gue mah, lo juga sebenarnya gak mau nolak Alvaro. Tapi lu nya aja yang gengsi, makanya..."
"Udah ah, berisik lo. Gue mau temuin dia dulu." Potongku. Kemudian aku menuruni tangga dan berjalan keluar mendekati Alvaro.
*****
"Masuk!" titahnya dengan muka datar dan nada rendah sambil membukakan pintu, setelah aku tanya maksudnya dia mengirim pesan."Ih kemana?" tanyaku yang bingung karena sikapnya.
"Katanya mau bukti, ya ayo!"
"Bentar, bukti apa sih? Bapak kayanya lagi kurang sehat ya? Masa aku dipaksa masuk ke dalam mobil," cerocosku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHABIRA (Revisi)
Teen FictionAqeela Shabira Zakia, nama lengkapku. Yang kini sedang mencari partner hidup, akhirnya Allah pertemukan dengan sosok lelaki impianku yaitu Alvaro Nicholas Hamizan yang pada saat itu adalah atasanku. Pertemuanku dengan Alvaro, membuatku membuka hati...