•••
"Minggir aku aja yang nyetir!"
"Aku gapapa sayang, udah ya kamu duduk aja."
Gapapa katanya? Padahal saat ini wajah pria itu sudah pucat pasi dan keringat dingin mengucur di dahinya.
"Turun. Pindah." Nanon menekankan kata-katanya, dia menarik Ohm dan menyuruh pria itu turun dari mobil dan pindah ke kursi sebelah kemudi.
"Nanti kamu capek loh, masih jauh perjalanannya."
"Yang penting kamu gak sakit!"
Nanon memasangkan seatbelt pada Ohm, mengatur jok mobil senyaman mungkin untuk pria itu.
Setelah dirasa Ohm sudah nyaman dengan posisinya Nanon segera menutup pintu mobil dan berjalan memutar.
"Bobok dulu ya, nanti aku bangunin."
Ohm mengambil salah satu tangan Nanon dan menciumnya.
"Sakit badannya? Ke dokter aja ya?" Ohm menggeleng kuat, dia memeluk tangan Nanon dengan erat dan menatap Nanon dengan tatapan memelas.
"Iya-iya, kita ke hotel aja biar kamu bisa istirahat."
•••
"Sayang, Paw.."
"Bangun dulu yuk, nanti bobok lagi." Nanon menepuk pelan pipi Ohm mencoba membangunkan pria itu yang sepertinya tertidur sangat lelap.
"Udah sampai?"
"Udah, ayo turun."
"Gendong?"
"Yang bener aja! Badanmu gede gini." Protes Nanon saat Ohm merentangkan tangannya meminta untuk digendong.
"Becanda sayang."
Keduanya turun dari mobil, "Jangan gini dong, berat."
Ohm menumpukan tubuhnya pada bahu Nanon sehingga mempersulit langkahnya karna pria besar itu.
"Aku sakit ini yang, kok diomelin terus." Bukannya menyingkir Ohm malah justru semakin menggelendoti Nanon hingga membuat mata semua orang yang berada di lobby hotel itu tertuju pada mereka.
"Diliatin loh, kamu gak malu apa?" Bisik Nanon pada Ohm yang masih menempelkan kepalanya di bahu Nanon.
"Ngapain malu, mereka kan punya mata jadi bisa liat."
Nanon memutar bola matanya, dia heran saja sebenarnya pria ini sakit atau tidak, jika iya kenapa masih cerewet seperti biasanya.
•••
"Dah sana bobok lagi." Keduanya sudah masuk kedalam kamar hotel, Ohm langsung merebahkan dirinya diatas kasur empuk itu.
Nanon ikut membaringkan tubuhnya disamping Ohm, menutup matanya sebentar kemudian menoleh ke arah Ohm yang sedari tadi menatapnya.
"Makasih ya, buat semuanya. Kamu jadi sakit kayak gini.." Nanon membalikkan tubuhnya menghadap Ohm, mengusap sayang pipi pria dihadapannya dalam hatinya ia selalu bersyukur karna dipertemukan dengan orang seperti Ohm beserta keluarganya.
"Apapun buat kebahagiaan kamu, lagipula kamu kan ada disini jadi bisa urusin aku." Ohm menaik turunkan alisnya memancing geplakan halus dari Nanon pada lengan atasnya."Makan dulu ya? Aku pesenin."
"Makan kamu aja boleh gak?"
"OHM PAWAT!"
•••
Setelah acara makan memakan, ekhem. Maksudku—
Tidak, lupakan.
Setelah lelah dengan kegiatan mereka, Ohm langsung tertidur pulas meninggalkan Nanon yang masih sibuk memunguti pakaian mereka yang Ohm lempar kesana dan kemari.
Pria itu sangat bersemangat dan melupakan rasa sakit ditubuhnya demi 'memakan' makanannya.
Selesai membereskan kekacauan yang dibuat oleh pria kesayangannya, Nanon langsung merebahkan dirinya lagi disamping Ohm yang sudah lelap.
Memperhatikan bagaimana wajah pria itu saat tertidur, sesekali tertawa kecil karna melihat Ohm yang tersenyum atau dahinya berkerut dalam tidurnya.
"Have a nice dream darl, i love u."
Mencium kening Ohm cukup lama dan ikut tertidur.
•••
-TAMAT-
•••
TAPI BOONG.
HAI SEMUANYA~
Maaf pendek :3Karna kumpulan ide di otakku ke format semua ☺️🙏
Thank you for reading~
Don't forget to vote and support this account dengan cara follow yaw~
KAMU SEDANG MEMBACA
Home || OhmNanon
JugendliteraturTentang keseharian Ohm Nanon, Dari yang sedih sampai yang gemes-gemes. Warn! Bxb area. Homophobic jauh-jauh ya, ini bukan lapak kalian!