16. "Dan akan selalu begitu.."

935 89 4
                                    

•••

"Terlihat sangat tampan bukan?" Ucap Ohm dengan sangat percaya diri didepan cermin besar dikamarnya dan Nanon.

Nanon datang dari belakang memeluk si tampan dengan lembut, mengelus dada bidang pria itu.

"Betapa beruntungnya seseorang yang akan menikahimu."

"Kalau begitu kamu adalah orang yang beruntung itu." Nanon terkekeh, dia melepaskan pelukannya dan membalik tubuh Ohm menghadap kearahnya.

"Baiklah pangeran, apa sudah selesai berdandannya?" Tanya Nanon dengan senyum menggoda.

Ohm yang sedang melingkarkan tangannya pada pinggang Nanon langsung mengeratkannya hingga tidak ada lagi jarak diantara keduanya.

"Nah sayangku, aku lebih ingin mengurungmu disini seharian daripada pergi ke pesta pernikahan itu."

Nanon tertawa geli, dia memukul pelan dada bidang prianya itu, Nanon sebenarnya juga malas untuk berpergian apalagi ke sebuah pesta yang tentu saja akan ada banyak orang.

Bertemu dengan orang-orang itu sangat melelahkan bagi Nanon yang memang lebih suka menyendiri.

"Kau sudah diundang, dan yang mengundangmu adalah kolega yang sudah lama bekerja di perusahaanmu, 'kan?"

"Hm, benar."

"Tunggu apa lagi? Gandeng aku." Nanon mengulurkan tangannya sementara Ohm hanya menerimanya dengan senang hati.

•••

Ohm dan Nanon disambut dengan sangat baik di pesta itu, "Tidak seburuk itu bertemu orang banyak." Gumam Nanon pada dirinya sendiri.

"Bicara sesuatu?"

"Tidak."

Nanon mengalihkan pandangannya pada karangan bunga yang berjejer disana, tidak ada yang menarik dia hanya iseng saja.

"Hai Ohm!" Sapa seorang perempuan dari arah kanan mereka, perempuan itu berjalan menuju keduanya dengan tatapan memuja pada Ohm.

Nanon tentu saja melihatnya dan paham akan tatapan itu, dia kesal, marah dan cemburu pada saat yang bersamaan.

"Hai Pri, apa kabar?" Ohm malah tersenyum tampan tanpa rasa bersalah pada Nanon sedikitpun.

"Aku baik, ah. Ini Na— siapa namanya? Nanon, iya Nanon, benarkan?"

"Benar sekali, dia kekasihku." Ucap Ohm dengan nada bangganya, Nanon hanya tersenyum tanggung enggan untuk menimbrung.

"Sangat manis, seleramu benar-benar berubah." Apa maksudnya dengan 'seleramu benar-benar berubah' ?

"Apa kau sendiri datang kesini?"

Prighking menggeleng dan menunjuk salah satu pria yang sudah agak tua, sepertinya Papanya. Ohm hanya mengangguk.

"Kau semakin terlihat tampan, aku jadi menyesal sudah meninggalkanmu dulu." Nanon melebarkan matanya namun pandangannya segera ia alihkan.

"Ayolah Pri, itu sudah masalalu. Kau pasti bisa mendapatkan pria yang lebih tampan dariku."

"Aku belum bisa melupakanmu, dulu aku meninggalkanmu karna orang tuaku tidak setuju, aku masih sangat mencintaimu." Tangan Prighking mulai berani menggenggam tangan Ohm.

Nanon masih terdiam meskipun dadanya mulai terasa sesak saat ini, Ohm mencuri pandang kearah Nanon yang hanya menundukkan kepalanya dengan tangan yang terlihat gemetar.

"Maaf, Pri. Aku memiliki Nanon saat ini, aku sangat mencintainya lebih dari apapun."

"Ohm sadarlah! Dia tidak akan bisa memberimu apa-apa!"

Home || OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang