" Dasar ceroboh. Uang 50.000 won mu jatuh tadi. "Jungkook tersenyum di atas tetesan air mata yang jatuh mengenai pipi kanannya. Dia menatap sendu perempuan itu, tidak memedulikan uang berharga 50.000 won dan lebih memilih dirinya.
Karena untuk Jungkook, uang sebesar apapun tidak akan ada harganya di banding sosok perempuan ini.
" Anak muda, kenalin, dia– "
" KANG JIEUN!! " Jungkook memotong ucapan si nenek. Lompat dari kursi memeluk perempuan yang ia amat sangat rindukan itu.
Saking eratnya, sampai hampir mencekik. Jieun kesusahan bernafas. Memukul dada Jungkook sebagai tanda agar melepas pelukannya.
" Akhirnya, kamu pulang! " melepas pelukan sesaat, Jungkook kembali memeluk Jieun lagi.
Nenek yang sekarang sedang membereskan sisa makanan Jungkook hanya diam tersenyum melihat pemandangan dua anak muda ini.
" Siapa yang nganterin kamu ke sini? Oh ya pasti Hoseok hyung! Syukurlah kamu baik - baik saja, aku snagat khawa- "
Jari telunjuk Jieun menempel di bibir Jungkook. Membukam mulutnya yang tidak henti mengoceh.
" Bukan Hoseok yang mbawa aku ke kamu. " kata Jieun.
" Lha terus? " bingung Jungkook. Terlihat dari tatapannya yang penuh pertanyaan.
Jieun menyeringai, " Ayo ikut aku. "
Dia menggeret tubuh Jungkook menjauh dari pojangmacha. Membawanya kembali ke motel dimana ternyata, Jieun selama ini tinggal bersebelahan dengan Jungkook dan Hoseok.
Saat mengetahui itu, Jungkook merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Jieun sedekat ini dengannya.
Jieun memutar kenop pintu motel. Kedatangan mereka di sambut dengan Hoseok yang duduk kaku di atas kursi kayu, memegang cangkir teh di tangan. Menghadap laki - laki bertubuh jakung yang sedang membaca buku novel kesukaannya. Itu Jin.
" Ini, dah ketemu orangnya. " kata Jin, sembari memberi pembatas di halaman yang ia terkahir baca.
" Lho? Hyung? " kaget Jungkook. Menunjuk kearah Hoseok. Lalu berpindah ke arah Jin. Tatapannya seketika berubah.
Dan Jieun menyadari itu, " Jangan ngasih Jin oppa tatapan seperti itu. "
Jieun melepas jaketnya, dan langsung di ambil Jin untuk di lipat dan di taruh di atas nakas.
" Gara - gara Jin oppa aku nekat ngikutin kalian selama ini. "
" WHAT?! " kejut Hoseok dan Jungkook bersamaan.
Jin tersenyum polos, berdiri berdampingan dengan Jieun, " Aku merasa bersalah waktu Jungkook keluar dari mobilku. Makannya aku mbujuk Jieun buat kembali sama kamu. Tapi ... "
Jin menggantung kalimatnya, menoleh kearah Jieun.
" Aku enggak mau. " cetus Jieun. Menyilang kedua tangan di atas dada, mengangkat dagu sombong.
" Kenapa? " tanya Jungkook.
" Aku capek sama kamu yang dikit - dikit suka ngeluh. " setelah mengatakan itu, Jieun memutar pandangannya ke Hoseok, " Pasti melelahkan kan mengurus Jungkook. "
Hoseok tidak menjawab. Namun wajahnya yang tertekan menjawab semuanya.
Iya, sangat melelahkan. Walau terlihat seperti pria dewasa, tapi sebenarnya jiwa Jungkook masih jiwa anak - anak yang suka ngambek, ngeluh, merasa orang paling susah di dunia ini. Padahal, dia perjalanannya belum separuh. Masih awal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wishlist
Fanfiction" Dari 10 keinginan yang aku tulis di buku ini. Menikahimu berada di urutan pertama daftar keinginanku Ji. " [HIATUS] Start : 21 January 2022 End : -