Sayang, kangen.
Seulgi mengirim pesan ke pacarnya, tapi jangankan dibalas, dibaca pun tidak.
Kamu kapan nggak sibuknya sih, Yang?
Dia mengirim pesan susulan setelah yang pertama, namun tetap tidak ada respon. Seulgi memutuskan untuk menelepon. Deringan pertama lewat, kedua, ketiga, sampai operator yang memberitahunya kalau nomor yang dia tuju tidak bisa menerima panggilan.
"Ah elah, ke mana sih nih orang?" Seulgi misuh-misuh sendirian. Saat ini dia hanya rebahan di kamar kosnya, dan jujur dia tidak betah hanya berdiam diri seperti ini tanpa ada yang dikerjakan. "Maen sama Wendy aja kali ya, udah lama juga nggak ketemu." Kemudian dia menelepon Wendy.
"Halo, kenapa, Gi?"
"Di mana lo, Wen?"
"Kantor lah. Ya kali di pantai."
"Maunya lo itu sih." Seulgi terkekeh. "Ntar kosong nggak lo?"
"Mau nraktir gue ya? Gue kosongin kalo gitu."
"Dih," Seulgi mendengus, "Tapi boleh deh. Gantian gue traktir lo nih."
"Eh, serius? Banyak duit lo sekarang."
"Iya, pesugihan gue."
"Si kampret. Kalo ngomong suka bener." Wendy tertawa di seberang sana. "Ya udah, kebetulan gue nggak ada meeting nih. Kuy lah, ke mana kita?"
"Jangan mahal-mahal juga tapi ya, masih melarat gue." Seulgi tertawa. "Bakmi aja nggak sih? Atau burger juga enak kayanya."
"Ngikut aja gue."
"Yaudah, ketemu di sana aja ya. Lo suka rese sama mocil gue soalnya." Seulgi mencibir yang membuat Wendy tertawa lagi. Mocil itu singkatan dari motor nyicil alias motornya Seulgi yang dibeli dari hasil mencicil tiap bulan.
Nah kalau Wendy itu temen kuliah Seulgi dulu. Iya dia sempat merasakan bangku kuliah walau hanya bertahan setahun, karena tidak sanggup jika harus bertahan hidup dan bayar kuliah. Dia pikir dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik kalau dia punya gelar sarjana, tapi apa daya, semua balik lagi ke masalah biaya.
Mereka masih berteman sampai saat ini. Wendy sudah menjadi manajer di salah satu perusahan ternama, sedangkan Seulgi? Ya, begitu lah nasibnya. Seulgi segera mandi dan kemudian bersiap-siap pergi.
Dia tentu saja tiba terlebih dahulu dibanding temannya itu. Tapi dia tidak khawatir karena Wendy sudah mengirim pesan dan menjelaskan kalau dia sudah di jalan. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Wendy datang dan memberikan cengiran bersalah.
"Sori ya, macet gila." Wendy menarik kursi dan duduk di depan Seulgi.
"Makanya pake motor." Seulgi meledeknya.
"Ogah, panas!" Dia tertawa lepas.
Mereka bertukar kabar sambil menikmati makanan yang dipesan. Masalahnya, Wendy dari dulu selalu bisa membuat Seulgi banyak bercerita, berbagi keluh-kesah, dan bahkan membocorkan rahasia yang disimpan rapat-rapat. Wendy punya pembawaan yang bikin orang nyaman.
"Tunggu, tunggu..." Wendy menyesap es the manisnya, "Jadi lo udah punya pacar tapi backstreet?" Seulgi mengagguk. "Tapi terus sekarang lo selingkuh sama cewe lain?"
"Bukan selingkuh juga sih," Seulgi menjawab santai. "Kan gue bilang, kalo sama yang ini cuma pura-pura. Kaya semacam kontrak kerja sama, gue dibayar. Nah kalo sama pacar gue yang beneran, ya gue pacaran, cuma nggak ada yang tau."
"Gue bingung. Bisa sebut nama aja nggak? Siapa pacar beneran lo dan siapa pacar pura-pura lo?"
"Yang pura-pura namanya Irene, kalo yang beneran gue nggak bisa ngasih tau." Seulgi menghela napas, "Dia artis yang lagi berjuang dari bawah. Kita sepakat merahasiakan hubungan kita karena dia belum siap coming out. Ada imej yang harus dia jaga kan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin kontrak!
Fanfiction"Awas lo, jangan jatuh cinta sama gue, ya!" "Iya, tenang aja. Saya nggak akan jatuh cinta sama kamu."