Jika kemarin dia berseri-seri penuh senyum, hari ini Irene terlihat seperti langit mendung yang siap mengirim badai. Para perawat kembali saling menyikut, bertanya-tanya ada apa dengan dokter cantik mereka. Irene tidak galak, tapi auranya membuat dokter-dokter koas ciut nyali.
"Mana, saya mau liat." Irene menyodorkan tangannya meminta kertas hasil EKG pasien. Dia membacanya, untuk orang awam mungkin hanya sekilas, tapi karena dia sudah terbiasa dan hafal rumus baca EKG, dia bisa memberikan diagnosa hanya dalam waktu singkat. "Jadi, apa hasilnya?" Tanya Irene ke para dokter koas.
Lima detik tidak ada yang bersuara, Irene mengangkat wajahnya dari resume pasien yang sedang dia kerjakan tadi, menatap dokter-dokter muda di hadapannya. "Nggak ada yang tau?"
Seorang Mbak koas mengangkat tangannya, "Aritmia ventrikular, Dok." Jawabnya ragu.
Irene menatapnya tajam, "Kamu pikir saya bakal masih di sini kalo hasil EKGnya aritmia ventrikular?"
"Eh, aritmia supraventikular, Dok." Ralatnya.
"Kamu gambling sama diagnosa pasienmu?" Irene tidak melepaskan tatapan tajamnya, lalu dia melihat dokter muda itu hampir menangis. Dia menghela napas, "Belajar lagi, biar bisa baca hasil EKG dengan benar. Salah baca hasil EKG bisa berakibat fatal buat pasien." Ujarnya.
"Baik, Dok." Cicit dokter muda itu.
"Yang lain ada yang tau apa jenis aritmia supraventikular ini?" Tanya Irene lagi ke dokter-dokter muda lainnya.
"Takikardia, Dok." Kali ini Mas koas yang mencoba menjawab.
"High risk nggak?" Tanya Irene lagi.
"Nggak, Dok."
"Kenapa?"
"Pasien masih muda dan aktif berolahraga, tidak ada riwayat penyakit atau kelainan jantung."
"Prognosis?"
"Cukup dengan istirahat, Dok."
Irene mengangguk kemudian melihat jam tangannya, "Saya ada operasi CABG (coronary artery bypass graft) satu jam lagi." Dia memberitahu dokter-dokter muda itu, "Yang bisa jawab pertanyaan boleh ikut scrub in sama saya." Dia menatap mereka satu-persatu dan mereka terlihat antusias. Seenggaknya mereka cukup antusias dan punya semangat belajar deh. Ujar Irene dalam hati. "Kenapa harus operasi bypass?"
Beberapa tangan terangkat ke atas, mencoba menjawab pertanyaan Irene. Dia menunjuk salah satu dari mereka, "Pasien mengalami penyempitan pada lebih dari satu pembuluh darah jantung." Jawabnya antusias.
"Kan masih bisa dilakukan angioplasty atau pasang ring." Komentar Irene.
"Eh, iya ya, Dok." Dia garuk-garuk kepala.
Seorang lagi mengangkat tangannya untuk menjawab, "Pasien mengalami penyempitan atau penyumbatan yang parah pada pembuluh arteri koroner utama sebelah kiri yang bertugas memasok darah ke bilik jantung kiri, yang tidak bisa diatasi dengan angioplasty atau pasang ring, Dok."
"Kamu ikut scrub in sama saya." Kata Irene.
"Yes!" Dia berseru kegirangan.
Irene akhirnya tersenyum walaupun sedikit, "Yang lain di post-op care, ya. Jangan nyepelein tugas yang saya kasih. Kerjain dengan serius. Saya nggak segan nendang kamu keluar dari program kalo kerjanya asal-asalan."
"Baik, Dok." Jawab mereka kompak.
Irene keluar dari ruang poli dan menuju ke (IBS) instalasi bedah sentral, rombongan dokter koas mengekor di belakangnya. "Hai, Sayang." Seulgi muncul di depan ruang poli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin kontrak!
Fanfiction"Awas lo, jangan jatuh cinta sama gue, ya!" "Iya, tenang aja. Saya nggak akan jatuh cinta sama kamu."