A/n: Saya ajak kalian naik rollercoaster. 👀
Enjoy!***
Seharusnya Irene libur hari ini, hanya jadwal on-call, tapi sayangnya ada kasus darurat yang mengharuskannya untuk ke rumah sakit. Maka di sini lah dia sekarang, di IBS sedang mengisi laporan resume pasiennya sehabis operasi.
"Dok," Sapa salah satu perawat.
"Hmm?" Irene merespon sambil tetap melakukan pekerjaannya.
"Ada yang nyariin dr. Irene." Kata perawat tersebut.
"Siapa, Sus?" Dia bertanya heran, "Jadwal on-call saya udah selesai."
"Eh, bukan pasien, Dok." Jelasnya, membuat Irene kini menatap perawat tersebut. "Katanya dokter juga, tapi saya nggak kenal. Kayanya bukan dari rumah sakit kita deh."
"Sekarang orangnya masih ada? Kalo ada, di mana dia, Sus?"
"Tadi sih saya suruh ke ruang tunggu, Dok. Tapi nggak tau masih ada atau udah pulang dia." Kata si perawat. "Ganteng loh, Dok. Masih muda, wangi juga, perlente lah pokoknya." Katanya memberi informasi tambahan. "Nggak jauh beda sama dr. Suho deh, Dok."
Irene mengabaikannya, "Makasih, Sus. Nanti saya mampir ke ruang tunggu, sekalian lewat juga, kan searah sama ruang loker." Dia menutup lembaran file-nya dan menyerahkan map status pasiennya ke perawat itu. Kemudian dia pamit undur diri sambil tidak lupa mengucapkan terima kasih atas kerja samanya hari ini.
Begitulah kenapa para perawat mengidolakan dr. Irene, karena dokter cantik itu sangat ramah dan tidak pernah memandang rendah orang lain apapun profesinya. Bahkan terhadap staff kebersihan seperti cleaning service dan office boy/girl pun dia tetap ramah.
Dia mengecek jam di pergelangan tangannya. Masih pukul tiga sore, masih ada waktu satu jam lagi sebelum waktu janjian yang telah ditentukan. Dia ada janji kencan dengan pacarnya, karena Seulgi bilang dia sudah gajian. Irene berjalan menuju ruang loker untuk mengganti pakaian. Seperti yang dia katakan tadi, dia melewati ruang tunggu dan melihat ada seorang lelaki menunggu di sana.
"Hai, Rene, apa kabar?" Tanya lelaki tersebut basa-basi.
"Oh," Balas Irene menyambut uluran tangannya, "Baik, Dok." Dia sengaja memanggil lelaki itu dengan sapaan 'dokter', karena meskipun mereka satu angkatan, dia merasa perlu menegaskan bahwa hubungan mereka tidak lebih dari rekan sejawat.
"Ya elah, berasa tua dipanggil dokter sama dokter juga. Kesannya aku udah senior banget." Kata dr. Jaejin. Ya, dia adalah dokter kandungan yang sempat membuat masalah di hubungannya dengan orang tuanya dan pacarnya sekaligus.
Tidak tahu malu memang, untuk apa dia masih menampakkan wajahnya di depan Irene? "Ada perlu apa, Dok?" Tanya Irene yang enggan untuk berbasa-basi.
"Kamu masih ada jadwal operasi?"
"Nggak, tapi saya –"
"Ya udah, kita dinner yuk?" Potongnya cepat.
"Saya udah ada acara." Balas Irene datar.
"Ya batalin aja. Aku bakal ajak kamu dinner di tempat yang luar biasa. Aku yakin kamu belum pernah ke sana."
"Saya nggak bisa dan nggak mau." Tolaknya tegas. "Saya ada janji kencan sama pacar saya. Jadi, permisi, Dok." Irene berlalu meninggalkan dr. Jaejin, namun pergelangan tangannya digenggam oleh lelaki itu.
"Bentar, Rene," Katanya. "Orang tua kamu belum cerita emangnya? Aku ngelamar kamu loh."
"Lamaran macam apa yang pake bohong segala?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin kontrak!
Fanfiction"Awas lo, jangan jatuh cinta sama gue, ya!" "Iya, tenang aja. Saya nggak akan jatuh cinta sama kamu."