16.

3.6K 382 23
                                    

Selama ini Irene sangat berhati-hati, tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak senonoh di lingkungan rumah sakit. Bahkan pelukan dengan Seulgi waktu itu pun di tempat sepi yang jarang dilewati orang, selebihnya pacarnya itu cuma mengantar-jemput dirinya. Hanya Suho dan beberapa perawat yang mengetahui hubungan mereka, dan selama ini mereka tidak masalah, Irene merasa mereka biasa saja bahkan cenderung suportif. Atau para dokter muda alias koas? Dia jelas-jelas tidak sengaja mendengar bagaimana Mbak koas membelanya di depan temannya.

Tapi tiba-tiba ada banyak komplain masuk ke rumah sakit tempat Irene bekerja tentang orientasi seksualnya. Mulai dari pasien-pasien yang keberatan jika ditangani oleh dokter yang menyukai sesama jenis, sampai para dokter dan perawat yang merasa tidak nyaman bekerja dengan dirinya. Padahal itu bersifat sangat pribadi, sama sekali tidak mempengaruhi profesionalismenya sebagai dokter. Dia tidak berubah jadi lalai, tetap bekerja semaksimal mungkin.

Itu lah isi sidang kode etik Irene kemarin yang berakhir dia dijatuhi sanksi skors selama sebulan oleh Komite Medik rumah sakit. Itu juga yang menyebabkan Suho marah, karena menurutnya KomDik tidak adil. Lelaki itu membandingkan kasus dr. Lee yang jelas-jelas berakibat fatal pada pasien tidak dihukum apa-apa, sedangkan Irene yang sifatnya pribadi malah kena skors selama sebulan.

"Ayah sama Ibu ngedukung apapun keputusan kamu sama Seulgi, Kak. Tapi harus dipikir yang matang, liat dari semua sisi baik dan buruknya." Kata Ayahnya.

Irene dan Seulgi saat ini sedang di rumah orang tuanya Irene. Dia sudah menceritakan secara detail apa yang terjadi pada dirinya. Ayahnya tentu kesal tapi dia juga menyadari tidak semua bisa menerima hubungan sesama jenis, jika boleh jujur dia pun bisa menerima hanya karena Irene anaknya.

"Berat ya, Nduk." Kata Ibu sambil mengelus sayang kepala anaknya. "Kakak maunya gimana? Nak Seulgi maunya juga gimana?"

"Jangan tanya Seulgi." Sebal Irene. "Solusi dia nggak masuk akal."

Seulgi menghela napas lelah, "Nggak masuk akal gimana sih, Yang?"

"Ya kamu seenak jidat nyuruh aku nikah sama Suho!"

"Di atas kertas doang, Sayang. Aslinya kamu tetep sama aku."

"Pernikahan itu sakral, Seulgi!" Omel Irene. Seulgi ingin membantah. Bukankah dulu Irene yang menyarankan mereka untuk kawin kontrak? Tapi gadis sipit itu memilih untuk menggigit lidah, tidak ingin memperparah keadaan. "Misalnya nih aku nikah sama Suho, kamu pikir aku nggak bakal ngejalanin kewajibanku sebagai istri?" Tanya Irene. "Kamu rela aja gitu aku disentuh sama orang lain? Kalo aku punya anak sama Suho, bisa kamu nerima itu semua?"

Rahang Seulgi mengeras. Ingin rasanya dia berteriak 'tidak' dengan lantang, tapi dia pun tidak ingin egois. Dia sangat menyayangi Irene, tidak mau menjadi penghalang atau batu sandungan antara Irene dengan karirnya. Siapa yang sudi melihat orang tercintanya bersama orang lain? Tapi Seulgi dengan terpaksa merelakannya, asal Irene bisa berkarir seperti biasa. Dia menelan semua kepahitan dan memaksakan senyum di wajahnya. "Kalo itu emang jalan yang terbaik, Yang."

"Terus kamu nggak mikirin perasaanku? Yang kamu pikirin cuma karirku?" Irene mendelik sinis. "Aku bukan Jisoo."

"Jisoo?" Ayah dan Ibunya bertanya keheranan.

"Mantannya Seulgi." Jawab Irene cepat.

Seulgi melirik tidak setuju. Untuk apa bawa-bawa mantannya itu? "Nggak ada hubungannya sama Jisoo, Irene."

"Ada." Irene bersikeras. "Kamu pikir aku kaya dia, ya kan? Kamu pikir aku lebih milih karirku dibanding kamu. Aku bukan dia, Seulgi."

"Nggak ada yang bilang kalo kamu itu dia."

"Ya udah nggak usah ngasih saran yang aneh-aneh! Ngomong aja cari solusi bersama, yang kamu omongin itu bukan buat bersama, tapi buat kamu doang karena kamu nggak mau usaha lebih keras! Kamu nyerah gitu aja!"

Kawin kontrak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang