20. 🔞 [M]

5.3K 358 6
                                    

A/n: Cieee... nungguin ya? 👀

Tuh udah tuh, dikasih yang enak-enak deh. Enjoy! 💝💛

***

Tidur Seulgi terusik karena dia merasakan sentuhan-sentuhan di tubuhnya. Dipikirnya itu hanya sebatas mimpi sehingga dia masih enggan membuka mata. Dia biarkan mimpinya tetap berlangsung, malah sekarang dia menikmatinya karena sentuhan tadi merambat ke area sensitifnya. Bahkan dia bisa merasakan kecupan lembut di bibirnya.

Mimpi basah nih gue kayanya. Pikir Seulgi yang masih di ambang kesadaran. Siapapun, tolong jangan bangunin gue! Dia tersenyum di saat bibirnya dilumat dalam, membuatnya otomatis membuka mulutnya untuk lidah yang mendesak masuk. Seulgi mengerang pelan sambil matanya masih rapat terpejam.

Ciuman itu terlepas dari bibirnya namun segera menyerang leher dan semakin turun ke dadanya. Senyum semakin merekah lebar di wajah Seulgi, seakan dia benar-benar menikmati. Dia merasakan remasan sensual di kedua payudaranya, lalu hisapan agak kencang di putingnya. Seulgi melenguh panjang. "Irene..."

Satu tangan dirasa semakin merayap turun ke bawah, mengusap permukaan kewanitaannya. "Buka mata kamu, Sayang." Sebuah suara berbisik memintanya. Seulgi menggeliat di bawah sentuhan-sentuhan memabukkan itu. "Aku nggak mau lanjut kalo kamu belum bangun."

Perlahan Seulgi membuka kedua matanya lalu mendapati senyuman Irene menyambutnya. "Sayang?" Dia mengerjap heran, berusaha mengumpulkan nyawanya. "Kamu ngapain?"

"Main congklak," Ujar Irene sebal. "Ya menurutmu aja aku ngapain?"

"Loh dari tadi beneran? Aku kira mimpi."

Irene mendengus kesal, "Kamu kenapa kebluk amat sih? Aku mau lanjut jadi harus dijeda kaya gini dulu kan."

"Ya lanjut aja, Sayang." Seulgi mengecup bibir Irene.

"Nggak bisa gitu dong. It has to be consented sex between us." Ujar Irene. "Kalo aku ngelakuinnya pas kamu nggak sadar, itu sama aja rape."

"You always have my consent, Sayang." Seulgi meraih tengkuk Irene lalu menautkan bibir mereka berdua dalam ciuman. Sebentar saja cumbuannya memanas ketika lidah mereka saling menyapa, bergelut bertukar saliva. Sampai Seulgi menggigit bibir Irene dan akhirnya ciuman terputus. "Mau aku yang lanjut apa kamu?"

"Aku," Irene mengecup bibir Seulgi. "Aku kangen rasa kamu." Dia menyeringai seksi dan matanya menggelap karena birahi. Irene menjilati leher Seulgi dan memberi gigitan kecil di sana-sini, tapi tetap berhati-hati untuk tidak meninggalkan hickeys. Bibir dan lidahnya mengeksplorasi bagian dada Seulgi, bermain dengan putingnya penuh afeksi.

"Sayang..." Seulgi mendesah seraya tubuhnya bergerak gelisah. Irene paham dan segera menurunkan celana pacarnya itu yang kemudian ditendang sisanya oleh Seulgi.

Tangan Irene meraba permukaan kewanitaan Seulgi kemudian menggeram puas, "Basah banget, Yang." Ujarnya yang dihadiahi anggukan setuju oleh Seulgi. Irene segera menggoda klitoris Seulgi, memutar ujung jarinya searah jarum jam di atas pusat sarafnya, membuat Seulgi mendesah penuh kenikmatan. Lalu dia memasukkan dua jarinya ke liang senggama Seulgi.

"Fuck..." Seulgi melenguh sensual.

Irene memberikan seringai seksinya lagi, baru kemudian dia menjilati belahan dada Seulgi, lalu lidahnya menelusuri sepanjang abdomen dan sampai di vagina Seulgi. Satu tangannya meraih tangan Seulgi lalu ditautkan jemari keduanya. "Sayang..." Irene memanggil pacarnya mesra, memintanya melihat dirinya yang akan segera 'memakannya'.

Seulgi selalu mendapati kebiasaan pacarnya itu sangat menggoda, tidak mungkin dia bisa menolaknya. Dia membuka matanya paksa, menyaksikan bagaimana Irene menatapnya tajam sambil menjilati klitorisnya di bawah sana, dan tidak lupa jemarinya menusuk dalam, mengoyak lobang kenikmatannya. Gerakan jemari Irene semakin cepat dan hisapan di klitoris Seulgi semakin kuat, dia hampir dibuat gila karenanya.

Kawin kontrak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang