Ayah dan Ibunya sudah pamit pulang setelah makan malam bersama tadi. Mereka menolak untuk diantar, dengan alasan ingin berdua saja. Tentu setelah puas menggoda Irene habis-habisan.
Seulgi memutuskan untuk menginap satu malam lagi. Dan di sini lah mereka, berdua di kamar Irene. Keduanya tidak dapat memungkiri kalau mereka memang tertarik satu sama lain.
Irene menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahan nikmat yang akan keluar dari mulutnya. "Shit..." Dia terdistraksi melihat Seulgi perlahan melepaskan kaosnya. Matanya menelusuri tubuh bagian atas Seulgi yang terekspos. "Hasil CT-Scan menunjukkan positif plueral effusion, berarti tindakan yang harus dilakukan itu thoracentesis."
Seulgi berhenti menciumi lehernya, "Kamu ngapain? Aku lagi ngasih kamu kenikmatan, kamunya malah ngoceh bahasa alien?"
"Hah? Aku ngoceh apa?" Irene bernapas lega karena Seulgi akhirnya menghentikan serangannya.
"Mana aku ngerti, segala ada CT-Scan dan kawan-kawan." Dia mendengus sebal. "Kamu kalo nggak mau jangan mancing-mancing, Irene." Seulgi mencubit gemas hidung Irene.
"Mau kok," Irene menjawab cepat, "Cuma..."
"Cuma apa? Mau bahas apa? Inget, kita lagi berdua, berarti yang boleh dibahas tentang kita aja."
"Nggak usah sensi." Dia mengelus pipi Seulgi, "Itu loh..." Irene merona.
"Apa?" Desak Seulgi tidak sabar. Dia melihat arah pandang Irene, "Kamu nggak mau aku buka baju?"
"Bukan gitu..." Irene semakin memerah pipinya, "Biasanya, nggak ada itu waktu dulu aku lagi gini sama mantan-mantanku."
"Apaan sih?" Dia mengernyit bingung. "Ini mau bahas mantan?"
"Ish! Seulgi!"
"Ya apa, Irene sayangku..."
"Payudara kamu!"
"Kenapa emang sama – oh..." Seulgi terkekeh pelan, "Aku lupa ini pertama kalinya kamu sama cewek." Dia memberikan cengiran khasnya, "Sori." Seulgi mengecup kening Irene. "Ya udah, aku pake baju lagi."
"Eh, nggak usah." Cegah Irene cepat. "Aku cuma butuh waktu buat penyesuaian."
Seulgi tertawa, "Kamu kalo lagi gugup jadi ngoceh bahasa alien?"
"Itu bukan bahasa alien ya," Irene mencubit perut Seulgi, "Aku lagi review kasus terakhir yang aku tangani dari awal sampe akhir."
"Hmm, gitu..." Goda Seulgi, "Terus pasiennya selamat?"
"Ya iya lah. Prosedur rutin kok itu." Kata Irene. Seulgi terkekeh lagi, kemudian dia menggenggam tangan Irene. Dituntunnya tangan dokter mungil itu ke dadanya. Telapak tangannya tepat berada di salah satu payudara Seulgi. Dia segera menarik tangannya kembali namun ditahan oleh Seulgi. "Kenapa?" Tanyanya sambil merona.
"Aku kasih hati aku buat kamu nih."
Kali ini gantian Irene yang tertawa, "Hati kamu letaknya bukan di sini, Seulgi." Dia terkekeh geli, "Tapi emang banyak orang yang keliru kok antara letak hati sama jantung."
Seulgi mengubah posisinya, sehingga sekarang Irene yang ada di atas. "Oh ya? Kalo gitu kasih tau aku. Apa sih namanya, anatomi manusia?" Irene tersenyum tapi langsung memalingkan wajah ketika Seulgi mencopot bra-nya. "Jadi, di mana letak hatiku, Dok?"
Irene menelan salivanya gugup. "Di sini," Dia menunjuk satu bagian, "Di perut atas, dominan sebelah kanan." Jarinya bergeser sedikit, "Di sini ginjal kanan kamu, di sini ginjal kiri." Dia menelusuri perut Seulgi, "Ini lambung kamu." Irene semakin berani menyentuh Seulgi, jarinya naik ke bagian dada, "Ini jantung kamu, letaknya di dada, dominan sebelah kiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin kontrak!
Fanfiction"Awas lo, jangan jatuh cinta sama gue, ya!" "Iya, tenang aja. Saya nggak akan jatuh cinta sama kamu."