24.

4.4K 404 9
                                    

"Pacar lo pake pelet apa sih? Masa dua kali gue dapet bekasnya dia mulu." Suho misuh-misuh di kantin sambil mengaduk ketopraknya.

"Ngarang lo!" Irene melempar kerupuk ke arahnya. "Satu, lo nggak pernah dapetin gue. Dua, gue belum jadi bekasnya Seulgi dan semoga nggak akan pernah jadi bekasnya dia."

"Gitu lah maksudnya, lo ngerti kali." Sahut Suho cuek. "Jadi apa yang bikin cewek-cewek kaya Yuna dan lo mau sama dia? Gue liat-liat dia nggak punya mobil, kerjaan juga nggak jelas kan? Background pendidikan dia apa?"

"Sembarangan! Kerjaan dia jelas kok. Dia bisnis dan gue rasa cukup menjanjikan walaupun belum sukses banget, tapi untuk ke arah sana tuh ada."

"Iya dah. Jadi apa yang bikin lo mau sama dia? Nggak mungkin gue nanya ke Seulgi cara buat ngegaet cewek spek bidadari, yang ada dibully gue sama dia. Hancur harga diri gue."

Irene menyeruput teh manisnya terlebih dulu sebelum menjawab, "Gimana ya..." Katanya ragu. "Gue nggak bisa ngomong ini buat ngewakilin mantan-mantannya dia –"

"Bentar!" Sela Suho, "Mantan-mantannya as in ada lebih banyak lagi mantannya yang spek bidadari selain Yuna?"

"Ada dua orang lagi, dan ya... mereka emang cantik. Gue aja minder." Setidaknya Irene sudah tahu wajah dua dari tiga mantannya Seulgi; Jisoo dan Yuna. Irene rasa jika Suho tahu tentang Jisoo, sahabatnya itu bisa langsung kejang-kejang di tempat. Dia belum tahu tentang Krystal, mungkin dia harus bertanya ke pacarnya? Biar tidak ada kejutan yang tidak diinginkan seperti waktu mereka bertemu Yuna pertama kalinya?

"Bercanda lo!" Suho mendengus. "Ngapain lo minder, anjir!"

Irene mengangkat bahunya, "Lebih ke cemburu kali ya? Mau gimana juga mereka tuh pernah jadi bagian hari-harinya Seulgi. Dia pernah sayang sama mereka. Gitu lah. Nggak tau ah, gue pun ribet sendiri, Ho. Asli, mending disuruh angioplasty lima kali bolak-balik deh gue."

Suho manggut-manggut. "Kalo Seulgi nyakitin lo, gue bakal berdiri paling depan buat gebukin dia."

Irene tertawa. "Silakan. Tapi itu juga kalo Seulgi selamat pas abis ditenggelemin Bokap gue di rawa-rawa yang penuh buaya. Bokap gue ngancemnya gitu soalnya."

Suho jadi ikut tertawa. Dia sudah menerima kalau Irene memang tidak bisa diganggu-gugat, hati sahabatnya hanya untuk Seulgi. "Jadi, apa sih kualitas yang dimiliki pacar lo itu?"

"Apa ya? Bingung gue juga. Kalo gue bilang dia bikin gue nyaman, lo juga bikin gue nyaman. Gue bilang dia baik, lo juga baik. Masalah hati sih, Ho. Susah." Cengirnya. "Tapi yang jelas, sama Seulgi itu nggak pernah ada hidden agenda. She's genuine and very honest."

"Lo pikir gue kalo baik sama lo ada maunya gitu?"

"Nggak gitu... ish! Sensi deh!" Ujar Irene sebal. "Misalnya tuh dia masak buat gue nih, itu ya karena emang dia mau. Kalo dia minta sesuatu, dia langsung bilang dan nggak perlu pake sogokan kaya masakin buat gue dulu. Paham nggak?"

"Hmm... kaya kalo dia minta ngesex nih, dia langsung bilang aja gitu?"

"Heh! Kenapa jadi bahas itu!" Sewot Irene dengan muka yang sedikit memerah. Tapi emang bener sih. Ucapnya hanya dalam hati. "Lo tau yang bikin gue jatuh cinta sama dia? Seulgi tuh sayang banget sama Bokap dan Nyokap gue. Nggak ada yang namanya canggung di antara dia sama mereka. Seulgi berani loh minta Nyokap masakin buat dia. Seulgi juga berani ngebales candaan Bokap."

"Iya," Suho membenarkan. "Gue pernah kok liat interaksi mereka. Waktu itu gue sempet iri emang, tuh anak akrab banget sama ortu lo."

"Ya kan?" Irene tersenyum sumringah. Walau pun sebenarnya dia dan Seulgi sedang ada masalah. Tidak, dia tidak ingin bercerita tentang yang buruk-buruk. Biarlah Suho tahu bahwa dia dan pacarnya baik-baik saja.

Kawin kontrak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang