21.

3.2K 362 12
                                    

A/n: Agak berat... tapi ya udah, dinikmati aja lah ya 😝
***

"Yang, aku nggak bisa napas ini." Ujar Seulgi sambil berusaha melepaskan lengan Irene dari lehernya. Pacarnya itu sedang memeluknya erat di sofa. "Kalo tau kamu bakal manja gini, aku sering-sering deh dinas ke luar kota."

Seulgi baru kembali dari luar kota dan Irene baru pulang dinas malam. Dokter mungil itu tidak mau melepas pacarnya barang sebentar saja. Dia peluk terus erat-erat. "Udah diem. Aku nggak minta macem-macem juga." Kata Irene.

"Iya, tapi kamu berat, Yang." Kata Seulgi yang langsung dipelototi Irene dengan sinis. "Eh, maksudku bukan berat, tapi ini loh kamunya nyekek aku."

Irene langsung beranjak dari atas tubuh Seulgi tapi si gadis sipit itu menarik pergelangan tangannya kembali. "Nyebelin banget sih kamu?"

"Nggak usah ngambek, Yang. Sini pelukan lagi."

Dia meraih bantal sofa dan melemparnya ke muka Seulgi, "Pelukan aja sama bantal!"

"Yang!" Seulgi memanggilnya karena Irene baru saja meninggalkannya sendirian. "Buset dah, beneran ngambek dia." Seulgi terkekeh geli. Segera dia beranjak dari sofa dan menuju kamar, lalu berdoa semoga pintunya tidak dikunci dari dalam.

Untung Irene tidak mengunci pintunya, dia hanya berbaring di kasur sambil memainkan HPnya. "Sayang..." Seulgi memanggilnya mesra, mendekatinya dan kemudian ikut berbaring di kasur bersamanya. "Kangen..." Seulgi menyusup ke ceruk leher Irene dan mengendus aroma tubuh pacarnya.

"Bohong." Balas Irene singkat.

"Beneran, Sayangkuuu..." Seulgi memberi kecupan-kecupan kecil di pipinya.

"Seulgi, ah!" Irene mendorong pacarnya menjauh. Si gadis sipit malah tertawa dan merebahkan kepalanya di dada Irene. "Kamu lama-lama jadi cardiophile loh."

Seulgi menengadah menatapnya, "Apa tuh?"

"Suka banget dengerin detak jantungku. Padahal aku yang dokter bedah jantung di sini."

"Nggak kok. Aku cuma suka aja ndusel di toket kamu."

Irene terbahak. "I value you too high, aren't I? Aku pikir karena kamu seneng denger detak jantungku." Dia mengusap kepala Seulgi, dan menyisir rambutnya di antara jemarinya. "Cardiophile itu orang yang nyari intimasi dari dengerin detak jantung orang yang disayangnya."

"Kok bisa dengerin detak jantung orang lain dianggap intimasi?"

"Ya bisa. I absolutely hate showing any sign of weakness, so deliberately letting someone listen to my heart, see my heart, feel my pulse, anything, would be the ultimate show of trust there can be. Imagine... you'll know if I'm scared, you'll know if I'm uncomfortable, I'll show my true self, my weakness, what keeps me alive, me, myself and I. To me, it's precious and deep." Jelas Irene panjang lebar.

"Yang..." Panggil Seulgi setelah beberapa saat berlalu.

"Hmm?"

"Jangan pake Bahasa inggris bisa nggak?"

Irene menghela napas lelah. "Aku mau heran, tapi ini kamu. Kenapa sih hobi banget ngerusak moment?"

Seulgi tertawa, "Tapi berarti kamu juga ngerasa intim dong sama pasien-paseinmu? Kan kamu dengerin detak jantung mereka."

"Itu beda ya! Aku dengerin detak jantung mereka pake stetoskop, buat tau kondisi medis mereka. Kalo kamu kan nempel langsung gini di dadaku."

"Berarti pelukannya yang bikin intim, bukan dengerin detak jantungnya."

"Iya deh, gimana kamu lah. Kan aku juga tadi bilang, I think too highly of yourself. Padahal kamu tuh beruang cabul, nggak ada romantis-romantisnya."

Kawin kontrak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang