11.1

821 123 2
                                    

"JISOO!"

Teriakan keras menggema disemua penjuru rumah, membuat Jisoo yang sedang mengerjakan tugas dikamar itu terkaget. Dengan cepat ia keluar dari kamar menemui seorang wanita paruh baya yang tak lantas adalah mamanya.

"Iya ma ada apa?" tanya Jisoo.

"Kamu liat!. Rumah kotor, strikaan numpuk, cucian piring juga numpuk, nanti ada tamu mama kenapa kamu belom masak juga!?"  ucap Hanna sang Mama.

Jisoo mengangguk kaku. "Iy-iya ma maaf Jisoo lupa"

"LUPA, LUPA AJA TERUS, saya bosen denger maaf kamu" ujarnya marah.

"Pasti kamu dikamar lagi enak-enakan main Hp iya kan? Makannya kamu jadi males-malesan. Asal kamu tau saya nyekolahin kamu supaya kamu itu pintar, bukan jadi anak males-malesan yang tidak guna, kamu tau kan saya membayar sekolah kamu itu tidak sedikit" tutur Hanna dengan tajam.

Jisoo hanya mampu menundukkan kepala, ia meremat ujung kaosnya tak bisa berucap apa-apa.

"Saya gak mau makanan harus sudah siap sebelum tamu mama datang, jangan lupa rumah disapu yang bersih jangan sampe ada barang yang keliatan berantakan" ujar Hanna lalu melenggang menuju kamar.

***


Memakai sepatu sneakers putihnya tak lupa juga memakai parfum, lalu menyambar hoodie dan tas slempang berwarna moca yang ia gantung di dinding, keluar dari kamar tak lupa ia mengkuncinya.

"Siapa dia Han?" tanya laki-laki paruh baya yang tak lain adalah tamu.

Hanna meletakkan jamuan makan didepan tamunya. "Oh dia Jisoo" ucapnya.

Jisoo memaksakan tersenyumnya, sakit sekali saat mamanya memperkenalkan dirinya hanya namanya saja tanpa ada embel-embel anak.

"Dia kakak Yuna om" ucap Yuna menyahut.

Mengangguk-anggukan kepalanya paham. "Oh ya, kamu jangan berangkat dulu lebih baik kita makan sama-sama".

Jisoo menurut ia mendudukkan dirinya disamping Yuna. Wajah tak suka langsung terpancar diwajah sang mama, hanya ia yang menyadari itu.

Pria itu tersenyum mengulurkan tangan. "Perkenalkan saya Gio teman mama kamu, panggil saja om Gio"

Jisoo membalas uluran tangan tersebut. "Jisoo om".

Ada yang tidak beres, saat berjabat tangan dengan, om Gio sempat mengelus tangannya dengan ibu jari wajahnya tampak tersenyum entah sulit diartikan, dan Yuna menyadari itu. Jisoo dengan tak nyaman melepas tangannya langsung.

"Oh ya kamu kelas berapa?" tanya om Gio.

"Kelas sebelas om"

"Sudah kan acara perkenalannya sekarang lebih baik kita makan" intrupsi Hanna tak ingin berlarut-larut.

Diruang makan itu tidak ada yang bersuara, hanya ada suara dentingan sendok yang tengah beradu memakan makanan dengan tenang.

"Emm masakannya enak" puji Gio.

Hanna tersenyum. "Tentu"

"Ini masakanmu?"

Hanna mengangguk. "Siapa lagi kalo bukan aku, aku yang menyiapkan ini semua khusus untukmu"

Dalam hati, Jisoo hanya bisa tersenyum kecut hatinya terasa tergores mendengar ucapan mamanya. Dari dulu usahanya tidak pernah diharagai. Padahal dirinya hanya ingin diakui.

Decitan kursi membuat atensi semua orang tertuju kearah Jisoo.

"Jisoo berangkat dulu, assalamualaikum"

My Babu is Their Queen [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang