19.0

724 108 29
                                    

Menyapu, mengepel, memasak, mencuci baju, mencuci piring, menyetrika, pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan oleh seorang ibu rumah tangga itu tidak Hanna lakukan selayak posisinya ia dirumah. Semua yang seharusnya ia kerjakan ia limpahkan semua kepada anak pertamanya yaitu Jisoo, dulu ia pernah menyewa pembantu sebelum sang suami dipenjara karena demi menghemat pengeluaran akhirnya ia memecat pembantu tersebut.

Setelah sang papa dipenjara, kehidupan Jisoo dirumah menjadi berubah. Hidup dibawah tertekanan sang mama yang menuntutnya harus bisa dari segala bidang, bahkan ketika lampu dikamar Yuna rusak, Jisoo lah yang berusaha keras mengganti dan memperbaikinya.

Alasannya supaya Jisoo selalu dapat di andalkan dan tidak menyusahkan. Jisoo dibentuk nyaris sempurna, tak khayal jika Yuna terkadang merasa iri dengan kakaknya tersebut. Bagaimana tidak?. Jisoo itu cantik bak dewi Aphrodite, cerdas dalam akademik nilai plusnya dia selalu menang dalam ajang perlombaan olimpiade, bahkan SMA ini Jisoo ikut jalur beasiswa alasannya untuk mengurangi pengeluaran biaya yang mamanya tanggung. Jisoo bisa mengerjakan segala pekerjaan rumah, bisa mencari uang dikesibukkannya sekolah yang masih SMA.

Dibalik itu semuanya Yuna tidak menyadari jika Jisoo juka iri padanya karena sang mama hanya mementingkan Yuna saja. Dimata Jisoo Hanna itu sebenarnya sosok ibu yang penyayang, dia tidak marah ketika Hanna menghukumnya atau bersikap kasar terhadap dirinya dibandingkan marah rasa sayang terhadap mamanya lebih besar, karena Jisoo yakin suasu saat nanti Hanna pasti juga akan menyayanginya dan akan memeluknya.

"JISOO!!"

Teriakkan sang mama terdengar sampai di penjuru rumah, bahkan Yuna yang tadinya santay-santay di ruang TV terperanjat.

"Ya ma ada apa, maaf Jisoo habis dari kamar mandi" ucap Jisoo yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menghampiri sang mama.

"Ini apa ini!" Hanna mempertontonkan seragam milik Yuna yang bolong akibat setrikaan. "Liat gara-gara kamu seragam Yuna jadi rusak!" ucap Hanna marah.

Mata Jisoo membulat saat melihat seragam yang ia setrika tadi. "Maaf ma Jisoo gak sengaja" ucapnya menunduk.

"Ada apa sih mah marah-marah?" tanya Yuna heran.

Hanna menoleh. "Ini loh sayang liat, seragam kamu dirusakin sama dia"

Yuna membulatkan matanya lalu meraih seragam yang bolong tadi. "Apa?!, aduh terus Yuna sekolah pake apa besok kalo seragamnya rusak, seragam yang ini cuman ada satu" keluhnya. "Kak Jis gimana sih nyetrikanya, kok bisa sampek bolong gini" ucapnya kesal.

"Maafin kakak Yun, kakak salah tadi gak mindahin setrikanya dulu" ucap Jisoo menyesal.

"Sini kamu!" sang mama menyeret sang anak dengan kasar.

"AKHH SAKIT MA SAKIT PANAS AKHH AMPUN MAMA HIKS AMPUN JISOO AMPUN" jeritan kesakitan itu terdengar kala Hanna menekan setrika yang masih lumayan panas dilengan Jisoo.

"Kamu memang harus diberi hukuman, ini akibatnya jika kamu membuat masalah" ucap Hanna penuh penekanan.

"Ma udah mah" cegah Yuna, ia tak tega pada sang kakak, lalu menatap ngeri pada setrikaan itu.

Hanna melepaskannya lalu pergi dengan Yuna meninggalkan Jisoo yang masih menangis dengan tangan yang lecet bahkan kulitnya seperti terkelupas perlahan, sakit, perih, panas bercampur mejadi satu.

Begitulah siksaan sang mama, ia tidak akan segan-segan padanya jika masalah itu menyangkut Yuna.

***

Entah kebetulan atau apa ketiga kelas yang terdiri dari 11 IPA 2 dan 10 IPA 1 menjadi satu jam pelajaran olahraga, sebenarnya jam olahraga 10 IPA 1 jam terakhir berhubungan pak Eko yang mengajar sedang halangan jadinya diganti oleh pak Agung selaku guru olahraga yang menaungi kelas 11 IPA 2. Dan memajukan jam olahraga kelas 10 tersebut menjadi berabung dengan kelas Jisoo.

My Babu is Their Queen [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang