Delapan

82.8K 5.5K 23
                                        

Alvin menyetir dengan pandangan yang sekali-sekali ia arahkan ke samping kiri, tepatnya pada Melati yang duduk dengan wajah ditekuk. Gadis itu tidak melakukan apa pun, tatapannya kosong dan Alvin berulang ingin memanggil nama namun kerap mengurungkan karena melihat wajah raut dingin Melati.

Bisa berada dalam satu mobil dengan Melati saja sudah membuat Alvin merasa bersyukur. Ia bukan bersyukur atas mobil Melati yang mogok tadi tapi ia mengambil hikmah terbaik dari mogoknya mobil kesayangan orang yang ia sayangi itu.

Karena mobil yang biasa dipakai oleh Melati pergi-pergi itu tiba-tiba tidak bisa dinyalakan, Alvin menawarkan untuk mengantar Melati ke kampus. Gadis itu mengangguk tapi tanpa kata sampai saat ini.

"Kalau nyetir itu yang fokus. Aku belum mau mati muda."

Tuh kan, masih cuek. Alvin jadi semakin merasa bersalah dan serba salah. Berada dalam satu mobil dengan Melati adalah keinginannya sejak dulu dan rasanya Alvin ingin menghentikan pergerakan waktu agar ia bisa lebih lama bersama Melati. Tapi apalah daya, waktu terus berputar dan kini mobil yang dikendarai Alvin berhenti tepat di depan kampus tempat Melati mengajar.

"Terima kasih. Aku turun dulu Mas."

Baru saja Alvin ingin membuka suara pada Melati tapi sudah keduluan Melati yang pamit dan langsung turun dari mobilnya. Alvin sengaja tidak langsung menyalakan mobil. Ia memilih untuk memperhatikan Melati sampai gadis itu masuk ke dalam gerbang kampus.

Dahi Alvin mengernyit melihat seorang lelaki berperawakan tinggi mendekati Melati dan memberikan senyuman pada gadis yang ia cintai itu.

Jujur, perasaan Alvin menjadi tidak tenang melihat tatapan yang bisa ia tebak dari pria itu pada Melati. Pria mana yang baik-baik saja melihat wanita yang ia cintai dekat dengan pria lain. Tidak ada.

Mengalihkan pandangannya pada kursi mobil yang baru ditinggalkan oleh Melati membuat bibir Alvin tersenyum ringan.

Sementara itu Melati mengangkat alisnya karena bingung melihat Roni yang mendekat. Roni adalah teman kuliahnya yang sekarang menjadi pengusaha. Dulu Roni berkali-kali mendekati Melati untuk menyatakan cinta dan berkali-kali pula Melati menolak karena bagi Melati tidak mudah menghapus bayang-bayang Alvin meski Alvin sudah menikah tapi tetap saja hati Melati masih terpaut pada Alvin.

"Roni? Kamu ngapain di sini?"

Melati tidak ingin kegeeran dengan hadirnya Roni, bisa saja Roni datang ke kampus ini karena ada keperluan lain dan bukan sengaja untuk menemuinya.

Roni semakin mengembangkan senyum dan mengulurkan tangan untuk menyalami Melati, meski ada sedikit keraguan tapi Melati tetap menyambut tangan Roni.
Ternyata Roni tidak langsung melepaskan tangan Melati malah semakin ia genggam dengan erat.

"Roni jangan macam-macam."

Melati jadi tidak nyaman. Terpikir sesuatu hal yang tidak diing akan terjadi. Melati melepaskan paksa tangannya dari genggaman Roni dan hendak berbalik namun kalah cepat dengan langkah seseorang yang sudah berdiri di sampingnya.

Ada rasa lega saat Alvin berdiri di sampingnya dan tersenyum manis. Pria ini ternyata belum pergi setelah mengantarkannya. Sejenak terjadi adu pandang antara tiga orang itu. Melati-Alvin-Roni.

"Hp kamu ketinggalan," kata Alvin sambil menyodorkan ponsel Melati.

Ponsel pintar dan benar-benar pintar, berkat ponsel itu Alvin tidak terlalu sulit untuk memikirkan alasan agar bisa menghampiri Melati dengan pria yang lagi bersamanya.

"Eh kok bisa ketinggalan ya. Emm makasih ya Mas."

Seolah lupa pada kejadian tadi pagi di depan rumahnya dan ia yang masih menaruh rasa kesal pada Alvin, Melati malah memberikan senyuman manisnya pada Alvin. Pandangan mereka saling memuja tidak ada yang ingin mengakhiri.

"Ehem."

Keduanya baru sadar saat mendengar suara deheman dari Roni. Roni menatap tidak suka pada Alvin. Menyadari itu, Melati mendekatkan tubuhnya pada Alvin dan dengan menahan segala rasa getar di hati gadis yang berprofesi sebagai dosen itu mencoba mengamit lengan kiri Alvin.

Alvin bukan tipe orang yang ekspresif, ia terlihat tenang di mata orang lain tapi tetap bagi dirinya sendiri ia tengah gugup dan bertanya apa maksud melakukan ini. Mengamit lengannya seolah menunjukkan jika mereka adalah pasangan manis.

Alvin masih sangat ingat dan terekam begitu saja oleh ingatannya bagaimana raut dingin yang hadir di wajah Melati tadi. Berkata ketus dan seolah tidak peduli padanya.

"Mas Alvin nanti jemput aku, kan?"

Suara yang terdengar manis manja dari bibir gadis cantik di sampingnya membuat Alvin sedikit memiringkan kepala dengan menunduk karena Melati hanya sebatas dadanya.

Tanpa sadar tangan kanannya bergerak merapikan anak rambut Melati yang beterbangan. Gemas Alvin mengecup pipi Melati dan berhasil membuat siapa pun yang ada di sana syok termasuk Roni bahkan Melati sendiri pun langsung berdiri dengan keadaan kaku.

"Pasti Sayang. Nanti aku akan jemput."

Bukan tanpa alasan Alvin melakukan hal itu. Ia tahu maksud Melati bertanya termasuk bersikap seperti ini padanya. Awalnya ia memang kaget tapi setelah menilik raut dan cara pandang lelaki di depannya pada Melati membuat Alvin paham akan maksud Melati.

Lelaki di depan mereka yang merupakan Roni itu mengepalkan erat kedua telapak tangan diisi kiri dan kanan tubuhnya.

"Aku antar ke dalam ya. Kalau ada apa-apa kamu harus hubungi aku dengan cepat. Aku nggak mau kamu kenapa-napa."

❤️❤️❤️

Duda Anak satuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang