Tiga belas

70.9K 4.1K 30
                                        

Mama Wulan melepaskan tangannya dari telinga sang putra saat Alvin semakin merintih kesakitan. Bik Yani sudah permisi untuk kembali ke dalam rumah jadi hanya ada Alvin dan Mama Wulan di sini di tambah Melati yang hanya diam.

"Nggak harus pakai jewer telinga juga dong Ma. Semua kan bisa dibicarakan dengan damai," kata Alvin sambil mengusap telinganya yang kini berubah warna dari putih menjadi putih pink cantik karena bekas dijewer sang mama terlove.

"Dengan damai ndasmu. Pokoknya kamu harus bisa bertanggung jawab terhadap apa yang sudah kamu lakukan pada Melati."

Tatapan Mama Wulan semakin tajam pada Alvin, Melati jadi sedikit ngeri melihatnya. Meskipun ia tahu jika selama ini Mama Wulan adalah sosok baik.

"Di depan rumah dengan potensi bisa dilihat orang banyak orang saja kamu masih sempet-sempatnya gituin Melati apalagi kalau di dalam ruangan yang hanya ada kalian berdua."

Melati benar-benar ingin hilang sekarang juga dari hadapan Mama Wulan dan Alvin. Lebih baik ia mendekam di dalam kamar sambil rebahan dan menonton drama Korea daripada seperti ini.

"Mama kok sama anak sendiri suudzon sih? Sebisa mungkin aku tahan kok Ma. Kecuali nanti kalau udah nikah sama Melati."

Belum apa-apa Alvin sudah berkata seperti ini. Memang tidak ada yang salah dengan ucapan Alvin. Di usia mereka yang sudah layak untuk menikah bukan hal yang tabu untuk mengungkapkan keinginan untuk segera membawa hubungan ke jenjang yang benar-benar serius. Satu-satunya hubungan serius dan paling serius hanyalah menikah.

"Sepertinya kita perlu bicara di dalam. Melati silahkan masuk dan Tante ingin bicara dengan kamu," kata Mama Wulan.

Wanita paruh baya itu tidak lagi memasang wajah ramah tamah tapi raut datar yang ia tampilkan. Ia masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

Rasti sedang tidak ada di rumah ini. Mungkin gadis itu sudah lebih dulu pergi sebelum Alvin dan Melati sampai ke sini tadi pagi. Sepertinya urusan Rasti bisa dibicarakan nanti dan Melati bisa bertemu Rasti di lain waktu selain hari ini.

Melati menggigit bibir bawahnya, gadis cantik itu semakin dilanda rasa gugup. Selama kenal, baru kali ini Mama Wulan menunjukkan raut sedingin tadi padanya. Doakan saja semoga di dalam nanti mental Melati akan baik-baik saja setelah memulai pembicaraan yang sepertinya serius dengan Mama Wula.

"Mas Alvin sih," ujar Melati sambil menunjukkan raut kesal.

"Loh, kok aku? Emangnya aku salah apa? Aku juga dijewer mama loh tadi," kata Alvin.

Melati mencubit lengan kanan Alvin. Biarkan saja pria itu meringis karena rasa sakit, siapa suruh membuat Melati malu di depan Mama Wulan.

"Tadi yang berani cium aku siapa?"

Sembari meringis kecil Alvin mengangguk.

"Tadi yang nerima aja pas aku cium siapa?"

Bagi Melati berdebat dengan Alvin itu adalah hal yang menyebalkan karena Alvin bisa selalu menang jika tidak diancam oleh Melati.
Gadis itu memilih tidak menjawab dan berlenggang masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Alvin yang masih berdiri di teras rumah pria itu.

Bibir Melati sedikit mengukir senyum melihat Mama Wulan yang tengah duduk di sofa ruang tengah dan baru saja meletakkan ponsel di atas meja. Sepertinya wanita cantik meski sudah dimakan usia itu baru saja menerima telepon dari seseorang.

Dengan penuh keyakinan Melati melangkah semakin mendekat dan berakhir berdiri di sofa dekat Mama Wulan.

"Eh Melati kok malah berdiri aja di situ? Sini sayang duduk dekat Mama," kata Mama Wulan.

Melati menurut dan duduk di samping Mama Wulan. Setelahnya Alvin menyusul dan mulailah pembicara serius terjadi di antara tiga orang dewasa itu.

***

Sore ini Melati memutuskan untuk menemani Mama Wulan mengunjungi sebuah panti asuhan. Mama Wulan membiasakan diri untuk mencintai anak-anak yatim-piatu dengan rutin menjenguk mereka setiap dua Minggu sekali.

Kali ini Mama Wulan mengajak Melati dan tidak ada penolakan dari gadis yang sebentar lagi akan menjadi menantunya itu.

Hasil rapat mereka tadi pagi di ruang tengah rumahnya, sudah disetujui jika dalam waktu dekat ini Alvin dan Melati akan segera menikah. Orang tua Melati yang berada di luar negeri pun sudah diberi tahu lewat ponsel, meski sedikit kaget dengan kabar dadakan dari Melati tapi mereka tetap setuju.

"Alhamdulillah Terima kasih sudah berkunjung, Buk. Terima kasih juga untuk pemberiannya. Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik lagi untuk ibu dan keluarga."

Ibu Sulis mengantarkan Mama Wulan dan Melati ke depan teras saat keduanya akan pulang.

"Aamiin. Terima kasih untuk doa baiknya Buk. Ya sudah kalau begitu saya dan Melati pamit pulang dulu ya," kata Mama Wulan.

"Sama-sama Buk."

Mama Wulan dan Melati meninggalkan pantun asuhan. Masih lumayan banyak waktu untuk mereka menghabiskannya berdua.

"Memangnya beneran nggak papa kalau kamu temenin Mama lagi, Nak? Kamu juga perlu istirahat Melati," ujar Mama Wulan yang duduk di sebelah kursi kemudi.

Melati menggeleng pelan. Sudah kepalang tanggung juga jika ia pulang. Ia juga sudah berpesan pada Mbok Inah untuk jangan masak banyak karena malam ini ada kemungkinan Melati tidak makan di rumah.

"Enggak apa-apa kok Ma. Aku malah seneng bisa temenin Mama. Besok atau mungkin lusa aku pasti sibuk karena kembali ke kampus."

"Wahhh seneng banget Mama punya calon menantu seperti kamu. Udah cantik mau temenin Mama lagi. Nggak ada gengsi sama sekali jalan sama orang yang udah tua kayak Mama."

Pujian seperti ini Mama Wulan rasa sangat cocok untuk Melati karena yang ia katakan suatu kebenaran. Terlebih Melati mau menuruti keinginannya untuk dipanggil Mama, tidak lagi Tante.

Melati sendiri tersenyum sembari fokus pada jalanan. Ia memilih menyetir sendiri tanpa sopir pribadi Mama Wulan.

"Kenapa aku harus malu sih Ma. Mama itu kan ibunya Mas Alvin dan seperti yang kita tahu jika aku cinta pada Mas Alvin itu artinya aku juga cinta pada ibu dari Mas Alvin."

"Semoga perjalanan cinta kalian berjalan dengan lancar ya. Mama udah nggak sabar nunggu kamu jadi menantu Mama dan pasti Hilya juga bahagia karena dapat ibu yang seperti kamu. Pokoknya dalam waktu dekat Mama dan papa akan datang untuk melamar kamu secara resmi pada orang tua kamu."

Bukan hanya Mama Wulan yang tidak sabar untuk menjadi mertua bagi Melati tapi Melati juga sudah tidak sabar untuk menjadi istri dari Alvin. Lelaki yang sangat ia cintai.

Hari ini Ummi up 4 part. Pada seneng nggak?

Komen ya ❤️❤️❤️



Duda Anak satuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang