Tujuh

84.9K 5.8K 51
                                    

"Mama nggak mau tahu, kamu harus bisa buat Melati agar kembali seperti tadi. Baru aja baikan malah kamu buat dia nangis lagi," ujar Mama Wulan dengan raut kesal.

Tidak bisa ia tahan tangan Melati saat gadis itu memilih berlari ke dalam rumah tadi. Melati juga mengunci pintu kamarnya dari dalam.

"Iya Ma. Nanti Alvin bakal jelasin kok tapi ini kerjaan kantor juga minta diperhatikan. Belum lagi harus antar Rasti ke kampus," jawab Alvin dengan wajah yang juga menyiratkan kegundahan.

Sudah pasti ia gundah dan khawatir pada Melati. Lagi-lagi ia harus menjelaskan pada Melati. Alvin sendiri tidak yakin jika gadis cantik kesayangannya itu mau mendengarkan penjelasannya nanti.

"Urusan kantor kamu bisa alihkan di sama sekretaris kamu. Kalau Rasti biar Mama yang akan antar ke kampusnya."

Seketika bahu Alvin merosot. Ucapan sang mama adalah titah yang harus dipatuhi tanpa ada bantahan selagi itu baik.

"Tapi meeting hari ini harus aku hadiri, Ma."

Mama Wulan menggeleng dan menatap jengah sang putra. Lalu beralih pada Rasti, kembali lagi pada Alvin.

"Ya sudah kamu urus kantor dan Mama nggak akan bersedia untuk jadi teman curhat kamu jika nanti kamu menyesal karena tidak segera menjelaskan semuanya pada Melati."

"Saran Mama, jangan menunggu waktu yang luang dulu tapi luangkan waktu kamu untuk Melati. Tante pulang duluan Rasti."

Mama Wulan menarik tangan Hilya untuk menaiki mobil yang dikendarai oleh supir pribadinya. Raut kecewa dari Mama Wulan membuat Alvin mengusap wajah kasar.

Gadis di sampingnya mengelus bahu Alvin berharap dengan elusan itu hati Alvin bisa sedikit tenang.

"Kak, aku jadi ngerasa bersalah. Apa aku aja yang jelasin ke Kak Melati? Aku yakin banget kalau sekarang Kak Melati pasti lagi mikir nggak lain tentang aku dan Kak Alvin. Padahal dia cuma salah paham," kata gadis bernama Rasti itu.

Sebagai wanita yang juga pernah mengenal cinta, tentu saja Rasti tahu apa yang sekarang dirasakan Melati. Ia sangat tahu menahan dan merasakan cemburu itu bukanlah hal yang mudah.

Alvin menghela nafas panjang dan tersenyum pada Rasti kemudian menggeleng pelan.

"Terima kasih ya Ras. Tapi biar aku yang jelasin semuanya sama Melati. Dia belum kenal kamu dan pasti dia nggak mau dengar kamu," jawab Alvin.

"Aku takut kalau nanti Kak Melati nggak percaya sama Kak Alvin. Gimana kalau nanti Kak Melati nolak untuk ketemu Kak Alvin?"

Rasti adalah sepupu Alvin dari ayahnya yang memang baru beberapa kali datang ke Indonesia. Gadis cantik dengan rambut lurus sepunggung ini meminta diantarkan sopir yang tinggal di rumah Alvin ke tempat di mana Alvin serta ibu dan anaknya menginap malam ini.

Rasti akan melanjutkan kuliah di tanah air karena orang tuanya kembali tinggal di Indonesia. Tadi saking senangnya mendengar jika Alvin sendiri yang akan mengantarkannya membuat gadis itu refleks memeluk sang kakak sepupu. Ternyata ada hati yang terluka dan Rasti merasa bersalah.

"Biar nanti aku yang usaha untuk ngomong sama Melati. Kamu bantu doain aja ya semoga Melati mau dengar," kata Alvin.

Rasti mengangguk.

"Aku langsung pulang ya Kak. Tante Wulan juga udah chat aku buat siap-siap ke kampus."

"Iya. Kamu hati-hati."

Setelah Rasti pergi bersama taksi onlinenya, Alvin menghela nafas panjang sebelum melangkah ke depan pintu rumah Melati. Menemui Mbok Inah yang terlihat raut cemas di wajahnya.

"Mbok. Saya izin ke kamar Melati ya," izin Alvin pada Mbok Inah.

"Maaf Den tapi tadi Non Melati pesan kalau dia nggak mau diganggu dulu," kata Mbok Inah.

Mbok Inah tadi sempat masuk ke dalam kamar Melati karena khawatir melihat majikannya itu berderai air mata.

Alvin mengusap wajah gusar dan mengangguk pelan. Melati harus ia perjuangkan dan Alvin tidak ingin jika ia harus kehilangan Melati lagi atas kesalahan yang ia lakukan.

"Kalau begitu saya tunggu di sini aja Mbok. Saya tunggu Melati keluar kamar biar bisa bicara," lelah Alvin.

Mbok Inah mengangguk ragu, ia mendapat amanah dari Melati jika tidak ingin bertemu Alvin dan ingin Alvin segera pergi dari rumahnya tapi melihat Alvin yang seperti ini membuat Mbok Inah tidak tega.

"Baiklah kalau begitu Mbok pamit ke belakang dulu ya Den," kata Mbok Inah dan meninggalkan ruang tamu.

Sementara di kamarnya Melati bukan menangis dengan tersedu karena baru saja sakit hati karena melihat Alvin berpelukan tadi. Ia memang menangis tapi tidak berlarut-larut karena ada hal yang lebih butuh perhatian Melati daripada menangis karena patah hati.

Seperti saat ini gadis itu tengah berdandan di depan meja rias. Ia tidak bisa rebahan dan menangis sepuasnya karena jam sepuluh nanti ia ada kelas untuk mengajar. Sebagai dosen, Melati tidak pernah lalai akan tugasnya.

Memakai sepatu dan mengambil tas lalu ia keluar dari kamar, Melati memelankan langkahnya saat kakinya berpijak di anak tangga, pandangan mata jatuh pada Alvin yang duduk di sofa ruang tamu. Pasti Alvin sengaja menunggu di sana. Pasti pria itu ingin menjelaskan lagi sesuatu padanya kali ini Melati ingin menguatkan hati. Ia tidak ingin mudah percaya lagi pada pria itu.

"Baru dijelasin tadi malam tapi siangnya pelukan sama wanita lain. Sebenarnya kata-kata Mas Alvin itu bisa dipercaya nggak sih? Ngakunya cinta sama aku tapi didatangi cewek lain ke sini," gumam Melati pelan.

Melati menghela nafas panjang dan mulai melangkah untuk menuruni anak tangga hingga sampai di anak.tangga paling bawah dan Alvin sadar akan Melati yang ada di jarak dengannya.

Gadis ini seperti ingin pergi dan Alvin tahu Melati mungkin ada kelas pagi. Dengan gerak cepat Alvin mendekat pada Melati tapi gadis itu langsung melangkah melewatinya.

"Mas tolong lepas tangan aku, aku ada kelas pagi dan aku sibuk," ujar Melati.

Alvin berhasil mencekal tangan Melati dengan erat.
Sudah ia duga jika Melati akan menghindar seperti ini.

"Mel, tolong kasih aku waktu untuk jelasin," pinta Alvin dengan wajah memelas.

Melati memutar tubuh dan memberikan senyuman pada Alvin, senyuman luka.

"Aku sibuk Mas. Sama sekali nggak ada waktu."

Melati melepaskan tangannya dari genggaman Alvin dan melanjutkan langkah menuju pintu.

Komen ya cantikkk. Ummi lagi banyak yang dikerjakan jadi up-nya kadang nggak tepat waktu❤️❤️❤️

Duda Anak satuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang