Dua Puluh Dua

37.8K 2.6K 27
                                        

"Jadi tadi malam Mas Alvin ketemu Gea? Pantes dia nggak mau jelasin," gumam Melati dengan raut sedih.

Dadanya sesak mengetahui kenyataan ini. Jika saja Melati tidak memberanikan diri untuk membuka ponsel milik Alvin tadi maka ia tidak akan tahu akan hal ini. Melati tidak tahu jika ternyata tadi malam Alvin bertemu dengan Gea.
Masih menjadi pertanyaan bagi Melati apa yang sudah Alvin lakukan untuk Gea.

Sebenarnya Melati ingin sekali berbaik sangka pada Gea jika wanita itu sudah mengikhlaskan perasaan cintanya pada Alvin mengingat pria itu sudah menjadi suaminya tapi melihat pesan dari Gea ini membuat Melati jadi ragu. Perasaannya benar-benar tidak baik-baik saja.

Tangan Melati melati meraih tas dan memasukkan ponsel Alvin ke dalam tas. Suaminya pasti butuh ponsel dan Melati akan ke kantor Alvin.

"Semoga nanti Mas Alvin mau jelasin semuanya sama aku," gumam Melati.

Sampai di lantai 1 rumahnya, Melati melangkah pelan untuk menghampiri Mama Wulan yang sedang menemani Hilya belajar.

"Ma."

Mama Wulan menoleh dan tersenyum pada sang menantu. Menggeser sedikit tubuhnya pada ujung sofa seperti memberi kode agar Melati duduk di sana.

"Ada apa sayang? Kok bawa tas, kamu ke mana?" tanya Mama Wulan.

Melati mendekat tapi tidak duduk melainkan ia hanya berdiri di samping Mama Wulan.

"Ini Ma, hp Mas Alvin ketinggalan di kamar. Pasti dia butuh hp. Aku mau antar ke kamarnya," kata Melati lembut.

Mama Wulan beroh dan mengangguk perlahan.

"Perginya sendiri? Kamu sama sopir aja ya. Mama khawatir kalau kamu sendirian Sayang," kata Mama Wulan.

Melihat raut khawatir sang Mama Mertua, Melati duduk dan mengelus lembut tangan Mama Wulan sembari mengulas senyum manis.

"Nggak apa-apa kok Ma. Aku sendirian aja lagian nggak lama kok," jawabnya.

Dari dulu, tepatnya dari saat ia dikenalkan Alvin pada Mama Wulan, wanita paruh baya ini langsung menerima kehadiran Melati. Itu yang patut ia syukuri, mertuanya ini langsung memberikan lampu hijau pada hubungannya dengan Alvin tanpa adanya tatapan sinis atau ujaran kurang menyenangkan dari Mama Wulan.

"Beneran? Kalau ada apa-apa di jalan langsung telpon Mama ya. Nggak usah ngebut bawa mobilnya," pesan Mama.

Melati mengangguk.

"Iya Ma. Ya udah aku pergi dulu ya. Hilya, Bunda pergi sebentar ya Sayang."

Melati mengusap rambut Hilya lembut. Rambut sang putri diikat satu oleh Mama Wulan. Terlihat rapi sekali.

"Iya Ma."

Hilya sekarang tengah serius menggambar sesuatu membuatnya hanya mengangguk dan menjawab seadanya ucapan Melati.

Setelah menyalami Mama Wulan, Melati keluar dari rumah.

***

Tatapan berbeda-beda Melati terima ketika sampai di kantor milik Alvin. Ini kedua kalinya ia ke sini mengingat ia sendiri sibuk jadi kurang ada waktu untuk ikut Alvin ke kantor.

Beberapa karyawan di sana mengangguk dan tersenyum sopan padanya dan ia jawab dengan senyuman manis juga. Menebar senyum ramah memang sudah ciri khas dari Melati terlebih pada sesama wanita.

Kaki Melati melangkah ke arah lift, ruangan Alvin ada di lantai 3 membuat Melati mau tidak mau menaiki lift jika tidak mau betisnya bengkak karena menaiki anak tangga darurat yang sering digunakan jika lift bermasalah atau sedang tidak beroperasi.

Duda Anak satuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang