Delapan Belas

44.2K 2.8K 26
                                        

"Sayang."

Alvin berusaha menggapai tangan Melati yang kini berdiri di sisi kiri mobil. Tidak akan bisa masuk karena mobilnya dikunci dan kuncinya ada di Alvin. Melati menepis kasar tangan Alvin hingga pria itu berhenti berusaha meraih tangannya.

Melihat Melati yang memasang wajah dingin tentu saja membuat Alvin membuang nafas panjang tak beraturan.

"Sayang dengerin aku dulu..."

"Buka pintunya dan kita pulang sekarang," potong Melati cepat.

Alvin menggeleng. Ia ingin menjelaskan dahulu sebelum Melati memikirkan yang tidak-tidak tentang ia dan wanita yang ia sebut Gea tadi.

"Nggak Mel. Kamu dengerin aku ya. Aku nggak akan buka pintunya sebelum kamu dengerin aku dulu," kata Alvin.

Melati menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk dengan tatapan datar ia berikan pada Alvin.

"Oke, kalau gitu aku bisa pulang naik taksi. Silahkan kamu temui Gea itu tapi jangan harap aku mau buka suara lagi sama kamu," ujar Melati.

Melati bukan wanita lemah yang apa-apa harus pada suami. Sebelum bersama Alvin ia adalah wanita mandiri termasuk pergi-pulang dari rumah jadi mengapa setelah bersama Alvin ia harus berketergantungan segala hal pada Alvin?

"Eh ... eh... Sayang tolong dong."

Alvin dengan cepat menghalangi Melati. Wajahnya panik.

"Ya udah buka pintunya dan kita pulang. Aku lagi nggak mau dengar kamu ngomong apa pun," kata Melati.

Dengan wajah pasrah. Alvin mengangguk. Istri sedang bete jadi tidak ada pilihan lain selain menuruti apa yang Melati mau toh yang tadi membuat wanita ini kesal adalah dirinya.

Didalam mobil Melati benar-benar diam dan keadaan hening, hening bagai tidak ada manusia di sini padahal biasa Melati selalu cerita dan ada saja hal yang mereka bahas di dalam mobil. Sesekali Alvin menoleh ke arah kiri tapi sang istri masih setia menoleh ke kiri juga yakni pada jendela. Seolah apa yang ada di luar sana lebih menarik daripada Alvin, Suaminya sendiri.

"Sayang."

Alvin mencoba memanggil.

"Hem," dehem Melati.

Sekesal apa pun Melati pada Alvin tetap saja ia tidak bisa mengabaikan panggilan pria itu. Meski hanya jawaban berupa deheman bagi Alvin itu sudah membuatnya lega meski masih banyak khawatir yang ia simpan akan sikap Melati nantinya.

"Leher kamu nggak sakit liatin ke sana terus," tanya Alvin.

Pertanyaan yang keluar begitu saja dari bibirnya dan ia yakin Melati tidak tertarik untuk menjawab.

"Lebih sakit lihat Mas yang mandangin perempuan lain."

Nyesss

Tuh kan. Jawaban Melati yang membuat Alvin tidak kuasa menahan sesak. Salahnya sendiri yang memang tadi menatap serius pada Gea.

Mengingat Gea, Alvin sebenarnya masih penasaran dan penuh tanya di hati. Selama ini kemana perginya Gea, mengapa bagai di telan bumi. Hilang begitu saja dan tadi ia melihat Gea di butik. Setelah bertahun tidak bertemu akhirnya bisa melihat wanita itu lagi. .

Sedangkan Melati semakin kesal, jujur lehernya memang pegal, sangat pegal. Tapi ia tidak ingin melihat wajah Alvin yang nantinya ia sendiri akan mudah luluh padahal hatinya masih merasa kesal pada pria itu. Kekesalan Melati semakin menjadi kala jawabannya atas pertanyaan Alvin tadi seolah menjadi penutup perbincangan mereka.

"Cuma segitu ya Mas? Nggak ada niat mau bujuk aku lagi apa," gumam batin Melati dengan sangat kesal.

"Kita mau langsung pulang atau..."

"Ke sekolah Hilya dulu. Udah waktunya dia pulang sekolah," kata Melati lagi-lagi ia memotong ucapan Alvin.

Alvin mengangguk dan mengarahkan mobil ke arah sekolah Hilya. Benar kata istrinya jika Hilya sudah waktunya pulang. Saat ini Alvin bisa melihat Hilya yang berdiri di depan sekolah dengan Putri.

Tanpa menunggu Alvin membuka pintu untuknya seperti biasa. Melati lebih dulu turun dan menghampiri Hilya dengan raut wajah yang dibuat seceria mungkin. Hilya tidak boleh mendapatkan imbas dari rasa kesalnya terhadap Alvin.

"Bunda? Bunda juga jemput Hilya?" pekik Hilya dengan senang seolah tidak percaya jika Melati juga ada di sini untuk menjemputnya.

Melati mengangguk dan mengelus rambut Hilya.

"Iya Sayang. Kenapa? Bunda nggak boleh ya jemput Hilya? Hilya nggak senang?"

Buru-buru gadis kecil berwajah manis itu menggeleng dan langsung memeluk Melati.

"Enggak gitu Bunda, Hilya seneng kok. Seneng banget malah. Tadi Hilya cuma heran aja biasanya yang jemput Hilya kan cuma Ayah," kata Hilya.

Melati mengecup puncak kepala Hilya dengan sayang. Ada rasa bersalah yang bersarang di hatinya mendengar penuturan Hilya. Sesibuk itukah dia sampai tidak pernah menjemput Hilya untuk pulang sekolah.

"Maafin Bunda ya Sayang. Insya Allah kedepannya Bunda lebih rajin lagi untuk jemput Hilya."

Hilya melepaskan pelukannya dan menatap berbinar pada Melati.

"Beneran Bunda. Saya terima kasih Bunda, Hilya sayang banget sama bunda," kata Hilya.

Hati Melati menghangat dan lebih baik dari tadi saat ia bersama Alvin. Anak dari Alvin ini ternyata mampu membuat hati Melati sedikit terhibur.

"Ya udah sekarang kita pulang ya."

Semua yang dilakukan Melati dan Hilya tentu saja tidak luput dari perhatian Alvin. Melati memang orang yang tepat untuk ia jadikan istri. Selain mencintainya Melati juga sangat menyayangi Hilya. Melati juga perhatian pada Mama Wulan.
Katakan pada Alvin, di mana kurangnya Melati.

"Mama...."

Gadis kecil di samping Hilya yang dari tadi hanya diam menyaksikan Hilya dan Melati saling berpelukan kini berteriak kecil saat melihat seorang wanita cantik keluar dari mobil.

"Gea?"

Melati menoleh cepat mendengar suara Alvin yang lagi-lagi memanggil nama Gea. Terlihat Gea tersenyum pada Putri dan menatap kaget pada Alvin terlebih Melati. Raut wajah Melati kembali datar.

"Alvin? Ka.... Kamu ngapain di sini?" tanya Gea terbata.

Melihat tatapan Gea yang tidak biasa pada Alvin, Melati sengaja mendekat dan mengamit lengan kiri Alvin. Tidak peduli pada tatapan tanya dari Gea juga Alvin.

"Aku jemput anakku," jawab Alvin dengan jelas.

Awalnya Gea hanya beroh ria saja tapi melihat gamitan tangan Melati pada lengan Alvin membuat wanita itu mengernyit heran.

"Emm itu adik kamu ya? Setahu aku kalau kamu udah cerai sama ibunya Hilya, kan?" tanya Gea.

Meski Gea tidak tinggal di Indonesia tapi tentang Alvin ya selalu mendapat info terupdate dan terpercaya melalui orang kepercayaannya di tanah air.

Ingin rasanya Melati berteriak di hadapan Gea mengatakan jika ia adalah istri tercinta Alvin. Tapi semua itu tidak ia lakukan mengingat ada Hilya juga Putri di sini.

"Aku sudah menikah lagi dengan Melati."

Gea menatap tidak percaya pada Alvin dan menatap penuh menilik pada Melati. Ia menggeleng pelan dengan mata berkaca-kaca.

"Ka... Kamu serius Vin? Kok bisa..."

Melati menghela nafas kasar dan menatap datar Gea. Terlihat sekali Gea ini menaruh rasa suka pada Alvin .

"Mas kita pulang yuk. Aku capek banget pingin istirahat," ujar Melati mengundang perhatian Alvin.

Memasang wajah melasnya ternyata Melati berhasil membuat Alvin mengangguk. Meski Alvin merasa ada yang aneh pada Melati dan ia yakin sang istri masih mode marah padanya.

"Iya Sayang. Kita pulang ya. Ayo Hilya," kata Alvin.

Alvin juga meraih tubuh Hilya dan merangkulnya untuk ke mobil.
Meninggalkan Gea dan Putri yang menatap mereka berbeda-beda.


Duda Anak satuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang