"Aku masih berharap kita bisa seperti dulu lagi dan....,""Ehem."
Alvin dan Gea sama kagetnya saat menoleh ke arah pintu, ke arah Melati yang berdiri dengan wajah datar.
Jangan tanya bagaimana ekspresi yang Alvin tunjukkan, ia tampak pias melihat Melati.Tanpa ada yang menyadari Alvin menghela nafas panjang, istrinya mungkin akan salah paham pada mereka terlebih Melati terlihat tidak berniat menatapnya. Melati menatap pada Gea yang kini gusar.
Senyum tipis Melati sematkan di bibir mungilnya. Dengan anggun ia berjalan mendekati Alvin yang pasti ketar-ketir akan kedatangan sang istri, bagai kepergok bersama selingkuhan. Alvin bangun dari kursi.
Tanpa diduga wanita cantik bernama Melati itu meraih tangan kanan Alvin dan langsung mencium punggung tangan sang suami dengan lembut. Hati Alvin berdenyut nyeri menyaksikan apa yang istrinya lakukan. Wajah tegangnya berubah menjadi sendu.
"Sayang," gumam Alvin.
Setelah mencium punggung tangan Alvin, Melati tersenyum dan dengan sengaja mengalungkan tangannya pada leher Alvin. Ia istri Alvin dan ia berhak melakukan apa saja pada sang suami.
Alvin membalas senyuman Melati dengan kaku, dengan segala rasa khawatir.
Di kursi depan meja Alvin, Gea masih duduk dan sedikit memperhatikan suami-istri itu. Melihat Melati yang dipeluk pinggangnya penuh sayang oleh Alvin membuat Gea percaya jika sakit itu kian nyata."Maaf ya aku nggak ada bilang kalau mau ke sini. Hp Mas ketinggalan di kamar makanya aku susul," ujar Melati lembut.
Alvin menghela nafas beberapa kali dan mengangguk lalu mendekat dan hendak mengecup kening Melati namun istrinya melepas tangan dari leher Alvin dan berbalik badan hingga menghadap pada Gea.
Tiba-tiba ditatap dengan intens oleh Melati membuat Gea sedikit gugup.
"Mmm maaf Mbak Gea,"
Gea mendongak karena ia masih dalam posisi duduk di kursi sedangkan Melati dan Alvin berdiri.
Melati tetap menunjukkan senyuman tipis namun penuh makna jika diperhatikan."Urusan Mbak dengan suamiku sudah selesai, kan? Kalau sudah ada baiknya Mbak pertemuan ini diakhiri saja."
Kalimat pengusiran secara halus itu terlontar dengan rapi begitu saja dari bibir Melati. Ia hanya ingin mengikuti kata hati. Ia punya hak untuk melarang wanita mana pun agar tidak berdekatan dengan suaminya. Melati memang harus menutup rapat celah antara Suaminya dengan wanita lain yang mungkin akan hadir sebagai kerikil dalam rumah tangga. Ada baiknya disingkirkan.
"I ... Iya. Alvin, aku balik dulu ya. Terima kasih sudah meluangkan waktunya. Melati, aku pamit dulu."
Melati dan Alvin hanya mengangguk arah pandang mereka mengikuti sampai Gea benar-benar keluar dari ruangan Alvin.
"Lepas," kata Melati.
Wanita cantik kesayangannya itu melepaskan dengan sedikit kasar tangan Alvin dari pinggangnya. Ia bergerak menjauh dari Alvin dan duduk di sofa tunggal.
Dahi Alvin langsung berlipat tanda bigung pada sikap istri. Bukan hanya menjauh dan memilih duduk sendiri di sofa Melati juga mengubah raut wajahnya menjadi datar.
Beberapa kali Alvin menghela nafas panjang dan melangkah mendekat pada Melati. Duduk di samping sang istri, mencoba meraih tangan Melati tapi berhasil ditepis oleh wanita cantik itu.
Seakan baru ingat pada penyebab sang istri bersikap seperti ini padanya. Alvin menatap wajah Melati dari samping karena wanita itu memalingkan wajah dan terlihat fokus pada ponsel. Alvin yakin Melati tidak benar-benar fokus, sepertinya wanita ini hanya ingin mengindari Alvin saja.
"Sayang ... tadi aku sama Gea nggak cuma ngobrol soal...,"
"Soal perasaan? Aku nggak tuli Mas. Aku dengar tadi Mbak Gea bilang kalau dia masih cinta sama Mas. Aku lihat gimana raut wajah dia saat natap Mas tadi."
Nafas Melati memburu, suaranya bergetar. Ia benci matanya yang kian memanas. Air mata itu ungkapan hati.
"Aku juga lihat tatapan terluka dia saat aku peluk Mas."
Alvin terdiam seraya menatap dalam sang istri. Yang Melati katakan tidak salah, bukankah tadi Gea sendiri mengakui jika wanita itu masih menyimpan perasaan padanya.
"Ada perasaan yang bisa dibalas dan ada yang nggak perlu dibalas kan? Aku dan kamu nggak bisa memaksa untuk Gea melupakan perasaannya sama aku tapi aku pasti bisa untuk tidak peduli pada Gea."
"Aku tahu sebagai istri, kamu pasti takut kalau aku berpaling tapi bukankah kita harus saling percaya? Aku sayang sama kamu Mel. Aku cinta sama kamu dan aku akan berusaha sebisa aku untuk menggenggam erat cinta kita."
Perlahan Melati mendongak dan menatap langsung pada netra Suaminya. Ada ketulusan dari pancaran mata itu.
Alvin memegang dagu Melati dan mendekatkan wajah mereka sampai kedua bisa merasakan deru nafas masing-masing.
"Sayang aku mohon kamu percaya sama aku. Percaya sama rasa cinta aku, Mel."
Suara Alvin terdengar sangat lirih. Hanya untuk Melati ia berikan tatapan penuh cinta seperti ini.
"Kenapa Mas nggak mau cerita sama aku kalau tadi Mas habis nolongin Mbak Gea? Aku lebih suka Mas jujur walaupun mungkin akan buat aku sedih daripada aku tahu sendiri dari hp atau orang lain. Apa aku nggak berhak untuk tau apa yang suamiku alami? Katanya kita harus saling percaya berarti kita juga harus saling terbuka," ujar Melati.
Alvin meraih tangan Melati dan kali ini tidak ada penolakan dari sang istri. Melati memperhatikan Alvin yang mengecup lembut punggung tangannya.
Mrlati memang tidak.boleh menyalahkan Alvin akan perasaan Gea. Ia percaya Suaminya tipe orang setia tapi Melati hanya takut karena bagaimanapun Alvin dan Gea pernah menjadi kekasih terlebih mereka pernah saling cinta.
"Aku minta maaf Mel. Aku mau cerita tapi nunggu waktu yang pas. Aku nggak siap lihat wajah sedih kamu tadi malam sedangkan sebelumnya kamu khawatir banget sama keadaan aku."
Melati masih belum mengalihkan tatapannya dari Alvin. Tatapan sang suami selalu jujur padanya.
"Mas Alvin masih sering bertukar kabar sama Mbak Gea lewat hp atau wa?" tanya Melati.
Alvin menggeleng dengan sangat tegas.
"Nggak Sayang. Aku sama sekali nggak pernah chat atau hubungi Gea lagi setelah beberapa tahun yang lalu."
Melati menarik nafas panjang dan mengangguk percaya. Ia percaya pada Alvin karena nomor ponsel yang tadi mengirim pesan pada ponsel Alvin tanpa nama.
"Kalau kamu mau cerita, kamu tahu dari mana tadi malam aku luka karena nolongin Gea?" tanya Alvin dengan hati-hati.
Melati menghela panjang. Lalu meraih tas kecilnya dan mengeluarkan ponsel Alvin.
"Mbak Gea yang wa. Maaf aku lancang buka tapi aku nggak nyesal karena dengan itu aku tahu penyebab Mas lebam tadi malam," kata Melati.
Alvin meraih ponselnya dan meletakkannya di samping sofa. Ia malah meraih tubuh Melati untuk ia peluk.
Komen ya cantik ❤️🔥🔥❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/307227003-288-k635327.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Anak satu
RomanceBanyak uwu-nya. Ringan konflik dan seru bingitz. Jangan lupa follow cerita dan akun Umi Mentari!!!