Enam Belas

63K 3.2K 34
                                        

Melati tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan melingkar di pinggang hingga perut datarnya. Wanita cantik yang merupakan istri dari Alvin itu menghela lega setelah sadar jika yang memeluknya saat ini adalah Alvin, sang suami tercinta.

"Mas Alvin. Ini di dapur lho. Awas sana nanti ada yang lihat," ujarnya.

Selain takut ada yang melihat seperti Hilya atau Bik Yani bahkan ada kemungkinan juga Mama Wulan, Melati juga merasa sedikit tidak nyaman karena ia sedang memasak dan berhadapan dengan kompor.

"Nggak ada yang lihat, Yang. Hilya juga masih di kamarnya kok," jawab Alvin santai.

Pria itu meletakkan dagu dan pada pundak Melati dengan mata terpejam. Masih sangat pagi karena melihat tidak ada Melati di dalam kamar Alvin berinisiatif mencari keberadaan sang istri yang ternyata bsudah anteng di dapur dengan berbagai alat dan bahan masakan.

Mendengar jawaban sang suami, Melati mengecilkan api kompor lantas berbalik sehingga saling berhadapan dengan Alvin. Tangan melingkari leher Alvin dan memberi kecupan kecil pada pipi kiri pria itu.

"Mas mandi ya. Nanti aku siapin bajunya setelah itu kita sarapan. Hari ini harus ke kantor kan?" ujar Melati dengan lembut.

Melati terbiasa bangun subuh selain harus menyiapkan berbagai perlengkapan Alvin untuk ke kantor, ia sendiri juga harus berangkat ke kampus. Belum lagi ia terbiasa memeriksa tas sekolah Hilya memastikan agar tidak ada yang ketinggalan. Melati menyayangi Hilya seperti Alvin yang juga menyayangi anak itu.

"Penampilan kamu minta diajak masuk kamar lagi tau nggak. Kenapa harus menggoda gini sih?"

Sebelah tangan Alvin tidak henti mengusap pipi Melati dan sebelahnya lagi menahan pinggang Melati agar tetap dekatnya. Dengan sengaja ia tarik pinggang Melati semakin mendekat dan sedetik kemudian mata sang istri melotot karena merasakan sesuatu mengenai perutnya. Hasrat Alvin ketika berdekatan dengan Melati memang selalu begitu.

"Mas ih. Tadi malam kan udah masa nggak puas sih," geram Melati.

"Tadi malam kan lepas kangen Sayang. Kalau begituan terus rasanya nggak akan pernah puas Mel. Lagian kita harus semangat melakukan itu biar cepat ada dedeknya di sini," kata Alvin sambil mengusap pelan perut datar Melati.

Alvin dan Melati bersepakat tidak menunda kehamilan karena usia mereka sudah cukup dan layak untuk menjadi orang tua. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan hamilnya Melati nanti. Alvin dan Melati sama-sama menunggu hadirnya kabar baik dari rahim Melati.

"Hem. Aku memang masih dalam masa subur sih tapi nggak harus setiap.hari juga ngelakuinnya. Udah ya.... Ayah Alvin yang ganteng sekarang mandi. Ini masakannya juga udah selesai. Yuk kita ke kamar."

Melati mematikan kompor dan memanggil Bik Yani untuk membantu menyajikan makanan yang sudah di masak oleh Melati. Pasangan suami istri itu berlalu ke lantai 2 menuju kamar mereka.

****

"Nanti yang jemput Hilya siapa?"

Setelah turun dari mobil dan menatap ayah bundanya. Hari ini Melati diantar oleh Alvin ke kampus, entah mengapa istrinya itu terasa malas menyetir mobil sendiri jadi Alvin juga tidak keberatan untuk mengantar sang istri ke kampus.
Tapi sebelum ke kampus tempat mengajar Melati, mereka harus mengantarkan Hilya dulu ke sekolah. Gadis kecil itu baru memasuki kelas satu SD.

"Nanti Hilya dijemput Pak Sukri aja ya Nak. Bunda kayaknya pulang jam tiga Sayang. Ayah juga pasti pulang sore," kata Melati dengan lembut sambil mengusap rambut Hilya.

Gadis kecil itu mengangguk dan tersenyum pada Melati.

"Oke Bun. Kalau gitu Hilya masuk dulu ya."

"Belajar yang rajin ya anak Ayah. Sini cium dulu."

Alvin membungkuk dan mengecup kening Hilya sebelum Melati pun melakukan hal yang sama. Melati mengecup kening dan kedua pipi gembul Hilya.

****

Alvin menghentikan mobilnya di depan sekolah Hilya. Mama Wulan meminta Alvin untuk menjemput Hilya karena sopir mereka sedang berada di rumah sakit menemani istrinya yang melahirkan anak ketiga mereka.

Melati sedang di kampus dan terlebih lagi istrinya itu tidak membawa mobil jadi lebih baik Alvin sendiri yang menjemput Hilya ke sekolah.

"Ayah...."

Hilya berlari kecil menuju Alvin yang sudah turun dari mobilnya. Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan untuk disalami oleh Hilya.
Alvin juga tersenyum pada gadis kecil di  samping Hilya. Sepertinya teman baru Hilya karena ia belum pernah melihatnya.

"Ayah kenalin ini temen Hilya namanya Putri."

Putri tersenyum dan ikut menyalami tangan Alvin seperti Hilya tadi. Pandangan Alvin tertahan pada wajah Putri. Entah mengapa ada rasa yang tidak biasa saat ia melihat dan berdekatan dengan teman dari Hilya ini.

Sekilas wajah Putri mengingatkan Alvin pada seseorang. Seseorang yang sampai sekarang masih ia tanyakan di mana dan apa kabarnya.

"Kenalin Om nama aku Putri. Aku temen baru Hilya," ujar Putri memperkenalkan diri.

Alvin tersentak dari lamunannya saat gadis kecil ini membuka suara.

"Oh iya. Ini mau pulang. Putri dijemput siapa?" tanya Alvin dengan lembut.

"Putri nanti dijemput Mama kok, Om. Katanya Ibu guru tadi kalau mama udah di jalan," jawab Putri.

Awalnya Alvin ingin mengajak Putri agar pulang bersamanya tapi ternyata orang tua Putri sudah dalam perjalanan.

"Ya sudah kalau begitu Om dan Hilya pulang duluan boleh ya. Soalnya Om harus ke kantor lagi."

Putri mengangguk. Hilya kemudian tersenyum pada teman barunya dan memasuki mobil bersama Alvin. Membuka sedikit kaca mobil lantas melambaikan tangan pada Putri.

Mendekati konflik ya guys. Cerita tanpa konflik itu nggak seru🤭😬

Duda Anak satuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang