"Malam ini Hilya bobok sama Bunda, boleh?"
Hilya menatap Melati penuh harap. Ia tidak
Melati menatap nanar pada isi kotak yang ia temukan di gudang rumah ini. Tadi ia sengaja ke gudang untuk mengantarkan barang yang tidak dipakai lagi. Biasanya itu kerjaan Bik Yani tapi karena asisten rumah tangganya itu sedang menyetrika jadi Melati inisiatif menghantarkannya sendiri.
Sampai di gudang tatapan Melati terpaku pada kotak coklat yang berada di atas meja kecil. Meski gudang tapi ruangan ini tetap.bersih dan barang-barangnya tertata meski tidak terlalu rapi, serapi-rapinya gudang tetap saja harus sedikit berantakan.
Karena penasaran Melati membawa kotak itu ke kamar dan membukanya, melihat isinya Melati jadi merasakan menyesal karena isi dari kotak itu bisa saja jadi sumber sakit hati. Buktinya sekarang mood Melati benar-benar tidak baik..
"Nggak boleh lagi ada wanita lain di hati Mas Alvin selain aku," gumam Melati.
Kotak biru berisi beberapa lembar foto Alvin dengan Gea sepertinya saat mereka masih memiliki hubungan spesial. Bagaimana Melati tidak merasa sedih dan cemburu, Alvin tampak berpose mesra dengan Gea.
Semua orang pasti percaya jika hati wanita akan panas melihat hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu dari suaminya. Itu yang Melati rasakan. Ada rasa tidak rela saat harus menerima kenyataan jika bukan hanya tangannya yang pernah digenggam oleh Alvin. Ada tangan lain yang pernah Alvin genggam dan mungkin ada wajah wanita lain yang Alvin tatap dengan penuh cinta, di masa lalu.
Ia usap air matanya dan meletakkan kotak itu di meja rias saat mendengar suara mobil Alvin dari arah luar.
Sampai di pertengahan anak tangga, Melati mendengar suara Hilya menybut kepulangan Alvin. Memasang wajah senyum Melati ikut mendekati pintu utama, Alvin tengah mengusap rambut Hilya. Wanita ini mendekat dan menyalami punggung tangan Alvin seperti biasa.
Mengambil tas kerja Alvin setelah memperoleh satu kecupan manis di kening."Hilya mau kemana Nak? Kok mainannya di bawa ke luar?" tanya Melati.
Hilya membawa satu keranjang berisi mainan baru dan lama miliknya ke teras rumah.
"Hilya mau main di luar rumah aja ya Bun. Hilya udah mandi kok," jawab Hilya dengan pandangan mata pada Melati.
Melati menganggu dan mengusap rambut Hilya.
"Tapi nanti mainannya dimasukin ke dalam keranjang lagi. Terus dibawa masuk juga," ujar Melati.
Jika Melati di rumah saja maka biasanya Hilya akan belajar dan bermain bersama Melati tapi jika Melati ke kampus untuk mengajar maka Hilya bermain sendirian. Bik Yani punya banyak pekerjaan jadi jadian jika harus diajak main oleh Hilya.
"Iya Bunda."
Hilya duduk di teras yang sebelumnya sudah di gelar tikar plastik agar tidak langsung duduk di atas lantai.
Melati tersentak saat tangan Alvin kini bertengker di pinggang rampingnya. Mengusir sedikit rasa saling saat ternyata ada Bik Yani Yani yang melihat mereka.
"Kita masuk yuk Mas. Aku udah siapin air hangat untuk mandi," kata Melati.
Alvin mengangguk dengan tetap memeluk pinggang Melati untuk masuk ke dalam rumah. Tadi pagi Mama Wulan pulang ke rumahnya dan ini adalah hari pertama Melati tinggal bertiga bersama Alvin juga Hilya tanpa Mama Wulan. Melati merasa menjadi ibu yang sesungguhnya hari ini.
Jika biasanya ada Mama Wulan yang mengawasi Hilya di setiap kegiatan maka hari ini Melati yang melakukan itu. Lelah dan indah. Mengurus dan merawat anak kecil ternyata bukan hal yang mudah. Belum lagi Hilya memang tergolong anak yang rewel sehingga Melati harus bolak-balik dari kamarnya ke ruang tengah untuk memenuhi panggilan sang putri.
"Capek hari ini."
Sampai di kamar Alvin tidak melepaskan Melati tapi malah memeluk wanita itu sebagai pelepas penat. Tubuh Melati dipeluk erat dan Alvin berniat menelusupkan wajahnya di ceruk leher Melati tapi di tahan oleh wanita cantik itu.
"Ya udah makanya mandi dulu atau mau istirahat dulu bentar? Aku mau masak untuk makan malam," jawab Melati.
Melati melepas jas, dasi, dan kemeja Alvin. Menyisakan kaos putih bersih di tubuh sang suami.
"Langsung mandi aja deh Sayang. Habis ini kamu temenin aku istirahat ya," pinta Alvin.
Melihat anggukan dari sang istri, Alvin mengecup pipi Melati. Istrinya langsung merona karena kecupan Alvin barusan. Melati mendorong pelan dada pria itu.
"Kebiasaan banget sih cium-cium aku."
Alvin mengernyit heran sambil menatap pada sang istri.
"Kalau bukan kamu yang aku cium siapa lagi? Emangnya boleh aku cium perempuan lain?"
Wajah sang istri berubah muram.
"Boleh tapi tamatkan dulu cerita pernikahan kita," jawab Melati acuh.
Melati benar-benar melepas pelukannya dan berbalik ke arah walk in closet untuk menyiapkan pakaian Alvin.
Alvin tersenyum dan mengikuti langkah Melati untuk masuk ke dalam walk in closet. Bisa bahaya jika istrinya tidak diberi penjelasan.
"Sayang..."
Melati menyusun pakaian Alvin di atas meja kecil yang ada di sana.
"Kok malah cemberut? Ini bibirnya senyum dong," kata Alvin.
"Awas deh Mas."
Masih dengan wajah cemberutnya Melati menahan dada Alvin yang ingin mendekatkan wajah mereka. Kini Melati merapat pada dinding dan dikukung oleh Alvin.
"Kenapa sih?" tanya Alvin dengan lembut.
Tangan Melati ia genggam dan menatap dalam pada mata indah sang istri. Entah kenapa Melati kesal pada Alvin mengingat masih menyimpan foto Gea.
"Nggak kenapa-napa. Udah sana aku mau masak nggak usah macem-macem."
Alvin tidak menghiraukan malah mengangkat dagu sang istri.
"Siapa juga yang mau macem-macem orang aku maunya yang manis ini," ujar Alvin.
Sebelum sang istri menjawab Alvin langsung menyambar bibir tipis Melati. Ia perlu mengisi semangatnya setelah lelah seharian bekerja.
Jangan jadi silent readers ya❤️❤️❤️
Semakin banyak yang komen maka semakin banyak Ummi up setiap harinya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Anak satu
RomanceBanyak uwuanya. Ringan konflik dan seru bingitz. Jangan lupa follow cerita dan akun Umi Mentari!!!