Dua

142K 9K 106
                                    

"Kakak cantik kenapa nangis?"

Melati terlonjak kaget saat Hilya tiba di depannya. Melati tertangkap basah tengah menangis oleh ayah dan anak ini. Ia tidak bisa mengelak lagi.

Kembali ia usap wajahnya yang basah dan menatap Hilya yang penasaran. Gadis kecil ini ternyata anak dari mantan kekasihnya dan pembaca pasti tahu bagaimana perasaan Melati. Dadanya terasa sesak sekali.

Alvin yang tadi berjongkok di lantai mulai berdiri dan melangkah mendekati Hilya. Pria itu menatap penuh perhatian wajah Melati. Wajah cantik yang selalu ia puja sejak dulu itu kini menangis dan kembali terluka. Air mata itu kembali jatuh karenanya.

"Hah..emm ... Kakak enggak kenapa-napa kok. Cuma kangen sama papanya Kak Melati aja."

Memangnya Melati bisa mengelak untuk mengatakan tidak menangis padahal ia memang menangis. Yang ia katakan tidak sepenuhnya mengandung unsur dusta juga. Ia memang lagi merindukan papa-mama yang tinggal lintas negara dengannya.

"Oh iya... Hilya dan ayah udah mau pulang?"

"Iya Kak. Ayah katanya mau bilang makasih sama Kakak Cantik karena udah baik banget sama Hilya, iyakan Yah?"

Hilya menoleh pada Alvin. Alvin mengangguk dan menunjukkan senyumannya pada Hilya, matanya beralih pada Melati dan lagi-lagi tatapan mereka bertubrukan. Rasanya Alvin ingin segera mendekat pada Melati dan meraih tubuh wanita itu untuk ia dekap dengan hangat.

"Iya. Terima kasih ya udah mau jagain Hilya di sini dan terima kasih juga udah kasih hp kamu untuk dipinjam Hilya agar bisa kasih tau aku," kata Alvin dengan lembut.

Suara Alvin direkam dengan baik oleh Melati. Sudah bertahun lamanya Melati tidak lagi mendengar suara ini. Ada rindu yang masih terselip untuk Alvin tapi apa bisa dikata. Ia dan Alvin sudah memiliki sekat untuk saling berdekatan.

"Iya sama-sama."

Melati menggeser tubuhnya agar Alvin dan Hilya bisa lewat. Alvin berpamitan juga pada Mbok Inah sebelum pulang. Mbok Inah dan Melati mengantar sampai ke pintu depan rumah.

"Hilya hati-hati ya."

"Iya Kak. Sampai ketemu lagi."

Melati rasanya tidak ingin bertemu lagi dengan dua orang di depannya ini.

❤️❤️❤️

"Serius Mel? Lo beneran ketemu Kak Alvin? Bukannya Kak Alvin udah pindah ke Bandung ya dari dulu?"

Melati mengangguk.

Airin menatap penuh tanya pada Melati. Mereka sudah bersahabat sejak lama dan sempat terpisah karena memilih kuliah di universitas berbeda lalu kembali bersatu dalam ruang kerja yang sama yakni sebagai dosen di salah satu universitas swasta.

Sambil makan siang di kantin kampus Melati bercerita pada Airin. Melati juga tidak bisa menyembunyikan tangis saat mengingat sosok Alvin yang ternyata sudah memiliki istri.

"Gue nggak tau Rin, tapi kata Mbok Inah kalau dia memang sering lihat Hilya yang lagi nunggu di depan sekolah. Mbok Inah kan sering belanja ke market di depan sekolah itu."

Airin mengelus lengan Melati lembut. Ia selalu membersamai sang sahabat di setiap harinya. Ia tahu betapa sulitnya Melati berusaha untuk melupakan Alvin dan Airin yakin jika selama ini Melati memang belum sepenuhnya bisa lupa pada pria itu. Pasti tidak mudah bagi Melati untuk kembali bertemu orang ya masih ia cintai dengan status mereka yang sudah berubah.

"Lo masih cinta banget sama Kak Alvin ya?"

****

Alvin mengerutkan dahi melihat sebuah mobil yang berhenti di samping jalanan. Lebih terkejut lagi melihat siapa pemilik mobil itu. Di sana seorang wanita tengah memainkan ponsel. Wajahnya memang tidak terlalu jelas dilihat oleh Alvin tapi Alvin bisa langsung tahu gadis itu dari arah samping. Dia Melati Jantungnya berdetak tidak karuan.

Satuan waktu di tangan Alvin menunjukkan pukul 5 sore, itu artinya sebentar lagi menuju malam. Ia hembuskan nafas panjang sebelum membuka pintu kamar dan keluar dari sana.

"Ini gimana sih? Mana nggak tahu masalah mesin lagi. Afif ditelpon juga malah nggak diangkat."

Mentari tidak berbicara sendiri dengan wajah panik. Sesekali ia pandangi sekeliling yang sepi karena tadi ia pulang melewati jalan yang tidak biasanya ia pulang. Jalanin ini terbilang jarang dilalui oleh pengendara.

"Ehem..."

Melati menggigit bibir saat mendengar suara deheman dari arah belakangnya. Bulu kuduknya meremang dan seketika Melati dihantui rasa takut. Jangankan untuk membalikkan tubuh ke arah belakang menggerak kakinya pun Melati seakan kaku.

Sedangkan Alvin mengulas sedikit senyuman saat terbaca dari tubuh Melati jika gadis itu kaku. Alvin melangkah semakin mengikis jarak dan berhenti tepat di samping kanan Melati.

"Melati," panggilannya pelan.

Melati ternyata menutup mata, gadis itu mulai memejamkan mata sejak ada suara deheman dan langkah kaki yang semakin mendekat padanya. Di tempat sepi dan hari hampir malam, hebat sekali jika ada wanita yang tidak sepenakut Melati.

Nafas Melati sekarang rasanya ikut tercekat karena melihat siapa yang berdiri di sampingnya. Namun hanya sesaat karena setelahnya tanpa disadari Melati menghembuskan nafas lega. Kehadiran seseorang seseorang saat ini adalah dalam situasi yang tepat, menurutnya. Tapi mengapa harus Alvin? Dari jutaan bahkan milyaran manusia tercipta di bumi ini mengapa harus Alvin yang hadir di hadapannya?

"Kamu ngapain di sini? Hari udah hampir malam," tanya Alvin.

Pria itu meletakkan tangan di saku celana pada sisi kanan dan kiri tubuhnya.

"Pak Alvin..."

Alvin tersenyum getir mendengar panggilan yang Melati sematkan untuknya. Ia rindu panggilan sayang wanita ini untuknya. Tapi mungkin itu tidak lagi disebutkan Melati karena wanita ini sudah terlanjur kecewa.

"Mobilku mogok Pak. Enggak bisa dinyala," jawab Melati seadanya.

Untuk saat ini tidak perlu menyembunyikan kegundahan karena memang kondisi mobilnya yang Melati khawatirkan.

"Boleh aku lihat?"

Boleh sekali. Hati Melati langsung menjawab dengan lantang tapi apa daya suara hati tidak bisa sampai ke telinga Alvin.
Akhirnya Melati mengangguk sebagai jawaban.

Alvin bergerak mendekat pada mobil. Mulai memeriksa bagian mesin mobil Melati. Tidak ada obrolan di antara mereka alias keadaan hening. Dari arah sisi kiri, tidak jarang Melati memperhatikan wajah serius Alvin. Wajah yang masih ia ingat dan sulit dilupakan.

Bertemu kembali dengan Alvin membuat berbagai rasa hadir di lubuk hati Melati. Debaran indah itu kini kembali lagi meski sudah berkali-kali Melati coba untuk tepiskan tapi hatinya seakan masih setia pada cinta untuk Alvin.

"Coba dinyalakan."

Suara Alvin membuat Melati tersentak kaget. Terlalu serius pada wajah Alvin yang membawanya bernostalgia pada masa indah itu sampai ia tidak sadar jika Alvin sudah berdiri lebih dekat padanya.

Pokoknya harus komen ya.
Tapi nggak boleh terpaksa alias harus ikhlas ❤️

Duda Anak satuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang