"Aku masih mencintai kamu, Mel. Rasa ini masih sama seperti dulu bahkan lebih," kata Alvin sambil menatap dalam netra coklat milik Melati.
Air mata Melati semakin turun dengan deras. Kata cinta yang ia dengar dari Alvin selalu terngiang dalam ingatannya. Bagaimana ia bisa lupa jika Alvin adalah satu-satunya pria yang pernah mengetuk hingga masuk ke dalam hatinya. Melati pun masih merasa ada cinta untuk Alvin tapi ia tidak bisa apa-apa karena sekarang Alvin bukan siapa-siapa lagi baginya.
Perlahan Melati melepaskan tangannya yang digenggam oleh Alvin. Pria itu pasrah saja dan senyum getir semakin tersemat di wajah Melati. Hatinya ingin berteriak, ingin Alvin tetap menahan tangannya tapi Melati cukup tahu diri sekarang.
"Aku."
Melati memejamkan matanya sejenak sebelum kembali membukanya dan menatap Alvin.
"Aku nggak mau jadi benalu untuk rumah tangga Mas Alvin. Aku bukan wanita jahat yang lebih mementingkan egonya sehingga reka menyakiti hati wanita lain."
"Aku nggak mau Mbak Tiara terluka dan aku juga nggak mau mengotori hatiku dengan menaruh cinta pada suami orang."
Alvin mengangguk pelan. Sudah ia duga jika Melati masih beranggapan jika ia dan Tiara masih dalam hubungan suami-istri. Ini yang akan ia jelaskan pada Melati.
"Aku mau ceritakan sesuatu, apa kamu mau dengar?" tanya Alvin.
Suara petir yang saling bersahutan masih terdengar dari luar rumah. Hujan semakin deras mengguyur bumi.
"Cerita apa? Nggak baik Mas cerita sana wanita lain. Jaga perasaan istri."
Sebisa mungkin Melati mengontrol diri agar tidak terbujuk pesona Alvin. Ia bukan wanita yang hobi menyakiti hati sesama wanita. Cukup hatinya yang pernah dibuat terluka oleh Alvin, Tiara jangan.
"Kalau aku udah nggak ada istri, apa kamu masih nggak mau dengar?"
Alvin ingin terkekeh melihat wajah kaget Melati. Gadis ini tetap cantik ditambah lucu dengan ekspresi seperti ini.
"Maksud Mas Alvin? Mbak Tiara baik-baik aja kan Mas?"
Alvin menghela panjang dan mengabaikan pertanyaan Melati. Sepertinya Alvin memang harus menceritakan semuanya pada Melati. Kesempatan tidak tentu datang untuk kedua kalinya. Tidak tentu ia dan Melati ada di posisi seperti ini. Terjebak hujan di rumah gadis ini sehingga Alvin tidak bisa pulang. Ibunya dan Hilya sudah tidur di kamar tamu dan yang lebih penting lagi Melati tidak kabur saat ia ajak bicara. Ini kesempatan emas dan Alvin berusaha untuk menggunakannya dengan sebaik mungkin.
"Tiara membohongi aku tentang Hilya. Aku udah pernah bilang kalau aku nggak pernah berzina dengan Tiara tapi Tiara kekeh jika orang yang menghamilinya kala itu adalah aku."
Pandangan Alvin menerawang pada kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya terjerat pernikahan dengan Tiara, orang yang sama sekali tidak ia inginkan
Melati masih tidak ingin gegabah dalam menyimpulkan, ia ingin mendengar sampai selesai penjelasan Alvin. Melati tidak ingin hatinya kembali terluka nantinya.
"Setelah Hilya berusia satu bulan, aku bertemu lelaki yang mengaku ingin bertanggung jawab karena telah menghamili Tiara."
Dada Melati sesak. Jika yang dikatakan Alvin ini adalah suatu kebenaran berarti ia dan Alvin terpisah karena dusta dari Tiara.
"Hilya bukan anak Mas Alvin?"
Nyatanya Melati tidak bisa menahan tanya. Tertarik dengan topik utama yang Alvin berikan, terlebih ada kaitannya dengan dirinya kala itu.
Alvin menggeleng pelan.
"Tiara akhirnya mengaku jika bukan aku ayah dari Hilya. Mereka juga kembali menjalin hubungan bahkan saat Tiara masih berstatus istriku. Aku pergok mereka di hotel dan di situ aku buat buat keputusan untuk menceraikan Tiara."
Melati ternganga mendengar semuanya. Sangat tidak menyangka jika Alvin mengalami hal sepahit itu.
"Terus kenapa Hilya tinggal sama Mas Alvin?"
Suara Melati semakin terdengar lembut. Ia tidak ingin Alvin sakit karena harus mengingat masa pahit bagi pria itu.
"Lelaki itu hanya ingin Tiara dan orang tuanya pun menginginkan cucu lelaki bukan perempuan. Anak usia dua tahun yang belum berdosa itu masih berhak untuk mendapatkan kasih sayang. Mama udah sayang sama Hilya dan aku nggak keberatan untuk mengasuh serta menyayangi Hilya seperti putriku sendiri," kata Alvin.
Melati mengangguk paham. Ia membalas senyuman Alvin yang tulus padanya.
"Maaf ya Mas. Aku nggak berniat mengulik masa lalu Mas sama Mbak Tiara yang ternyata jauh dari kata indah."
Entah mengapa hati Melati terasa lega setelah Alvin menjelaskan tentang Hilya dan Tiara. Ada rasa yang berkecamuk di dada Melati.
Alvin menatap dalam mata Melati. Mata indah yang dulu sering terarah padanya. Sering berbinar saat merasa bahagia bersamanya dan terakhir mata indah itu menangis karena harus berpisah darinya.
Tanpa sadar tangan Alvin beralih pada pipi kiri Melati dan mengusapnya lembut. Menghapus kristal bening itu. Ia rindu dengan Melatinya.
"Maafkan aku juga yang terus buat kamu menangis. Kamu harus tahu Mel, kalau aku masih tetap sayang sama kamu dan.... Cuma kamu yang selalu aku cinta," ujar Alvin.
Melati menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya pelan. Ia raih tangan Alvin yang ada di pipinya kemudian perlahan menurunkan tangan itu.
"Udah malam Mas. Aku mau tidur. Mas Alvin juga tidur ya.... Jangan begadang," kata Melati.
Alvin tahu Melati ingin menghindar. Ia pun tahu tidak seharusnya mengungkapkan kembali perasaan pada Melati.
Melati meninggalkan ruang tamu menuju tangga yang menghubungkan antara lantai 1 dan 2.
Tanpa sepengetahuan Alvin, Melati kembali menangis. Sampai di kamar gadis itu semakin leluasa menyuarakan isakan tangisnya.
Vote dan komen ya.
Maaf kalau nanti ada typo tolong ditandai.Jangan lupa komen juga karena Ummi suka baca komennya 🤭❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Anak satu
RomanceBanyak uwuanya. Ringan konflik dan seru bingitz. Jangan lupa follow cerita dan akun Umi Mentari!!!