Author POV
Layaknya seorang sekretaris pada umumnya, pagi-pagi saat sampai ke kantor, hal yang pertama yang akan Savana lakukan adalah membereskan detail-detail kecil di ruang bosnya. Dokumen yang berantakan, dokumen yang perlu ditinjau dan juga tanda tangan akan dipisah asing di atas meja, kemudian Ia menyeka meja kerja sang atasan agar terlihat lebih bersih.
Setelah meja kerja rapi, Ia akan menyemprotkan parfum ruangan beraroma bunga dan juga percampuran buah yang tidak menyengat sehingga tidak menganggu pernafasan serta menyebabkan efek pusing kesukaan Pak Galih. Ada juga lilin aroma yang akan Ia hidupkan setelahnya. Itu adalah oleh-oleh dari kliennya beberapa bulan yang lalu dari Korea.
Savanna juga mengecek isi kulkas mini yang ada di dalam ruangan tersebut, mengecek persedian air mineral, teh kemasan dan juga cemilan di dalamnya. Lemari yang berisi jas dan juga kemeja sang atasan juga tak luput dari inspeksinya.
Jas Romeo Matthias dan turtle neck yang tadi Ia bicarakan dengan Galih pagi tadi Ia bawa gantung dalam lemari persedian pakaian. Setelah memastikan semuanya rapi dan sempurna, Savana langsung keluar dari ruang tersebut dan menuju pantry untuk membuat kopi untuk dirinya sendiri dan juga sang atasan.
Walau mereka berangkat kantor bersama, Galih tidak akan menuju ruangnya bersamaan dengan Savanna. Ia memberikan waktu beberapa menit untuk sang sekretaris untuk berbenah, lalu Ia menyusul setelahnya. Biasanya, Ia akan duduk di smoking area sejenak sambil menghabiskan satu atau dua batang rokok.
"Pagi, Savana!" sapa seseorang yang baru masuk ke pantry juga. Itu Sagara. Sekretaris direktur projek, Pak Reza. Ia mengambil dua cangkir kopi yang sama seperti Savanna dan mulai meracik kopi juga sepertinya.
"Hai, Sagara. Pagi." Balas Savanna ramah dan juga sedikit heran, "Lho, bukannya hari ini kalian ada jadwal ke Lombok, ya?"
"Iya, batal." Savana terkejut kecil mendengar itu, "Asam lambung Pak Reza kumat. Jadi, beliau hari ini akan istirahat full. Lusa kami akan ke sana."
"Oh, berarti sekalian dong?"
"Kalian lusa juga terbang ke Lombok?"
"Iya," sahut Savanna sambil menampung cairan kopi yang keluar dari coffee maker.
"Nice. Sudah belik tiketnya?"
"Belum."
"Kita ambil penerbangan di jam yang sama saja, apa kamu keberatan?" Savanna langsung mengangguk setuju. Ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan karena Ia punya teman berbicara selain Pak Galih nanti di sana.
Savanna berpamitan pada Sagara setelah kopinya selesai dan menuju meja sendiri. Ia meletakkan kopi milik sang bos di ruangannya kemudian memberi tahu lelaki itu bahwa ruangannya sudah siap sedia.
Orang-orang di lantai teratas gedung Ourban Group hari itu sangat sibuk menjelang usainya projek pembangunan resort di Lombok. Berbagai macam laporan dan juga meeting terus berdatangan. Ditambah dengan absennya Direktur projek, banyak perkerjaan menjadi lebih susah ditangani dan sedikit terhambat.
Galih sudah beberapa kali memaki pegawainya yang berbuat salah, Savana juga tak luput dari rajaman mulutnya hari itu. Menurutnya ini waktu genting. Mereka harus ligat dan memastikan tak ada satu masalahpun terjadi atau layangan tuntutan dari klien akan sampai ke meja CEO.
Pengawas lapangan yang berada di lokasi projek pembangunan juga terus melaporkan perkembangan terkini dari resort yang tengah dibangun. Target penyelesaian resort itu hampir tercapai, semoga tak ada masalah berarti yang akan terjadi.
Savana masuk ke ruang Galih sesaat setelah di panggil lelaki itu.
"Saya lelah sekali, tolong belikan saya makanan yang dingin-dingin." Titahnya sambil mengendurkan dasi.
Galih si pecinta dingin-dingin. Apapun yang dingin akan membawa berkah ke pada otak dan emosinya. Galih selalu butuh makanan atau minuman dingin saat sumpek.
"Baik pak."
Kepala Savana mulai berdenyut karena hari yang melelahkan ini. Belum lagi, cuaca di ibu kota yang sangat mendukung, panas terik membakar kulit.
Sagara menyapanya di lobi paling bawah. Sepertinya lelaki itu juga ingin ke suatu tempat.
"Aku mau membeli gelato di gerai samping."
"Gelato?" es krim khas negeri pasta yang terbuat dari susu, krim dan gula dengan strektur lebih cair.
"Iya, baru buka." Sagara menyerahkan secarik brosur sebuah gerai gelato untuknya. Savanna langsung tersenyum senang. Ia tak perhatian bahwa tak jauh dari perusahaan mereka ada gerai gelato yang baru dibuka.
"Ayo kita kesana. Aku tidak sabar mencobanya. Sepertinya lezat." Kata Savana semangat membuat Sagara tersenyum kecil melihatnya. Senyum riang gembira milik Savana membuat rasa lelah yang dirasa Sagara seharian ini sedikit memudar. Belum lagi, wanita itu tak segan menarik menggandeng tangannya ke sana.
Dibanding dengan seniornya di kantor, Savana hari ini lebih mirip bocah TK yang kegirangan mendapatkan lollipop kesukaannya.
"Savana?"
"Iyaa?"
"Ingin ke bioskop bersama-sama nanti saat senggang? Hanya jika kamu tidak keberatan."
Senyum lebar hingga menampakkan gigi-gigi rapi yang putih berjejer di wajah Savana memberi tahu jawabannya tanpa perlu bersuara. Sagara tersenyum penuh arti untuk itu.
[***]
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Pak Bos ✔
ChickLitGalih Bramantio dipaksa menikah dalam waktu tiga bulan. Sedang diumurnya yang tak lagi muda itu, tak ada satupun wanita yang terjerat asmara dengannya. Rubina, wanita yang membuatnya tertarik saat pandangan pertama. Nabila, penyanyi wanita sukses...