55 [END]

25.7K 600 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bapak masih memakai parfum ini?" tanya Savanna pada sebuah botol parfum yang sangat familiar di mata wanita itu. Selama beberapa tahun belakang, Savanna selalu menjadikan parfum itu sebagai aroma khas dirinya, dia menjadikan parfum itu bagian dari kedisiplinan diri yang selalu Ia gunakan.

"Iya," jawab Galih.

Botol parfum itu diletakkan paling depan di khusus koleksi parfum miliki lelaki itu. Menandakan bahwa parfum itu sering digunakan.

"Kenapa?" tanya Savanna lagi. Dia sendiri sudah mengganti parfum hariannya dengan varian yang baru. Belakangan, parfum lokal yang diproduksi oleh usahawan muda yang kreatif dan inovatif menarik perhatiannya. Ini juga bentuk dukungannya sebagai konsumen tetap parfum terhadap produk lokal.

"Saya suka. Kamu selalu beraroma parfum itu. Rasanya, walaupun kamu tidak bersama saya, aroma parfum itu menjadikan pengganti." jelas Galih membuat secarik senyuman terbit dari bibir Savanna diikuti Pipinya bersemu merah mendengar itu.

Lelaki berkulit kuning langsat itu sukses membuatnya selalu terkesan.

Benar seperti Nabila kata. Galih selalu konsisten memujanya.

Ini bukan kali pertama Savanna masuk ke kamar Galih di rumah orang tuanya. Kamar lelaki itu banyak berubah sekarang. Dulu, saat Savanna menapaki kaki ke dalam kamar tersebut hanya hawa gelap dan tidak bersemangat yang menyelimuti. Namun sekarang, seakan kamar itu telah bernyawa dan menjadi sosok yang baru. Bahkan ada tamanan kecil di pojokan kamar yang membuat semuanya tampak lebih baik.

Sepertinya Galih menaruh ketertarikan khusus dengan kamarnya. Dia bahkan memiliki pigura keluarganya di dalam kamar.

"Kamu kapan mau pindah kesini, Na?" tanya Galih yang langsung mendapat tatapan horor dari Savanna.

"Idih!" sinisnya membuat Galih tergelak.

"Hahaha...ya kan saya tanya saja, Na."

"Tidak sopan. Tanya nanti kalau sudah melamar, Pak." cibir Savanna seperti baisa dengan intonasi tegasnya lalu keluar menuju balkon di kamar Galih. Lelaki itu sangat senang membuat suasana hatinya campur aduk.

Lelaki itu menyusul dari belakang dan berdiri di sebelah Savanna. "Sabar ya, Na. Saya nikahkan Gama dulu, baru saya menikahi kamu." katanya lalu mengedipkan mata menggoda Savanna.

Wanita berkerudung soft beige itu akhirnya terkekeh kecil. Tatapan sewot Savanna hilang serta merta karena mendengar kalimat godaan dari lelaki yang hari ini memakai kutang putih dengan celana pendek itu. Setelan santai nya di rumah.

"Adik kecil saya sekali lagi melangkahi saya. Ternyata hidup ini tidak bisa diplot semau kita ya, Na." kata Galih menatap jauh ke depan. "Diatas rencana kita, ternyata ada rencana Tuhan yang tidak bisa kita tebak."

"Iya," celetuk Savanna. "Sama seperti kita, Pak." sambungnya diikuti tawa kecil.

Galih mengangguk setuju dan ikut tertawa konyol. Lucu mengingat bagaimana dia dulu meminta Savanna mencarikan dia istri, namun sekarang malah dia yang ingin memperistrikan wanita tangguh dan galak itu.

Istri Untuk Pak Bos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang