54

10.4K 466 15
                                    

3,6k words. OMFG!!

Happy reading, y'all! :)

[*****]

"Undangan dari siapa?" tanya Savanna saat Pamela memberinya sebuah undangan.

"Nabila dan Rajendra." sahut Pamela ringan. Ia kemudian merebut minuman es coklat di tangan Savanna dan meneguknya santai. "Aah!" serunya lega karena minuman dingin itu membasahi kerongkongannya.

"K-kok bisa?" tanya Savanna lagi kini dengan tergagap kecil.

Sebulan berlalu setelah mereka pulang dari Thailand tempo hari. Savanna tidak punya gambaran apa yang akan terjadi dengan dua keluarga konglomerat yang memperanak dua manusia pembuat onar itu, Ia hanya bisa memantaunya dari media sosial dan juga sesekali dari mulut Sea atau Sagara bahkan Pamela bagaimana perkembangan kasus tersebut. Savanna bukan orang usil yang ingin tahu urusan orang lain namun dia tidak bisa mengabaikan bahwa ada Galih disana yang Ia terus perhatikan.

Galih tampaknya benar dengan perkataan nya, Ia akan datang setelah semuanya selesai. Sejak hari itu hingga detik ini, Savanna tidak pernah bertemu dengan Galih barang sekejap. Lelaki itu juga tidak mengirimnya pesan singkat ataupun menghubungi lewat telepon. Savanna pernah mengirimnya pesan, namun sampai hari ini pesan itu tidak pernah dibaca apalagi dibalas.

"Galih tidak mau bertanggung jawab," Pamela menjeda omongannya lalu meneguk kembali es coklat di tangannya hingga tuntas, "Lalu kakak pikir apa keluarga mereka akan membiarkan Nabila hamil tanpa suami?"

"Benar juga."

"Itu memalukan. Hamil diluar nikah dengan pacar yang tidak direstui keluarga ditengah-tengah dia sendiri menjadi tunangan orang lain. Nabila benar-benar menghancurkan hidupnya." celetuk Pamela mendapat jelingan mata dari Savanna.

"Hush!" tegur Savanna tidak senang, "Kamu ini jangan bicara seperti itu. Takut akan azab Allah yang mungkin juga menimpa kita. Lisan ini harus dijaga, Pam."

"Sorry! Aku hanya tidak menyangka saja. Bahkan sampai hari ini."

"Berdoa semoga kita selalu dijaga oleh Allah, Pam."

"I will. Ohya, setelah bertemu Galih nanti, tolong kakak jangan bertindak diluar nalar." kata Pamela sambil menatap Savanna yang memusatkan matanya pada layar ponsel di tangannya. Pamela tidak ingin menasehati Savanna dan ikut campur. Tapi karena dia menyayangi wanita itu, dia tidak akan segan.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu?"

"Aku tahu kamu dan Galih berpelukan hari itu di rumah Kaffa." kata Pamela membuat pipi Savanna memanas. "Orang dewasa itu menakutkan. Apa lagi Galih dengan jiwa liarnya yang tidak pernah tersalurkan. Jangan sampai ada Nabila jilid dua, Kak. I warn you."

Savanna menimpuk Pamela dengan bantalan sofa membuat wanita itu tertawa terbahak-bahak.

Sial.

Mulut Pamela memang tidak bisa diprediksi. Itu baik telah mengingatkan dia agar menjauh dari dosa, namun juga membuatnya malu setelah mampus karena Pamela dengan gamblangnya berkata apapun yang Ia inginkan.

"I'll do my best." sahut Savanna kemudian.

Pamela hanya mengangkat bahunya kecil. Ia mengambil es yang masih utuh dalam cangkir dan mulai mengunyahnya. Kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan.

"Mungkin bulan depan kita akan kondangan lagi." kata Pamela.

Savanna memalingkan wajahnya ke Pamela dengan tatapan mata penasaran. "Siapa lagi sekarang?"

"Gama dan Sinta."

"WHAT?!"

"Setelah diusir dari rumah, Gama jadi sering menginap di rumah Sinta. Tante Didi tentu takut sesuatu yang tidak baik terulang kembali makanya dia meminta Gama menikah lebih dulu."

Istri Untuk Pak Bos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang