46

6.3K 431 20
                                    

Perkataan Karina beberapa hari yang lalu terus berputar-putar di kepala Savanna. Melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana memang tidak pernah terpikirkan olehnya setelah mendapat pekerjaan, tapi rasanya jika sekarang menjadikan itu sebagai pelarian dari permintaan orang tuanya untuk menikah, Savanna pikir itu juga tidak bijak. Umurnya semakin matang dan jauh di lubuk hati nya yang dalam, Savanna juga takut jika nanti di umurnya yang semakin banyak maka makin susah untuk dia mendapatkan jodoh. Di umur 25-an saja tidak ada yang mendekati, apa kata jika nanti umurnya lebih dari 30. Savanna jadi khawatir.

Tapi tuhan pasti telah menentukan siapa jodoh untuk dirinya bukan? Tidak baik suudzon dengan keputusan tuhan, hanya saja Savanna overthinking.

Drt! Drt!

Getaran dari ponselnya mengalihkan perhatian Savanna. Itu sebuah panggilan dari Sagara. Lantas melihat itu, Savanna tersenyum kecil. Sudah lama Ia tak bertukar kabar dengan Si Cantik berdarah Bali itu.

"Halo! Savanna?!"

"Halo, Cantik!" jawab Savanna.

"Apaan!!! Kamu kemana saja sih?" tanya lelaki itu terdengar kesal di ujung sana. "Sosial media mu tidak ada aktivitas, Whatsapp mu juga jarang online. Are you ok? Apa kamu sudah dapat pekerjaan di tempat lain sehingga sangat sibuk?"

Wanita bermata terkekeh kecil mendengar rentetan kata dari Sagara. Mulut cerewet Sagara tidak berhenti membombardir Savanna dengan berbagai pertanyaan. Dari itu Ia baru sadar bahwa sudah sangat lama dirinya menarik diri dari lingkungan sosialnya.

"Sorry, Ok! Belakangan aku jarang melihat ponsel. Aku hanya bersantai sejenak, tidak lagi bekerja dimanapun."

"Bagus. Aku akan sering menghubungi mu." Lega. Setidaknya Savanna masih bernafas dengan baik. Belakangan Ia sering mengecek whatsapp seniornya itu namun tidak ada aktivitas apapun di sana membuat Sagara canggung ingin menghubunginya lebih dulu. Tapi terkhusus saat ini, Sagara nekat. Ia tidak bisa menahannya lagi.

"Anyway, I miss you, Savanna." kata Sagara dengan suara lembutnya membuat Savanna tersenyum dibalik sambungan mereka.

"Miss you too, Baby Sagara." balas Savanna dengan jawaban menggoda membuat lelaki itu protes tidak terima karena dipanggil baby.

"Jangan terus menggodaku. Kamu dimana? Ayo, traktir aku makan enak!" Tandas Sagara kemudian.

"Waaah...apa-apaan ini? Kamu mencoba melorotin pengangguran?" Jika makan enak dan melorotin Savanna, Sagara memang paling semangat.

"Hanya sesekali. Tidak setiap hari. Ayolah!!" bujuknya. Ia menyebutkan berbagai restoran mahal yang sudah sangat lama tidak dikunjungi Savanna dan beberapa restoran yang baru dibuka lengkap dengan menu apa yang ingin Ia coba. Sagara memang bukan main.

"Nanti ya, aku masih di Singapura."

"Uh?! Singapura? What are you doing there?" tanya Sagara penasaran. Bukankah sebelumnya wanita itu bilang ia tidak mempunyai pekerjaan. Lelaki cantik berkulit cerah itu jadi curiga.

"Hanya liburan. Suntuk."

"Beneran? Bukannya menghadiri interview? Jujur saja."

"Benar. Kenapa kamu tidak percaya?" Savanna terkekeh kecil menanggapi pertanyaan penuh curiga dari juniornya itu.

"Entahlah. Oh ya. Besok Sea ulang tahun. Dia mengidam hidangan mewah, apa tidak ingin mentraktirnya?!" Tidak tanggung-tanggung, Sagara menekan kata mewah dalam kalimatnya. Sengaja. Dia belum selesai dengan wacana merampok Savanna.

"Sagara....ini yang ulang tahun kamu atau Sea? Kenapa ini lebih mirip kamu yang mengidam dari pada dia?" protes Savanna memancing gelak tawa lelaki itu dengan nyaring.

Istri Untuk Pak Bos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang