31

5.6K 373 12
                                    

Happy 8k viewrs, 여러분!!!! Terima kasih atas 45 votes di bab sebelumnya. Biasanya, vote nya sekarat banget. Happy Reading, Tuk Khn!!!

Sop sayuran buatan Galih yang kaya rasa seakan hambar tanpa garam untuk Savanna. Dan seperti itulah sepanjang hari Savanna lewati. Seakan ada yang kurang dan terus mengganggunya namun Savanna cukup pengecut untuk meluahkan itu. Akhirnya, Ia hanya bisa memendam rasa tak nyaman itu di dalam hatinya sambil bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi dengan perasaannya kini.

Galih tak kalah merana dari Savanna.

Keputusannya untuk mencoba sandiwara dengan Nabila untuk beberapa waktu kedepan membuatnya tak enak hati. Entah, seperti Ia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga perasaan Savanna, hanya saja otaknya tak bisa membenarkan itu karena hubungan profesional yang mereka miliki. Sekali lagi, Galih dan Savanna hanya sebagai atasan dan bawahan di tempat kerja, tidak ada lebih dari itu.

Galih ingat saat dulu ingin mendekati Rubina, Ia tak perlu susah payah mempertimbangkan perasaan Savanna karena jauh dari lubuk hatinya sendiri dia tak punya banyak keyakinan. Yang penting Ia bisa menikah dengan wanita yang bukan pilihan orang tuanya, hanya untuk bisa menduduki posisi CEO. Dengan Nabila tak kalah jauh berbeda, mereka hanya semata berpura-pura menjadi pasangan. Galih melakukan itu hanya untuk kepentingannya. Tapi dalam kasus Nabila, ada sesuatu yang Ia tutupi dari Savanna yang tak bisa dengan leluasa diungkapkan hingga mungkin membuat Savanna melihat hubungan itu hitam dan putih bahwa kini dia dan Nabila sudah sampai pada keputusan akhir. Nabila yang akan menjadi pasangannya.

"Ada apa?" tanay Reza pada Galih saat keduanya berada di smoking area di depan kedai kopi dekat dengan gedung Ourban. Yang ditanya hanya menggeleng kecil, Ia tak tahu harus menjawab apa.

"Apa Tante Didi lagi kini?" kepala Galih kembali menggeleng kemudian menghisap rokoknya kuat-kuat hingga asapnya mengepul tebal dari mulutnya.

"Ya terus kenapa, Galih? Kamu sakit?" Reza spontan meraba dahi Galih guna mengecek suhu tubuh lelaki itu namun Ia langsung melepasnya saat tak merasakan suhu di punggung tangannya.

"Tidak panas," gumamnya kecil.

"Aku..." Galih menjeda kalimatnya sambil menatap Reza yang duduk disampingnya dengan wajah penasaran, "Aku menyetujui permintaan mama,"

"Huh?" Reza terdiam beberapa saat mencerna perkataan Galih.

"Aku menerima perjodohan dengan Nabila." perjelas Galih sekali lagi dengan lugas.

Reza membuka mulutnya lebar-lebar dengan mata melototi Galih tak percaya, "S-serius?"

Galih mengangguk kecil, "Nanti malam kami akan mengadakan pertemuan keluarga."

"Shit!!!!!" Umpat Reza mendengar perkataan Galih lagi. Semuanya terlalu buru-buru hingga Ia tak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Galih akhirnya menuruti permintaan Tante Didi? Bagaimana bisa mungkin secepat itu?

"Kenapa tiba-tiba kamu berubah pikiran? Kemarin saja mencak-mencak ingin mati, aku mau gila rasanya melihat kamu menangis seperti orang depresi," tanya Galih tak habis pikir.

Galih hanya tersenyum simpul dan meminta maaf telah membuat Reza khawatir, Ia tahu hari itu Reza ikut bersedih. Mata merah dan wajah masamnya masih terngiang-ngiang dalam ingatannya. Ia merasa bersalah pada semua orang yang terlibat hari itu.

"Aku pikir ini yang terbaik untuk semua orang. Aku sudah bertemu Nabila kemarin. Dia cantik seperti yang kita lihat di televisi. Kata orang-orang dia yang sangat ramah dan supel itu bukan tipuan. Savanna bahkan memujinya juga." kata Galih panjang lebar sambil mengilas balik kejadian tempo hari. Hal-hal yang lain seperti status sosial dan pendidikan perempuan itu, Galih tak perlu menyebutkan itu. Itu Nabila Charlotte, penyanyi terkenal di negerinya.

Istri Untuk Pak Bos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang