Cuaca hari ini tidak secerah hari kemarin. Dari balik jendela besar ruangan Galih, awan berwarna abu-abu senter terlihat. Sebentar lagi hujan akan turun sepertinya. Orang-orang yang berlalu lalang di bawah sana pun semua bergerak dengan buru-buru, takut sewaktu-waktu hujan datang dan membuat mereka kebasahan.
Video conference dengan salah satu kliennya usai tepat jam setengah lima sore. 30 menit kemudian, Savanna masuk ke dalam ruangannya dan memberikannya resume kasar tentang isi konferensi yang baru saja selesai itu. Ia juga memberikan beberapa laporan yang harus ditandatangani segara sore itu.
"Masih ada yang harus saya lakukan, Savanna?" sekretarisnya menggeleng kecil membuat Galih bernafas lega.
Jadwalnya sangat padat sebenarnya, namun harus kacau karena beberapa kejadian diluar ekspektasi yang terus terjadi. Ia melonggarkan dasinya dan menyeder di bangsu singsananya sambil menutup mata sejenak.
"Setelah ini, bapak akan melakukan pertemuan keluarga dengan Bu Nabila." Savanna menyampaikan agenda selanjutnya, agenda terpenting hari itu.
Galih tak merespon apapun hanya kembali menghelas nafas panjang. Belakangan sepertinya Ia terlalu sering menghela nafas panjang dan berat, seakan beban di atas pundaknya benar-benar sebesar gunung.
"Saya akan siapkan air hangat untuk bapak mandi dan juga setelan yang baru." kata Savanna mengambil inisiatif. Galih tetap tak merespon Savanna hingga wanita itu keluar dari ruangannya dengan membawa laporan.
Wanita berhak tinggi itu keluar dari ruangan Galih dengan perasaan campur aduk. Dadanya sedikit sesak namun Ia menahan diri sekuat tenaga. Melihat diamnya Galih buat Savanna berpikir bahwa kini lelaki itu pasti sedang menenangkan diri sebelum bertemu dengan calon istri dan keluarnya nanti.
Savanna melakukan apa yang seharusnya Ia lakukan seperti biasa. Waktu berlalu dengan cepat hingga Galih selesai mengganti baju dan Savanna mengaplikasikan produk perawatan kulit di wajah lelaki itu. Sambil mengipas-ngipasnya kecil, Svaanna memperhatikan wajah tampan Galih yang kini semakin menawan di usianya yang semakin matang. Ia juga menata rambut Galih dengan rapi dan tak mengoleskan gel rambut yang membuat tampilannya sempurna.
Saat Savanna hendak mengambil botol parfum aroma citrus menyegarkan yang biasa Galih pakai, atasannya itu menahan tangannya dan meletakkan kembali parfum itu pada tempatnya.
"Kenapa pak?" tanya Savanna bingung. "Bapak mau pakai parfum yang lain?" tambah Savanna.
Galih menggeleng kecil, Ia menolak memakai parfum apapun dan langsung mengajak Savanna keluar. Hingga sampai di meja Savanna di depan ruangan, Galih berhenti.
"Saya mau pakai parfum kamu." pintanya membuat Savanna terdiam beberapa saat.
"Hah?"
"Parfum yang biasa kamu pakai. Saya tahu kamu membawanya ke kantor."
Walau Savanna sedikit lamban memproses perkataan Galih, akhirnya Ia menuruti permintaan lelaki itu. Ia mengambil parfum yang biasa digunakannya sehari-hari kemudian menyemprotkan nya di pakaian Galih, tak lupa juga di belakang leher dan kedua titik nadinya di tangan.
Savanna tak bertanya lebih lanjut alasan kenapa tiba-tiba Galih bersikap aneh. Ia hanya menuruti perkataan lelaki itu dan ikut mengantarkan hingga ke parkiran Hotel Ambar tempat sang atasan akan melakukan pertemuan dengan calon istrinya.
Walau rasanya enggan menyaksikan Galih nanti bertemu dengan Nabila dengan suasana yang berbeda, Savanna tetap harus menyaksikan hal itu karena Galih tak langsung membiarkan Savanna pulang setelah mengantarnya ke hotel. Ia meminta sang sekretaris untuk menemani nya sampai Nabila juga sampai ke parkiran hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Pak Bos ✔
Literatura FemininaGalih Bramantio dipaksa menikah dalam waktu tiga bulan. Sedang diumurnya yang tak lagi muda itu, tak ada satupun wanita yang terjerat asmara dengannya. Rubina, wanita yang membuatnya tertarik saat pandangan pertama. Nabila, penyanyi wanita sukses...