Reza dan Gama hari itu berkumpul di apartemen Galih setelah mendengar bahwa surat pemutusan kontrak Savanna telah keluar dan wanita itu akan minggat dari kantor akhir bulan ini. Mereka antara percaya dan tak percaya bahwa Galih akan membiarkan Savanna keluar dari pekerjaannya.
Bekerja untuk Galih dengan peraturan diluar nalar saja sudah aneh, dan kini semakin aneh saat Galih bertingkah seperti itu.
"Kok bisa sih, Mas?" tanya Gama heran. Ia tak menyangka Galih akan secepat itu memutuskan kontrak Savanna setelah lima tahun ini bersama-sama, mengingat ada banyak waktu tersisa hingga Galih menikah. Dia sudah mendengar malam itu jika Galih dan Nabila sepakat tidak mempercepat pernikahan mereka. Ada kontrak dengan agensi yang harus Nabila pertanggung jawabkan dan tetap jalani hingga tahun depan.
"Dia sepertinya sudah muak bekerja dengan ku." Gama dan Reza tertawa kecil mendengar itu. Tidak bisa menepis kenyataan bahwa hal itu mungkin saja benar. Pekerjaan menjadi sekretaris tidak mudah, namun Savanna mengemban pekerjaan sebagai asisten pribadi lepas Galih juga yang harus bertugas di apartemen lelaki itu. Walau bayarannya tinggi, siapapun tidak akan menepis jika itu merepotkan.
"Uangmu sudah tidak menggiurkan lagi ya, Galih?" Tanya Reza meledek lelaki itu. Selama ini, dia memonopoli Savanna dengan uangnya. Galih punya uang, Savanna yang butuh uang. Galih harus diurus seperti bayi, Savanna akan melakukan itu jika dihujani oleh uang.
"Huft! Padahal dia dulu cinta sekali dengan uang, aku bayar dia dengan mahal dan dia setia bekerja denganku selama ini. Apapun yang aku minta dia akan lakukan. Tapi sekarang, bahkan jika aku menaikkan gajinya sepuluh kali lipat pun dia tak akan mau." keluh Galih panjang lebar. Ia ingat terakhir kali mereka adu mulut dan senyum bahagia Savanna tadi selepas membubuhkan tanda tangannya di surat yang Galih keluarkan.
Asap rokok yang mengepul di balkoni malam itu menjadi saksi bagaimana mendungnya wajah Galih setelah melepas Savanna hari ini. Hari –hari selanjutnya hanya ada Sea yang akan menemaninya di kantor dan juga apartemen. Memikirkan itu saja membuat suasana hati Galih tidak senang.
"Apa kamu menyesal sekarang?" tanya Reza setelah sekian lama mereka hanya diam sambil berulang-ulang mengisap rokok ditangan.
"Mungkin satu-satunya hal aku yang aku sesali hanya karena aku terlalu egois dan pengecut. Saat aku sadar bahwa yang paling penting untukku adalah Savanna, tapi nyatanya tidak semudah itu untuk aku mengungkapkan. Entah apa yang sudah aku lakukan. Dasar bodoh." jawab Galih frustasi. Matanya jauh memandang langit gelap di atas sana lalu kemudian menghembuskan nafas berat.
"Tunggu," sela Gama yang baru saja mencerna perkataan Galih, "apa sekarang Mas mengakui bahwa Mas menyukai Savanna?"
"Tentu saja, Bodoh!" itu Reza yang menjawab sambil menepuk kecil kepala Gama, "Jika dia tidak menyukai Savanna, untuk apa dia bersikap tolol seperti selama ini? Dan kamu juga tahu kan, hanya Savanna yang membuatnya melunak. Jika bukan itu bukan perasaan khusus, apa mungkin seorang sekretaris mampu melakukan itu pada bos nya?"
Gama mengangguk kepala setuju dengan argumen Reza. Dia pun telah menerka hal itu jauh-jauh hari, bahkan dari dulu sekali. Tapi tidak pernah terpikirkan bahwa baru hari ini Galih menyadari perasaannya.
Galih menatap Reza sebal karena menghinanya sedang lelaki itu menatap Galih dengan pandangan tak habis pikir. Galih memang nomor satu untuk urusan pekerjaan namun dia juara terakhir jika masalah asmara.
"Sulit merelakan Savanna tak bekerja lagi denganku." gumamnya.
"Wah, dasar brengsek!" Maki Gama setelah mendengar gumaman kakaknya. "Mas jangan seperti Papa, aku benci orang yang menduakan hati!" ujar Gama mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Pak Bos ✔
ChickLitGalih Bramantio dipaksa menikah dalam waktu tiga bulan. Sedang diumurnya yang tak lagi muda itu, tak ada satupun wanita yang terjerat asmara dengannya. Rubina, wanita yang membuatnya tertarik saat pandangan pertama. Nabila, penyanyi wanita sukses...