38

6.1K 402 11
                                    

38

We were destined to meet but not meant to be, this world is really mischievous

Imahe – Magnus Haven

[***]

Sea seharian itu terduduk lemas di bangkunya, Ia diusir oleh Galih di hari pertamanya bekerja, cangkir kopi melayang dan mendapat tatapan penuh permusuhan dari petinggi Oruban Group itu. Belum lagi, sekretaris senior menitipkan pesan untuk memastikan sang atasan agar mendapatkan makan siang dan juga malamnya namun sudah sampai jam sembilan malam lelaki itu tak kunjung keluar dari ruangan. Sea berharap mendapatkan atasan yang lebih baik dari sebelumnya, namun sepertinya ini tidak akan menjadi seperti apa yang Ia harapkan. Alih-alih melakukan permintaan Savanna, Sea memilih menunggu di luar ruangan tanpa mengusik Galih yang sepertinya tidak ingin diganggu. Biar pun diusir, Ia tak akan cepat menyerah.

Sagara menyapanya saat keluar dari ruangan, siap pulang ke rumah di ikuti oleh atasannya juga yaitu Pak Reza. "Tidak pulang, Mas?" tanya lelaki berdarah Bali itu berhenti di depan meja Sea dan Savanna. Reza langsung pamit pulang dan menaiki lift lebih dulu.

Sea menggeleng sebagai jawabannya. Ia tak berani meninggalkan tempatnya sebelum sang atasan keluar dari ruangannya.

"Kak Savanna kemana? Apa dia telah pulang?" tanyanya lagi. Ia tak bertemu wanita itu lagi setelah rapat. Tas perempuan itu tak ada di mejanya, ruangan sang wakil CEO pun sangat sunyi.

"Bu Savanna sedang tidak enak badan." sahut Sea. Mendengar itu, Sagara langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Savanna. Namun posel wanita itu tampaknya mati sehingga tidak bisa dihubungi.

"Apa dia tampak sangat kesakitan?" tanya Sagara sedikit khawatir. Savanna jarang pamit pulang awal dengan alasan tidak enak badan.

Sea mengangkat bahu kecil dengan wajah lesu. Sagara menyadari sesuatu yang salah dari ekspresi Sea maka Ia langsung mendekati lelaki berbadan besar itu dan bertanya ada apa.

Sea menceritakan seluruh insiden hari ini mulai dari kopi melayang, Savanna dan Galih adu urat hingga sang atasan yang uring-uringan setelah ditinggal Savanna pulang.

"Nah kan.." cicit Sagara, "pasti ada sesuatu yang terjadi antara mereka." lanjut Sagara dan kini disetujui oleh Sea.'

Selagi kedua sekretaris itu membicarakan dua atasannya, tiba-tiba pintu ruangan Galih terbuka dan lelaki yang sedang menjadi topik pembicaraan dua lelaki itu muncul. Mereka kompak menahan nafas dan berhenti bicara saat menyadari bahwa air muka Galih tidak baik, rambutnya acak-acakan dengan dasi dan jas yang tidak ada di tempatnya.

"Apa kalian bisa menghubungi Savanna?" tanya Galih tiba-tiba.

Sagara yang sebelumnya menghubungi Savanna menjawab. "Tidak, Pak. Sepertinya ponsel Kak Savanna mati."

Galih berdecak kecil dan kembali ke ruangannya kemudian, Ia telah menghubungi Savanna berkali-kali hari ini dan nihil, wanita itu sama sekali tidak bisa dijangkau. Sialan.

Mengambil tas dan jas yang dipakainya tadi pagi kemudian menyampirkannya di atas bahu. "Sea, saya mau pulang." kata lelaki itu yang tampak lebih seperti titahan sambil melangkah lebar ke menuju lift.

Lelaki berambut terang itu langsung buru-buru menyusul sang atasan dengan jantung berdebar kencang. Apa dia akan kena damprat lagi? Dia terbiasa kena teguran dari atasannya, hanya saja Ia mengkhawatirkan pekerjaannya. Sea tidak apa-apa punya majikan galak dan tempramen buruk, tapi dia tidak ingin dipecat. Itu saja. Suasana hati Galih yang tidak bisa ditebak membuat Sea was-was.

Sagara tinggal seorang di lantai atas dan menyusul kemudian.

Galih pulang dengan perasaan dongkol dan juga sedih. Savanna, dia benar-benar tidak ingin diganggu dan Galih tidak bisa menerima itu.

Istri Untuk Pak Bos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang