Happy Reading, Thuk Khun!!!
[***]
Pamela tak pernah bangun sepagi itu dalam hidupnya, jam menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit. Savanna sudah dengan mukenah putih di atas sajadah beribadah, sedang dirinya baru terbuka mata dan sedang mengumpulkan nyawa. Savanna sudah memanggil namanya lebih dari sepuluh kali guna membangunkan dirinya dari tidur.
"Mesti banget shalat subuh ya?" gumam Pamela dengan wajah mengantuk berjalan ke kamar mandi, Savanna hanya tersenyum kecil tanpa menjawab pertanyaannya.
Wanita itu sejak semalam selalu mengeluh saat diajak shalat, namun tetap saja Ia melakukan nya walau harus mengeluh panjang dan melawan rasa malasnya.
Bagai berada dalam dunia yang baru, Pamela selalu terkesan dengan gerak-gerik kecil Savanna. Dia...tak pernah melalui hal-hal seperti ini dalam hidupnya. Membereskan tempat tidur dan serta membersihkan kamar mandi, menyapu kamar dan merapikan meja rias. Pamela tidak pernah repot melakukan itu karena ada pembantu di rumahnya yang menggantikan tugas itu. Melihat seorang wanita memakai kerudung di depan matanya secara langsung adalah juga pengalaman baru untuknya, apalagi saat Savanna menusuk pentul kecil di bawah lehernya sebagai pengait kerudung. Ia ngeri Savanna akan menusuk lehernya sendiri.
"Sejak kapan kamu memakai kerudung?" tanya Pamela pada Savanna.
"Hmmm...sepertinya sejak aku lulus kuliah apa ya? Pokoknya selama aku kerja dengan Pak Galih."
"Ooh..jarang sekali seorang sekretaris dibolehkan berkerudung, apalagi di kantor besar seperti itu."
"Benar. Aku sangat bersyukur Pak Galih malah mendukung penuh aku memakai kerudung." jawab Savanna.
"Jadi, setiap pagi kamu akan bangun secepat itu?" Itu masih tentang Ia bangun terlalu pagi untuk shalat Subuh, yang mana Pamela sendiri bisa dibilang sangat-sangat jarang shalat. Jangan bicarakan shalat Subuh di waktu fajar menyingsing.
"Tergantung, tidak selalu. Tapi, pastinya aku selalu bangun pagi."
"Uh, memang kamu wanita baik-baik. Selalu shalat ya?!" ucap Pamela. Gaya hidup Savanna jauh berbeda dengannya.
"Kamu juga wanita baik-baik, Pamela." kata Savanna membuat Pamela menggeleng kepala. Ia merasa rendah diri melihat Savanna yang menurutnya memiliki kehidupan rohani yang baik.
"Tapi aku tidak rajin shalat seperti mu."
"Orang shalat itu bukan karena dia baik, tapi karena dia Islam. Tidak Islam pun, kalau dia baik, tetap baik juga kan?"
Ah benar. Apa yang dikatakan Savanna ada benarnya. Tapi Pamela merasa tidak cukup baik untuk dirinya sendiri. Bolehkah jika sekarang Ia merasa beruntung bisa mengenal seorang seperti Savanna? Setidaknya, ada orang yang mengingatkan dia.
Pamela berdiri di depan lemari pakaian Savanna, pintu nya terbuka dan koleksi pakaian gamis Savanna berhadapan dengannya. Ada satu dress panjang berwarna putih dengan aksen kancing-kancing berderet di depannya. Pamela langsung jatuh hati dengan dress itu dan meminta pada Savanna untuk mengijinkan dia memakai dress itu hari ini.
"Pakai saja, itu baru kok. Belum pernah aku pakai,"
"Benarkah? Terima kasih."
"Itu hadiah ulang tahun ku dari Pak Galih," tambah Savanna membuat pergerakan Pamela yang sedang membenarkan letak dress itu terhenti.
"Oh ya? Dia yang memilih sendiri untukmu?" Kepala Savanna mengangguk sebagai jawabannya.
"Setengah isi lemari ku adalah pakaian yang dibeli oleh Pak Galih. Dia sendiri yang memilihnya, tentu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Pak Bos ✔
Chick-LitGalih Bramantio dipaksa menikah dalam waktu tiga bulan. Sedang diumurnya yang tak lagi muda itu, tak ada satupun wanita yang terjerat asmara dengannya. Rubina, wanita yang membuatnya tertarik saat pandangan pertama. Nabila, penyanyi wanita sukses...