HAPPY 5000 PEMBACA DAN JUGA 1000 VOTE SETELAH SEKIAN PURNAMA. SELAMAT MEMBACA SEMUANYA.
[***]
Sebuah pelukan hangat dan tepukan lembut di punggung yang diberi Savanna membuat tangis seorang lelaki berkulit kuning langsat itu semakin pilu, Ia menangis terngungu dalam dekapan nyaman Savanna. Wanita itu memeluknya tanpa bersuara, hanya mendengarkan racauan Galih yang terus terisak dalam tangisnya. Berkali-kali mengadahkan kepalanya ke langit-langit, menahan air matanya sendiri jatuh, dia harus lebih kuat untuk Galih yang sedang rapuh.
Hanya ada Savanna dan Galih dalam kamar lelaki itu, pintu yang terbuka membuat beberapa orang di luar kamar itu dapat melihat bagaimana nona sekretaris itu mendekati Galih yang beberapa menit yang lalu berteriak histeris tidak ingin bertemu siapapun.
Sagara dan Gama berdiri di balkon yang terbuka, menyandar di pembatas sambil menyulut rokok di mulutnya.
"Mas, kayaknya benar," Celetuk Sagara sambil menghembuskan asap dari rokoknya panjang, Ia melirik Gama di sampingnya dengan tatapan jenaka.
"Apa nya?" tanya lelaki yang kini telah menanggalkan jas dokternya.
"Ibu nya Pak Galih bukan Tante Didi, tapi Savanna sih yang benar." Ujaranya bercanda disambut tawa kecil lelaki itu.
Gama benar-benar tidak bisa membantah opini yang mustahil benarnya itu. Sejak Savanna masuk ke dalam hidup Galih, lelaki itu terlalu bergantung bahkan hampir tidak bisa lepas dari Savanna. Seluruh hidup lelaki itu ada bekas jejak Savanna di dalamnya. Belum lagi, Savanna menjadi tempat pulang Galih sejak wanita mandiri itu menjadi sekretarisnya.
"Mas Reza juga bilang gitu," Sambung Gama sambil menatap kosong dinding luar kamar Galih. Bukan sekali waktu saja orang-orang membuat candaan bahwa Savanna sudah seperti ibunya Galih.
"Cuma Savanna yang bisa membujuk Galih, itu yang bikin saya was-was sih." cicit Gama yang kini sekali lagi menarik dalam rokoknya.
"Bagaimana ya nanti dengan istrinya?" Tanya Gama dengan suara kecil, Sagara hanya terdiam tanpa menjawab karena tak ada jawaban yang pasti atas pertanyaan itu.
Galih dan Savanna, mereka benar-benar sangat nyaman satu sama lain. Sagara terdiam dalam waktu yang lama saat melihat Galih yang bertelanjang dada memeluk perut Savanna yang berdiri menjulang di depan lelaki yang duduk di ranjangnya itu. Ia menangis sepuasnya dalam pelukan Savanna yang hangat. Kedekatan mereka yang diluar nalar Sagara membuatnya membisu.
Siapa pun tahu walau tanpa berkata, mereka sulit terpisahkan.
'Kamu tercandu-candu, ya?'
Mungkin itu yang mereka rasakan.
Orang terdekat mereka penasaran, apakah keduanya tak saling memiliki perasaan lebih dari atasan dan sekretaris?
Namun pertanyaan itu menjadi konyol saat melihat Savanna yang tegas, tanpa bersikap malu-malu dan selalu rasional saat bersama Galih. Demikian sebaliknya, melihat Galih yang kadang-kadang angin badai dan angin sepoi-sepoi yang yang menyejukkan saat bersama Savanna mematahkan semua asumsi mereka. Sikap dan perlakuan keduanya bertolak belakang yang kadang menjadi misteri.
"Ah, mereka memang benar-benar bos dan sekretaris." begitu akhirnya orang-orang berkata.
"Mereka hanya tidak menyadari perasaan mereka masing-masing." Ada pula yang memegang asumsi itu.
Kekonyolan yang nyata adalah saat Savanna menyokong Galih untuk cepat menikah dan Galih menerima permintaa Savanna untuk resign, wanita itu juga ingin mencari pendamping hidup.
Ada berbagai asumsi di luar sana, tapi siapa yang peduli jika yang Galih perlukan hanya Savanna dan kehangatannya?
"Bapak kemana saja semalam?" tanya Savana sambil menghapus jejak air mata di wajah Galih, hidung lelaki itu merah dan juga matanya sembab serta sedikit bengkak karena terlalu lama menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Pak Bos ✔
ChickLitGalih Bramantio dipaksa menikah dalam waktu tiga bulan. Sedang diumurnya yang tak lagi muda itu, tak ada satupun wanita yang terjerat asmara dengannya. Rubina, wanita yang membuatnya tertarik saat pandangan pertama. Nabila, penyanyi wanita sukses...