40

7.4K 468 19
                                    

Annyeong semuanya ~~~

Happy 15K viewers

[***]

"Savanna.." panggil Galih memecah keheningan antara keduanya. Wanita itu duduk di sofa single yang berada di ruang istirahatnya, Ia menatap Galih dengan alis naik sebelah. Itu tiga puluh menit setelah Ia makan bubur nya dengan susah payah dan juga minum obat.

"Terima kasih sudah datang." ungkapnya. Savanna tidak membalas ucapan Galih, hanya membuang nafas panjang.

Canggung. Galih bisa katakan itu kondisi dimana mereka berdua berinteraksi paling canggung selama mereka kenal. Savanna yang menatapnya datar dan tak merespon Ia bicara.

"Jangan marah, tolong!"

"Marah?" tanya Savanna terdengar nyolot. "Memangnya saya siapa untuk berhak marah sama bapak, hm?"

Galih tertegun sejenak. Benar juga. Ia ingin mendebat Savanna namun tak ada argumen yang harus diutarakan.

"Bapak suka kayak gini kan? Do it!" tekan Savanna, "Tapi jangan libatkan saya. Kalau bapak memang tidak mau makan, tidak mau minum obat, maka tidak perlu. Bapak bukan anak kecil yang harus diberi tahu hal-hal kecil seperti itu." kata Savanna panjang lebar membuat perasaan Galih buruk.

"Saya hanya ingin kamu disini, Na." Savanna memahami perkataan Galih, namun tidak seharusnya lelaki itu berbicara seperti itu.

Ada Nabila di luar yang notabene nya adalah pasangan lelaki itu sekarang, ada orang tua dan keluarga Galih juga disana yang harus Savanna hormati. Perkataan Galih hanya membuat Savanna berada di posisi sulit.

"Dengar ya," peringat Savanna. "No more next time, cukup sekali kamu bicara seperti itu. You better act well. Hargai orang-orang yang sudah kamu repotkan hari ini dan juga hormati pasangan kamu. Aku tidak seharusnya berada disini."

"Savanna...please!" Mohon Galih. Ia tidak tahan lagi mendengar kalimat-kalimat pedas yang keluar dari mulut tajam Savanna. Wanita itu sungguh tidak segan-segan padanya dan itu membuat Galih tidak nyaman.

Bukan Savanna yang seperti itu yang Galih harapkan datang untuknya hari ini.

"I'll see you tomorrow." Kata Savanna langsung berdiri dari tempat duduknya dan melangkah sampai terdengar suara pintu tertutup, membuat perempuan itu hilang dari pandangan Galih.

Sedangkan saat ini Galih tengah terduduk termenung di atas tempat tidurnya, menyesali apa yang telah terjadi. Kepalanya yang memang sakit makin menjadi-jadi. Kenapa dia seperti remaja labil yang tidak bisa bertindak dengan benar, kenapa dia harus teledor dan bersikap bodoh di depan Savanna.

Bodoh karena berpikir Savanna akan melunak padanya, bodoh berpikir Savanna wanita yang mudah Ia taklukkan dengan trik-trik kotor seperti.

Dia sengaja. Dia sengaja mengacak-acak pola makannya, perutnya hanya ditemani kopi pahit dan juga satu buah apel sejak kemarin, melewati semua vitamin yang harus Dikonsumsi, minum alkohol hingga mabuk dan hujan-hujanan agar cepat tumbang hanya karena Ia ingin Savanna membujuknya, bersikap manis padanya dan merawatnya lagi seperti sedia kala. Maka dengan itu, rasa bersalahnya telah bersikap brengsek sebelumnya bisa pergi begitu saja, itu juga bisa mengobati rasa rindunya pada Savanna.

Gama masuk ke ruang Galih setelah Savanna keluar, Ia menatap kakaknya dengan kepala menggeleng kecil. "Aduh Mas, kenapa sih?!" seru Gama menatap kakaknya prihatin setelah disembur api panas dari mulut Savanna. Gemas sekali melihat bos dan sekretaris itu.

Galih mengabaikan Gama yang ikut frustasi dengan keadaan.

"Sea!" panggil Galih setelahnya.

"Iya, Pak?!"

Istri Untuk Pak Bos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang