16 ~ Obat Menjadi Luka

13 2 2
                                    

Hancur gue Dav...hancur...

Duduk di kursi belajar yang setia menemaninya setiap malam. Membuka macbook kesayangannya dengan kopi hitam yang menemaninya malam ini sambil mengecek kembali data-data yang berhubungan dengan kegiatan BEM.

Kenan kembali teringat kejadian dekat toilet wanita tadi. Di mana Adin berlari sambil menangis dan Belinda temannya yang berteriak padanya

"LO ITU NGGAK PANTES BUAT DAVIAN DIN!"

Kalimat itu seketika terngiang di laki-laki itu. Ia bertanya pada dirinya sendiri tentang ada hubungan apa Adin dengan Davian

Pusing memikirkan hal itu,ia mengusap kasar wajahnya. Tapi jika ia fikir-fikir kenapa ia begitu peduli dengan hal itu. Sedangkan ia saja belum lama mengenal Adin. Kenapa ia begitu peduli pada gadis itu.

Begitu banyak pertanyaan yang berkerumun di kepalanya

"Lo kenapa sih ken,kok mikirin Adin terus!" laki-laki itu kembali mengusap kasar wajahnya dan mengacak-acak rambutnya

...

Di tempat lain,Adin yang juga sama halnya seperti Keenan yang sedang duduk di kursi belajarnya. Berbeda dengan Keenan yang sedang membuka macbook nya,gadis itu memilih membaca buku,salah satunya buku tentang astronomi.

Sejak dulu Adin tertarik sekali perihal luar angkasa. Tentang betapa luasnya alam semesta,berapa jumlah planet yang mengelilingi semua galaksi,apa saja nama-nama galaksi tersebut,bahkan bagaimana cara mereka bekerja

Terkadang juga hal-hal yang tidak masuk di akal manusia ia pertanyakan. Seharusnya ia mengambil ilmu astronomi bukan manajemen. Tapi takdir membawanya pada manajemen

Malam ini ia sengaja membaca beberapa buku untuk melupakan kejadian tadi siang di kampus. Ia belum ingin terlarut pada rasa sedih sekaligus kecewa. Walau terkadang kejadian itu masih terngiang di kepalanya,dengan segera ia menepisnya dan mengalihkan pada hal lain

Bosan dengan buku bacaannya,akhirnya ia memutuskan untuk ke café dekat rumah sekedar merehatkan diri. Jam masih menunjukkan pukul 8.15 WIB,belum terlalu malam untuknya pergi ke luar rumah.

Gadis itu hanya menggunakan celana training,hoodie tosca dan sandal jepit. Tidak lupa juga ia membawa macbook nya---sebenarnya tidak ada guna juga membawa macbook,tapi ia hanya ingin membawanya.

"Yah,bund Adin izin ke café depan sini bentar yaa. Bentar doang kokk" bujuknya agar di beri izin keluar malam sendiri

"Bentar aja ya,awas lewat dari jam 9!" bundanya memperingati gadis itu agar tidak pulang terlalu malam

"AY AY BUNDA RATU!" ucapnya sumringah sambil salam pada orang tuanya

Seperti biasa karna sudah malam dan jalan lumayan sepi,gadis itu mempercepat langkahnya. Jarak dari rumah ke café memang tidak jauh,hanya sekitar 4-7 menit.

Sesampainya di café,ia langsung memesan hot chocolate karna sudah malam ia tidak memesan latte takut nanti tidak bisa tidur katanya. Kondisi café tidak terlalu ramai,hanya beberapa meja yang terisi selebihnya banyak yang take away.

Gadis itu duduk di pojok yang mana tempat duduknya adalah sofa dan tempat itu memang di khususkan untuk mereka yang ingin mengerjakan tugas.

Membuka macbook nya lalu menyenderkan tubuhnya pada dinding café. Sambil menunggu minumannya datang,ia melihat-lihat sekeliling café. Melihat para pelayan yang mondar mandir mengantar pesanan pelanggan.

"Hot chocolate nya kak" ucap salah satu pelayan yang mengantar minumannya

"Makasih ya"

Gadis itu kembali menatap layar monitor sambil membuka-buka file cerita yang sedang ia tulis. Ia melanjutkan ceritanya yang belum tamat,baru beberapa part.

Davian & Pilihannya | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang