Rendi di buat kaget ketika di hadapannya sudah ada Ananda George, si pengusaha kaya, dan Ayah dari sahabatnya yang baru di ketahuinya hari ini. Tatapan awal yang didapatnya sudah pasti tatapan tak suka. Rendi maklum, toh memang dia juga tidak suka dengan kepribadian Ananda. Setelah di ceritakan sedikit oleh Ibu nya Al, Rendi jadi tau tipikal Ananda ini seperti apa.
"Om gak berhak atur-atur saya. Kalo Om mau saya pergi dari sini, iya saya pergi sekarang." Kata Rendi. Dia sudah bangkit dari kursi yang tadi dia duduki.
"Diam di tempat, atau kamu akan dapat konsekuensi nya!"
"Mas! Biarin dia pergi, lagian aku cuma ngobrol-ngobrol aja kok sama dia. Karna aku juga baru tau dia sahabatnya anakku. Aku berhak tau siapa saja temannya." Kata Inne dengan pembelaannya.
"Nggak ada yang mau berteman sama anak itu kecuali anak ini. Berarti anak ini bermasalah juga, Inne!"
"Kamu gak boleh seenaknya menilai orang, Mas."
"Aku gak perduli. Aku juga gak bodoh, Inne. Kalian berdua di sini karna kamu baru aja kasih tau dia bahwa anak itu adalah anak kamu, kan?"
"Kamu pikir aku gak denger? Kamu tau? Dari pas kamu turun di mobil, aku meminta Sam untuk nggak pulang, melainkan memantau kamu di tempat yang nggak begitu jauh. Tapi apa yang aku lihat? Aku malah lihat kamu pergi berdua dengan dia, dan ternyata kalian di sini.--
--Karna kalian yang terlalu fokus dengan obrolan, sampai nggak nyadar kalo aku sedari tadi sudah ada di sana, di belakang meja kamu. Aku mendengar semuanya, Inne!"
Inne menghela nafas lelah. Sampai kapan ia akan mendapat bentakan seperti ini?
"Mas, udah ya? Aku capek. Masalah Al yang nggak ada kabar aja udah buat aku stress berat, Mas. Please, jangan nambah beban aku lagi. Aku cuma mau bebas, mencari anakku sendiri tanpa gangguan dari kamu.""Aku mau keluar dari situasi ini. Please jangan paksa aku untuk selalu sama kamu. Hubungan kita udah nggak bisa seperti dulu lagi, Mas. Semua udah beda, biarin aku memilih jalan aku sendiri." Ujarnya. Inne benar-benar lelah dengan pertengkaran yang tak ada abisnya.
Tak ada tanggapan sama sekali dari pria itu. Dia masih sama seperti tadi. Keras kepalanya benar-benar tidak bisa diubah!
"Sam, bawa anak ini ke dalam mobil." Perintah Ananda.
"Baik tuan."
"Mas, jangan, Rendi nggak salah apa-apa."
"Tante. Nggakpapa, aku bisa mengatasi ini sendirian."
"Nggak, Ren. Kamu nggak tau dia seperti apa. Sifatnya itu jauh lebih buruk dari penjahat!"
"Sam, cepat!" Perintahnya Ananda lagi.
"Mas enggak! Sam, kamu berurusan dengan saya jika kamu bawa dia." Ancam Inne.
"Sam!" Panggil Ananda memperingati.
"Mas cukup!"
"Oke. Sekarang, apa mau kamu?! Apa lagi yang kamu mau dari aku?!" Tanya Inne.
"Kamu yakin?"
"Asal Rendi lepas dari kamu!" Ananda mengangguk.
"Seperti biasa. Aku hanya meminta kamu untuk pulang, dan jangan berfikir untuk cerai. Anak itu sudah tidak ada, jadi kita bisa memulai nya kembali dari awal."
Inne memejamkan matanya. Mendengar kata-kata itu membuatnya kembali mengingat anaknya. Al benar-benar pergi, dan tak akan kembali?
"Kenapa diam? Kamu setuju?"
Inne menatap Rendi yang menatapnya juga. Jika berhadapan dengan Ananda, selalu berakhir dia yang mengalah. Selalu ada yang harus dia korbankan.
"Inne?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please!
FanfictionKisah penuh drama yang ada dalam cerita ini, kisah Sad ending yang selalu ada di setiap harinya. Tokoh seperti-nya yang haus akan kasih sayang, akan membuat kalian tau bagaimana rasanya tak di sayang, rasa yang selalu menyesakkan. "Dengar? Sudah ber...