Kalo ada typo tolong bantu koreksi, ya:)
••
•
"Papa bohong, kan?""Kenapa Papa bohong si, Pa? Aku ini punya orang tua, kan?! Papa pisahin aku dari mereka? Maksud Papa apa?"
"Papa nggak bisa sembunyiin ini terus. Aku punya orang tua, aku harusnya sama mereka, bukan Papa. Jangan karna aku gak mengingat semuanya, Papa bisa manfaatin keadaan. Ini salah."
"Paa. Walau aku belum ingat, tapi aku bisa merasakannya. Ikatan keluarga gak bisa di bohongi. Aku tanya sama Papa, apa dengan begini Papa bolehin aku kembali sama orang tua aku?"
"Farel. Dengarkan Papa," Pemuda itu menunduk. Emosinya seperti tak stabil, dia sempat bingung mengapa bisa membentak orang yang di panggil nya Papa, kali ini.
Rasanya, setelah berhari-hari berkecamuk oleh beban pikiran yang di tanggung, belum juga menemui hasil akhir yang terbaik. Dia, masih belum mengetahui fakta sebenarnya, dan yang menjadi alasan adalah Papa-Nya yang selalu beralasan sibuk kepadanya.
Sudah dua hari tak bertemu, rindu sudah mencapai puncak tertinggi dalam dirinya. Al ingin sekali bertemu, tapi, dalam hatinya, ia akan menemui lagi Ibunya, saat semua kebenaran sudah di ketahuinya, saat penyakit amnesia nya sudah hilang agar tak menjadi penghalang semuanya.
"Dek, dengar Papa." Farel, atau Al tersadar setelah tadi dia melamun tak mendengarkan.
Dia menatap lawan bicaranya,
"Papa minta maaf. Ini salah Papa, yang nggak bisa atur waktu antara pekerjaan, dan kehidupan di rumah. Mungkin ini membuat kamu akhirnya tau sendiri, sebelum Papa yang kasih tau ke kamu."
"Niatnya, Papa akan kasih tau yang sebenarnya, setelah kamu pulih, Farel. Papa sayang kamu, Papa mau kasih yang terbaik buat kamu. Apalagi masalah kesehatan kamu."
"Pa, tapi.." Dia menghela nafas. Dilema dengan keadaan seperti ini. Ia tau Papa menyayanginya, dan baik padanya. Tapi, bayangan ketika Ibunya dalam keadaan kacau di hari itu justru terus menerus memutar di otaknya. Membayangkan sosok Ibu yang melahirkannya seperti hilang akal saat kehilangannya.
"Bunda ku hampir gila karna aku, Pa."
"Papa akan merasakan itu saat kamu pergi, Rel."
•••••
"Jadi, dia ulahnya?!"
"Kenapa Al yang jadi korban?! Dia nggak tau apapun." Lirihnya.
"Aku mau mengajak kamu baik-baik, tapi kamu seenaknya nuduh aku. Ini yang kamu mau, kan? Kembali sama anak itu."
"Diam kamu, Mas. Aku pusing mikirin ini semua." Inne memijit keningnya yang terasa pusing. Tadi, Ananda menghampiri dia di apartement, dan membawanya ke mobil bahkan sebelum dia mengiyakannya.
Tak bisa berkutik, apalagi saat mantan suaminya memperlihatkan sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Di balik semua ini, orang terdekat yang menjadi ularnya, menjadi malapetaka di kehidupannya.
"Aku sama sekali nggak habis fikir. Kenapa jahat banget?! Aku gila karna kehilangan, tapi ternyata penyebabnya, penyebabnya bahkan orang yang sangat aku kenal. Ya Allah." Inne menangis, meratapi fakta yang terungkap setelah di nantikan begitu lama.
"Aku udah bilang ke kamu. Jangan terlalu baik sama orang, sekalipun dia orang yang dekat dengan kamu. Aku yang suami kamu aja nggak di dengar, orang lain? Bahkan omongannya kamu percaya lebih dari aku"
"Aku bukan lagi istri kamu." Tekan Inne.
"Ya, ya, ya, aku tau."
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please!
FanficKisah penuh drama yang ada dalam cerita ini, kisah Sad ending yang selalu ada di setiap harinya. Tokoh seperti-nya yang haus akan kasih sayang, akan membuat kalian tau bagaimana rasanya tak di sayang, rasa yang selalu menyesakkan. "Dengar? Sudah ber...