Kehidupan di dunia selalu tak seindah pemikiran, tak seindah khayalan dan tak seindah yang orang pikirkan.
Terkadang kita harus rela jika takdir memilih jalan yang berbeda dari rencana. Hanya perlu mengikuti tanpa harus mengeluh. Ya walau terkadang keluhan itu selalu ada. Tapi, manusia bisa apa?
Ketika garis kehidupan sudah ditentukan. Mau apapun usaha, mau tak terima, yang namanya sudah ditentukan tak akan bisa di ubah. Tapi perlu diingat jika masih doa yang dilakukan yang bisa saja semua itu akan di ubah melebihi apa yang kita inginkan. Tidak akan ada yang tau, kan?
Kini beralih pada laki-laki dengan pakaian kantor yang duduk di kursi kantor yang dimiliki nya.
"Hallo?"
"Tuan ini gawat. video anda yang tengah menarik paksa nyonya Inne telah tersebar luas di media. Dan sekarang di luar sudah banyak wartawan yang meminta kejelasan tuan."
"Shit!"
-
"Tam, lo udah lihat?"
"Liat apa?" Tammy tengah makan di kantin yang ramai, karna kini adalah waktu istirahat.
"Media sosial penuh sama video bokap nyokap lo. Gue udah lihat, kelihatannya itu di rumah sakit."
"Apa?! Pantes dari tadi semua nya pada natapin gue terus. Mana coba liat."
"Lo punya hp, Tam."
"Lupa." Tammy menyengir lalu wajahnya datar kembali. Ia mencari video itu. Video yang katanya tengah viral yang melibatkan Ayah dan Bunda nya.
"Ayahhhh." Batin Tammy menggeram.
"Nah nah, iya itu. Mereka tumben begitu, Tam. Dari yang gue lihat bokap nyokap lo harmonis banget padahal."
"Lagi pada kesurupan kali." Ungkap Tammy lalu pergi dari sana
"Lah, lah, lah."
-
"Yah, ini aku di kepung wartawan iss. Lagian ngapain si berantem di luar begitu. Tanggung jawab aku mauu ada kelas ini!"
"Kamu pikir ayah gak stress? ini di kantor juga sama! Selesain sendiri, jawab apa, terserah."
"Elah! Iya deh, iya."
"Ini semua ulah tu anak. Al sialan, mati lo." Geram Ridho. Mau tidak mau ia menghadapi, menghampiri para wartawan yang berkerumun di depan kampus nya.
-
*Video
"Lihat ini! Puas? Kampus Ridho, kantor aku banyak wartawan gara-gara kejadian semalam."Inne terkejut. Cepat sekali menyebar?
"Ya, itu salah kamu. Siapa suruh ngajakin aku ribut di rumah sakit."
"Kamu!"
"Aku gak mau tau, nanti siang kita jalan bareng berempat terserah mau kemana. Sekarang, kamu pulang."
"Enggak! Aku enggak mau!"
"Hey!!"
"Inne."
"Inne balas."
"Inne!!"
"Liat aja. Aku kesana nanti. Kamu mau lihat aku pukulin Al lagi?"
"Kamu gila!"
Inne membuang ponselnya di space sofa yang di duduki nya. Suaminya itu selalu mengancam nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please!
Fiksi PenggemarKisah penuh drama yang ada dalam cerita ini, kisah Sad ending yang selalu ada di setiap harinya. Tokoh seperti-nya yang haus akan kasih sayang, akan membuat kalian tau bagaimana rasanya tak di sayang, rasa yang selalu menyesakkan. "Dengar? Sudah ber...