"Kamu saya skors selama tiga hari. Dan ingat, Al. Point kamu di sekolah saat ini sudah Tujuh puluh lima, Dua puluh lima point lagi, atau saat kamu melanggar lagi. Kamu akan di keluarkan dari sekolah ini."
Al terus teringat ucapan itu. Saat kepala sekolahnya memutuskan tadi. Al merasa ia memang salah, tak seharusnya seperti itu. Tapi, apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur, kan?
Rintik hujan mulai menerpa jalanan. Al mengangkat tas nya ke atas kepala, menjadi pelindung sampai ia mendapat tempat untuk berteduh.
Al memang pulang jalan kaki. Tadinya, ingin naik angkot. Tapi, Al baru sadar jika tak ada uang di kantong celananya. Al tidak sadar uangnya jatuh, tak tau di mana, dan kapan.
Tadi, setelah Al keluar dari ruang BK, Al sudah melihat bagaimana sepinya lingkungan sekolah, dan ia menyadari jika Ayah dan Bundanya juga sudah pulang. Al sempat menunggu sebentar, untuk menunggu Om Raka menjemputnya, tapi nyatanya tidak ada. Ya, mau tak mau berjalan kaki, kan?
"Huhh, basah lagi." Keluh Al.
"Hujannya langsung deres banget." Kini ia sudah menumpang teduh di ruko yang tutup.
"Ya Allah aku juga gak bawa jaket." Katanya
Al baru saja ingin berjongkok di tepian, tapi tak jadi. Ia mendengar bunyi klakson, dan sepertinya mobil itu mengkalksoni nya.
Daripada bingung, Al langsung menghampiri mobil itu.
tok tok tok!
Al memberanikan diri mengetuk kaca mobil. Kaca mobil terbuka, dan itu membuat Al terkejut.
"Elang!" Pekik Al."Hai, Al!"
"Kamu udah pulang dari rumah sakit?!" Tanya Al dengan antusiasnya.
"Udah nih, baru aja."
"Al masuk aja ke dalam" Al menjadi kikuk. Maksudnya di beri tumpangan atau bagaimana?
"Engga usah deh, Om. Aku nunggu reda aja."
"Masuk Al. Mampir ke rumah kami dulu." Kata Ayah dari Elang, yang menjadi pengemudi mobil.
"Ayolah!" Bujuk Frans.
"Eh? Yaudah deh." Akhirnya Al menyetujui. Dia membuka pintu penumpang, dan duduk dengan nyaman.
Al memandangi jalanan yang sedang turun hujan deras-deras nya. Ia sedaritadi menanggapi semua pertanyaan yang di lontarkan Elang, dan Ayahnya. Ia tak merasa risih atas itu, malah senang menjawab.
"Oh, berarti kamu hari ini pertama masuk setelah masuk rumah sakit yaa?"
"Iya, bener." Kata Al menyahut.
"Enak ya jadi kamu, bisa sekolah di tempat umum. Kalo aku, cuma bisa sekolah di rumah." Elang menyahut lesu. Al memang tak bisa melihat bagaimana ekspresi Elang, karna Al yang memang duduk di kursi penumpang. Tapi, Al bisa merasakan kesedihan itu, dari nada suara Elang yang parau.
"Hey." Al melihat Ayah Elang itu menanggapi, dan mengelus tangan Elang. Al benar benar iri!
"Kamu harus ingat setiap orang itu berbeda, Elang."
"Bener, Papa kamu bener. Kita semua udah di takdirin buat hidup dengan jalan masing-masing. Kamu memang nggak beruntung buat masuk sekolah umum. Tapi percaya deh. Diluar sana banyak yang lebih lebih dari kamu." Kata Al dengan kata yang ia pilih agar tak ada masalah.
"Nah! Bener kata Al. Elang harus gitu juga. Jangan terlalu memikirkan tentang sekolah umum. Yang paling penting kamu tetap dapat ilmu meskipun kamu home schooling."
"Iya. Makasih Papa, makasih Al!"
"Tetap tersenyum, seperti Elang yang Papa kenal. Elang harus tetap semangat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please!
FanficKisah penuh drama yang ada dalam cerita ini, kisah Sad ending yang selalu ada di setiap harinya. Tokoh seperti-nya yang haus akan kasih sayang, akan membuat kalian tau bagaimana rasanya tak di sayang, rasa yang selalu menyesakkan. "Dengar? Sudah ber...