Mentari pagi sudah datang di posisinya. Orang - orang berlalu lalang melakukan aktivitas dengan semangatnya. Tak terkecuali keluarga ini, di hari ini.
Hal yang dilakukan sebelum melakukan aktivitas yang mungkin akan seharian penuh itu adalah sarapan. Yaa, sarapan. Mengisi perut di waktu pagi dengan makanan yang terbilang cocok, seperti sekarang ini.
"Selamat pagi."
"Pagi sayang."
"Pagi cantik."
Tammy menarik kursi kemudian menduduki kursi di posisi favoritnya. Diliriknya semua yang ada disana. Tunggu tunggu. Ia tak melihat Adiknya. Apa belum turun?
"Bun, Al?"
"Oh iya, mungkin seben---"
"Pagi." Inne tersenyum, ucapan nya belum selesai. Sudah mendengar suara sang putra yang menuruni tangga.
"Pagi Al ganteng!""Pagi sayang."
"Ayo sarapan. Biar semangat sekolahnya."
Al menggeleng. Kemudian berjalan begitu saja menuju dapur. Letak dapur, dan Meja makan itu cukup dekat sebenarnya.
Inne mengernyit. Ia membuntuti langkah si bungsu, membiarkan tatapan tak suka dari sang suami yang sepertinya melarang dirinya untuk ikut menyusul.
"Anak itu menyusahkan!"
Tammy menggeleng. Membuang nafasnya guna menahan emosi. Ia tak mau mendengar ribut pagi pagi begini. Apalagi dengan ayahnya itu.
Ridho hanya diam. Tak memerdulikan sekitaran, fokus pada sarapannya, dan game nya yang sedang ia mainkan di ponsel
-
"Sayang mau ngapain ke sini? Sarapan nya Al udah di meja makan. Yuk kesana, ada susu coklat nya Al juga kok disana."
"Aku mau ambil buah, Bun." Inne ingin membantu. Namun anaknya itu sudah lebih dulu menghampiri asisten rumah tangga yang sedang membersihkan dapur.
"Yaudah, Bunda tunggu disana ya."
-
"Pokoknya pulang sekolah lo harus ikut gua."
"Nggak. Jangan maksa. Aku mau main sama Al hari ini. Aku udah janji mau main ya! Jangan buat dia kecewa sama aku."
"Di lagi dia lagi. Kurang kerjaan banget lo nemenin dia. Gua sih malu ya, nanti dijadiin pertanyaan orang kayak lo punya adik kayak dia."
"Abang. Tutup mulut lu ya! Masih pagi. Gua gamau ribut."
"Tammy jaga bicara nya! Duduk!"
Tammy memutar bola matanya malas. Kemudian kembali duduk. Jika sudah emosi, beginilah ia.
"Pokoknya aku nggak mau ya! Nanti yang ada, Abang ajak aku ke tempat tempat aneh, ogah! Kalau mau mabuk-mabukkan sana sama temen, jangan sama Adeknya."
Ridho melotot. Menatap tajam adiknya, kakinya mencari dimana kaki sang adik, kemudian menginjak kaki yang berlindung sepatu itu dengan kencang.
"Aaww, sakit ih, ngapain si!"
"Tol*l" umpat Ridho
Benar saja. Perbuatan Adiknya itu membuahkan hasil. Tatapan mencekam dari sang ayah saat ini. Menatap Ridho tajam, menatap Tammy meminta penjelasan.
"Sialan, bakal kena siraman rohani kalo gini. Mending kalo itu, kalo tiba-tiba duit gua di rampas gimana?!" Batinnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please!
FanficKisah penuh drama yang ada dalam cerita ini, kisah Sad ending yang selalu ada di setiap harinya. Tokoh seperti-nya yang haus akan kasih sayang, akan membuat kalian tau bagaimana rasanya tak di sayang, rasa yang selalu menyesakkan. "Dengar? Sudah ber...