26 - Hari Bersama Bunda

579 95 104
                                    

Vote, komennya ditunggu, ya!
________________

Fajar telah datang menggantikan malam. Matahari terbit menggantikan bulan yang terbenam, dan manusia yang beraktifitas menjadi pelengkap hari yang sudah pulang.

Di pagi hari ini, Al yang sudah rapih, dan siap menjaga Bundanya sepanjang hari.

Setelah kegiatan pribadi Al telah selesai seperti membersihkan diri. Kini giliran dia mengabdi. Menjaga Bundanya yang masih butuh perawatan di rumah sakit ini.

"Nah, ini sarapannya Bunda udah datang." Ucap Al. Nampan berisi beberapa jenis makanan itu dia taruh di atas nakas, dan kini tangannya mengambil remot, dan memencet tombol untuk menaikkan kepala ranjang yang terdapat Bundanya.

"Bunda aku suapin, ya?"

"Al emangnya bisa?" Inne tersenyum geli ketika melihat respons merajuk putranya yang baru ia remehkan tadi.

"Bercanda sayang. Anak Bunda kan hebat."

Al tersenyum. Tangannya menyendok bubur khas rumah sakit sesuai porsinya, "Aaaaaakkk!" Ujarnya ikut membuka mulut. Senyuman tak hentinya terbit saat makanan itu di cerna dengan baik oleh sang Bunda.

"Bunda harus cepat sembuh. Aku mau makan masakan Bunda. Ayam pop kesukaan aku itu."

"Hey? Kamu ingat?" Inne terkejut. Ia senang memori itu perlahan muncul lagi di ingatan putranya.

Al mengangguk, wajahnya juga bingung, sebenernya tadi terlitas tiba-tiba di ingatannya.

Dia kini sibuk menyuapi Bundanya, juga menjawab pertanyaan Bundanya.
"Aku ingat.. Aku suka minta Bunda untuk masakin ayam pop, kan? Meskipun belum semua kenangan itu ada sih." Wajah nya terlihat murung lagi membuat Inne mengelus pelipis anaknya dengan lembut.

"Kalo gitu, Bunda mau cepat sembuh biar bisa buatin Al ayam pop." Ujarnya. Dengan berkata begini, ia berharap akan menghibur anaknya yang sedih.

"Udah, Bunda udah kenyang." Bukan hanya kenyang. Inne juga sebenarnya tak selera makan.

"Bunda, ini baru tiga suap loh.. Tadi katanya mau cepat sembuh, ya kalo kayak gini gak sembuh-sembuh." Ekspresi wajahnya ia buat lebih tegas, padahal dengan begitu malah menambah kesan lucu bagi Inne. Dia lantas mencubit kedua pipi itu dengan rasa gemasnya.

"Bundaa...!" Inne terkikik lagi melihat wajah itu. Putranya benar-benar lucu!

"Al juga belum sarapan loh. Sarapan dulu gih, Al ke kantin aja, Bunda nggakpapa sendirian."

Al menggeleng cepat. Pikiran buruk langsung melintas dalam kepalanya.
"Enggak, enggak. Aku nggak mau tinggalin Bunda sendirian, kemanapun!"

"Terus.. Kamu gimana sarapannya? Gak mungkin nyuruh orang, Nak. Karna Kakak kan juga sekolah, Om Raka kerja, Tante ada di rumahnya." Kata Inne. Ingin meminta tolong pada Raka, tapi dia ingat ini bukan rumah sakit tempat sahabatnya itu bertugas.

"Ayah? Bunda bisa minta tolong Ayah untuk jagain Bunda dulu di sini. Daripada aku harus tinggalin Bunda sendirian." Wajah Inne berubah seketika. Dia seperti kesal ketika Al menyebut 'Ayah' barusan.

"Kalo gitu, Bunda akan temenin Al sarapan. Bunda ikut ke kantin, ya?"

Al menghela nafas. Al tidak tau mengapa ia merasa jika ada suatu yang terjadi pada Bunda, dan Ayahnya. Dia pun jadi ingat jika sampai kini belum di sapa sama sekali oleh Ayahnya.

"Bunda kenapa Ayah it-

"Al. Ayo sekarang aja ke kantin nya. Keburu siang loh." Kata Inne. Bukan apa-apa. Dia tak mau membangun memori buruk itu sebelum anaknya mengingat semuanya dengan sendirinya

Love Me, Please! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang