23 ; 8 Letters.

3.3K 390 24
                                    

Giselle mengutuk dirinya sendiri, mengapa ia bersikap seperti itu tadi. Kini cewek itu sedang berada di taman rumah sakit yang sepi, dirinya terus menendang angin yang tak bersalah menggunakan kakinya.

"Sialan emang si Haikal!" umpatnya sebelum akhirnya terduduk di bangku taman. Dirinya terus saja mencaci maki sang mantan yang tak bersalah itu.

"Nyebelin! Nyebelin! Nyebelin!"

Cewek itu terus saja meluapkan kekesalannya, tanpa sadar cowok yang selalu ia sebut dari setiap umpatannya sedang mengulum senyum di belakangnya.

"Iya deh, iya, gue emang nyebelin. Sorry yaa cantik."

Suara itu membuat Giselle menoleh kenarah belakang, tetapi cowok itu malah berpindah dan duduk tepat di sampingnya.

"NGAPAIN?!"

Hentakan cewek cantik yang ada di samping Haikal membuatnya kaget. Kemudian, ia tersenyum kikuk. "Ya nyamperin lo lah. Masa lo ngambek, gue diemin."

"Berisik!"

Cowok bernama Haikal itu mengangguk mengerti, ia diam agar tak mengganggu Giselle yang mungkin sedang membutuhkan suasana tenang.

Angin malam yang dingin serta langit gelap yang dipenuhi bintang-bintang membuat suasana menenangkan di antara keduanya.

"Ngapain masih di sini?" tanya Giselle ketus. Bukan, bukan karena suasana hatinya yang buruk, tetapi ia sedang mencoba untuk mengalahkan rasa gengsinya.

"Nemenin lo," jawab Haikal singkat.

"Gue gak mau ditemenin."

Cowok itu menoleh untuk melihat cewek yang berada di sampingnya. "Terus lo maunya apa?"

"Lo pulang." Giselle ikut menoleh, ia menatap kedua bola mata Haikal tulus. "Lo masih sakit, Haikal."

Alih-alih mengikuti keinginan Giselle, cowok itu justru masih sama. "Enggak," tolaknya. Ia masih ingin menunggu Jeremy sadar.

"Argh! Fuck you!" Giselle sudah muak dengan sifat keras kepala Haikal, padahal apa yang ia inginkan juga untuk kebaikan mantannya yang keras kepala itu. Ia memalingkan wajahnya lalu menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

Haikal semakin gemas dibuatnya, meski rasa sakit dari berkelahi tadi masih ada, tetapi kini hanya rasa bahagia saja yang ada di dalam hatinya. Semua ini akibat ia tahu kebenarannya bahwa ternyata Giselle masih sangat peduli dengannya.

"Lo nyebelin banget sih! Bodoh lagi, udah tau dingin masih aja tetep di sini. Gue sebel banget sama lo!" ujar Giselle mengeluarkan segala kekesalan di dalam hatinya.

Senyum Haikal memudar, tetapi bukan karena ucapan sang mantan yang menyakitkan itu, melainkan karena ia melihat sedikit goresan kecil di lengan Giselle.

"Sorry, Selle."

Suara penyesalan dari Haikal membuat Giselle kembali menoleh ke sunber suara, ia merasa tidak enak karena telah memaki Haikal tadi.

"Lo seharusnya gak gini."

Giselle menaikkan salah satu alisnya heran, Haikal bukan meminta maaf atas ucapan yang ia katakan, melainkan suatu hal yang ia tak ketahui alasannya.

"Maksudnya?"

Pertanyaan itu Haikal abaikan, ia meraih lengan Giselle dan segera menutup luka kecil yang sudah ia bersihkan itu dengan plaster. Haikal bukan terlihat seperti dia yang biasanya, wajahnya dipenuhi rasa penyesalan.

"Abis ini, tolong jangan pulang malem-malem, jangan lupa ganti plaster dan kasih obat merah," cowok itu menggantungkan ucapannya.

"Dan sebaiknya, kita emang gak usah berhubungan lagi ya, Selle."

NEO SPACE : AESPA X NCT DREAM 00 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang