Karin, Giselle Winny dan Ning berlari secepat mungkin sesuai petunjuk arah. Sampailah mereka di rintangan pertama, yaitu melewati lumpur dan harus berjalan di atas batu.
"Ih! Gimana dong! Celana gue kotor banget huwa!" Winny merengek.
"Udah-udah masih bagus gak kena lumpur tuh baju lo," balas Giselle.
Karin memimpin di depan. "Ayok lanjut, gak ada waktu untuk ngeluh." Sedangkan semuanya mengangguk setuju dan langsung berlari mengikuti arah panah selanjutnya yang telah disediakan.
Setelah menempuh jarak sekitar 2 kilometer, Karin menghentikan langkah kakinya, ia merasa ada yang aneh, sontak ketiga sahabatnya itu pun langsung berhenti juga.
"Kenapa, Rin?" tanya Giselle heran sembari mengelap keringatnya yang sudah bercucuran.
Karin mengarahkan senternya tiga ratus enam puluh derajat, sekelilingnya dapat membuatnya merinding, apalagi dengan pikirannya buruk yang menyelimuti otaknya.
"Kita udah lari sejauh 2 kilometer, kenapa kita gak ketemu rintangan selanjutnya ya?" Ia malah bertanya balik. Sedangkan semuanya terdiam, ada benarnya juga perkataan Karin.
"Duh Rin, lo jangan takut-takutin gue dong..." suara Winny benar-benar bergetar karena ketakutan, ia mendekatkan tubuhnya pada Giselle dan meraih tangan Giselle untuk dipeluk.
Ning juga merasakan hal aneh sejak menyelesaikan rintangan pertama tadi, tetapi ia harus bisa berpikir positif. "Chill guys, positive thinking aja, siapa tau rintangannya emang lari sejauh 2 kilometer atau lebih kan?"
"Huft... iya juga sih..."
Dengan ucapan Ning barusan, membuat semuanya menjadi tenang. Mereka pun segera melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan saja, tetapi entah mengapa dengan berjalan seperti ini membuat suasana di dalam hutan semakin mengerikan, banyak suara serangga maupun hewan, seperti jangkrik dan burung hantu misalnya.
Tak terasa mereka sudah terlanjur masuk ke tengah-tengah hutan yang gelap gulita. Suasana semakin mencekam saja, bahkan tiada tanda-tanda manusia di sana, hanya mereka berempat.
'Hiks... hiks...'
Winny yang sejak tadi mencoba memberanikan diri dan menahan tangis pun akhirnya mengeluarkan air matanya juga, ekspektasinya saja sudah sangat seram, apalagi dengan kenyataannya, belum lagi ia teringat ucapan gurunya tadi siang.
Mendengar isakan tangis Winny, Karin segera memeluknya untuk menenangkan sahabatnya itu. Ning pun jadi ikut menangis, Giselle yang merasa cemas hanya bisa mengusap dan menepuk pelan pundak Ning.
"Shtt... it's okay Win, we'll be fine."
"Hiks... gi-gimana kalo kita salah j-jalan?" Winny sesegukkan, ia benar-benar takut sekarang.
Karin dan Giselle hanya bisa saling menatap, kemudian Giselle melihat ke arah jam tangannya. "Udah jam setengah satu guys..."
Hiks hiks... sroot!
Tangisan Winny semakin menjadi-jadi, ditambah lagi dengan lendir di hidungnya yang terus menerus keluar. Ning yang biasa berpikir positif pun tak lagi bisa mengeluarkan ide cemerlangnya itu, hanya ada bayangan buruk di dalam kepalanya.
"N-neo'z gak mungkin sabotase jalurnya, kan? Mereka gak mungkin ubah arah panahnya juga kan?"
Semua terdiam, tidak ada yang tahu menahu soal itu, sekarang yang mereka tahu adalah mereka telah terserat di dalam hutan luas nan gelap.
Karin dan Giselle saling menatap, mereka bingung harus melakukan apa, mereka tidak ingat jalan yang telah mereka telusuri karena tak ada yang meninggalkan jejak apapun, bahkan semua arah terasa mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEO SPACE : AESPA X NCT DREAM 00 LINE
أدب الهواةNeo'z will slaughter anyone. But, Aespace won't let that happen to them. Masalah kecil menyebabkan Aespace harus berurusan dengan Neo'z, si raja jalanan sekaligus gang yang sangat mereka hindari. Perjanjian konyol itu membuat mereka larut dalam per...