Sesuai dengan janji mereka tempo hari, Rendi dan Ning sedang melaksanakan kencan pertamanya. Setelah menaiki bus dan MRT tadi, kini keduanya sudah sampai di tempat tujuan, yaitu Perpustakaan Nasional.
Sebagai kedua orang yang lumayan gemar membaca, keduanya memilih perpustakaan sebagai tempat kencan pertama mereka.
"Ning, mampir ke pameran seni nya dulu yuk?" ajak Rendi bersemangat.
Ning mengangguk setuju karena dirinya juga mengagumi seni. "Ayo!" katanya tak kalah semangat.
Saat sampai di pameran seni itu, Ning terus bertanya pada Rendi tentang apa arti dari beberapa lukisan yang ia lihat. Jelas saja Rendi tak mengerti apa maksud dari setiap lukisan yang Ning tanya. Jadi, ia lebih pilih untuk mengarang saja.
Namun, anehnya setiap karangan cerita yang Rendi lontarkan dari mulutnya, Ning terlihat sangat percaya dengan omongan cowok itu, padahal cowok itu tidak mengetahui apa-apa, Ning memang selalu membuat cowok itu gemas akibat kepolosannya.
"Hahaha! Bercanda Ning, aku gak tau apa arti lukisannya," ujar Rendi sambil tertawa kecil. Ning yang mendengar hal itu pun merasa kecewa, tanpa ia sadari bibirnya mulai melengkung sebal.
"Bilang dong dari awal!" sewotnya pelan.
"Iya iya maaf, jangan cemberut lagi dong," tangan Rendi mengelus pelan rambut Ning, kemudian merangkul cewek itu tanpa izin. "Yaudah yuk langsung aja ke perpusnya!"
Ning mengikuti arah ke mana Rendi berjalan, mereka ingin menuju ke lantai nomor 22 untuk membaca buku. Tak perlu waktu lama, kini mereka sudah sampai di surga buku yang ada di Jakarta.
Tempat seluas ini terlalu sunyi untuk pengunjung yang lumayan ramai, jadi mereka harus saling berbisik satu sama lain jika ada yang ingin dibicarakan. Buku yang lengkap disertai pengunjung yang menaati peraturan membuat Ning kagum, pasalnya ia sudah lama tidak mengunjungi tempat ini.
"Ada buku yang kamu cari gak?" Rendi berbisik pada Ning, sedangkan Ning menggeleng pelan sebagai jawaban.
Rendi berpikir sejenak, ia harus membuat kencan pertamanya berkesan agar segala rencananya nanti dapat berjalan dengan lancar. Selayaknya direstui oleh semesta, ide cemerlang langsung muncul di otaknya. Tangan nakalnya segera menggenggam tangan Ning yang sedang melihat sekitar, ia mengajak cewek itu ke deretan buku novel dari yang langka sampai yang mendapatkan gelar penjualan terbaik.
"E-eh? Mau ngapain Ren?" Ning kebingungan.
Cowok itu sedikit berjinjit untuk mendapatkan buku yang ia cari, kemudian memgambil sebuah novel berwarna biru muda yang lumayan tipis. "Katanya novel ini bagus loh, meskipun agak tipis sih. Udah pernah baca?" tanyanya basa-basi.
Ning menggeleng sebagai jawaban, kemudian matanya berbinar saat melihat nama si penulis novel, penulis dari novel yang Rendi pegang itu adalah salah satu penulis favoritnya yang bukunya sudah jarang ditemukan.
"Kalo gitu... baca bareng aku, mau?" Rendi menatap mata Ning penuh harap.
Dengan senyuman manisnya, Ning mengangguk. Hal ini sudah lama ia nanti, yaitu membaca novel berdua bersama seseorang yang ia sukai.
Kini mereka sedang duduk berdua di pojok ruangan, mereka berdua sangat menikmati novel itu dari awal hingga akhir. Keduanya merasakan rasa yang berbeda setiap lembar demi lembar yang dilewati. Cerita bagus dari novel romantis itu menambah suasana semakin manis.
Satu jam telah berlalu dan mereka berdua masih setia membaca novel itu bersama. Saat Rendi ingin membalikkan halaman itu, Ning langsung menahan jarinya.
"Novelnya sad ending, ya?" tanya Ning sambil berbisik, sedangkan Rendi menaikkan kedua bahunya tidak tahu. "Gak tau gue, emangnya kenapa?" tanyanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEO SPACE : AESPA X NCT DREAM 00 LINE
FanfictionNeo'z will slaughter anyone. But, Aespace won't let that happen to them. Masalah kecil menyebabkan Aespace harus berurusan dengan Neo'z, si raja jalanan sekaligus gang yang sangat mereka hindari. Perjanjian konyol itu membuat mereka larut dalam per...